Monday, January 23, 2006

[Bisnis] 23 Januari 2006

News:
  • PT Perusahaan Pengelola Aset akan menjual kepemilikan 28,39% sahamnya di Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) tahun ini. Pemegang saham BUMN tersebut telah memberikan persetujuannya. Persetujuan itu diperoleh dalam rapat umum pemegang saham pada 13 Januari lalu. Belum ditentukan jadwal persis rencana penjualan tersebut.
  • Para pemodal yang memiliki investasi di reksa dana Dana Unggul Investasi Terpercaya (DUIT) milik PT Eficorp Sekuritas, anak usaha Grup Texmaco, belum dapat mencairkan dana mereka sebesar Rp 124,92 miliar. Padahal pada April tahun lalu, Marimutu Sinivasan – pemilik Grup Texmaco – berjanji segera membayar dana para investor tersebut.
Market Reviews:
  • Krisis pembangunan senjata nuklir di Iran telah menjatuhkan bursa Jakarta pekan lalu. Pelaku pasar terus menyikapi ketegangan di kawasan Timur Tengah dengan mendiskon saham blue chips. Hampir semua investor regional membuang sahamnya sebagai antisipasi meningkatnya konflik antara AS dan Iran. Apalagi ketidakpastian di Timur Tengah itu telah memicu lonjakan harga minyak dunia ke level US$66 per barel. Hal itu membuat investor dunia, termasuk Jakarta panik menjual sahamnya. Dampaknya, mayoritas indeks bursa dunia terpangkas tajam minggu lalu.
  • Profit taking pemodal Jakarta juga dipicu memburuknya situasi geopolitik di Timur Tengah dan gejolak harga minyak dunia. Selain itu, fluktuasi rupiah yang cukup tajam dan sempat melemah hingga level Rp 9.505 per dolar AS ikut menjatuhkan saham Bisnis di bursa. Investor takut, kenaikan harga minyak dunia yang disulut ketegangan AS-Iran akan memangkas mata uang Asia. Perusahaan baal merevisi target laba maupun pendapatan tahun ini jika harga minyak dunia terus bergerak liar. Pasar saham maupun rupiah diperkirakan akan ‘buram’ apabila konflik Iran – AS berujung pada perang.
  • Di sisi lain, suku bunga AS yang kembali naik dikhawatirkan mendorong peningkatan suku bunga di dalam negeri. Memang, kebijakan bank sentral AS itu sudah diantisipasi pemodal namun tetap berimbas ke BI Rate dan SBI. Kemungkinan tersebut menyulut investor membuang saham blue chips pekan lalu. Derasnya sentimen jual pemodal menjatuhkan indeks BEJ 27,54 poin atau 2,20% menjadi 1.222,888 dibandingkan sebelumnya di level 1.250,428. Kejatuhan indeks komposit disulut anjloknya saham Bisnis. Indeks BI-40 merosot 2,20% pada 332,172 dari periode sebelumnya di 339,648. Pemodal tampak agresif mendiskon saham Bisnis untuk merealisasikan keuntungan temporer. Kecenderungan itu wajar karena secara teknis, mayoritas saham Bisnis sudah overbought.

Friday, January 20, 2006

[Bisnis] 20 Januari 2006

News:
  • Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) siap ditunjuk sebagai dealer utama (primary dealer) untuk memperdagangkan surat utang negara, jika pemerintah memberikan fasilitas, termasuk pinjaman pendanaan kepada beberapa anggota bursa. Perdagangan surat utang negara (SUN) yang transparan dan likuid ini diperlukan agar keguncangan pasar reksa dana tahun lalu yang dipicu oleh anjloknya harga SUN tak terulang lagi. Perusahaan efek dengan kekuatan permodalan dan jaringannya dinilai memiliki kemampuan untuk menjadi pedagang utama.
  • Bank Tabungan Negara (BTN) tahun ini mematok perolehan laba bersih sekitar Rp 423 miliar atau naik tipis 1% dari perolehan 2005 sebesar Rp 419 miliar. Dirut BTN Kodradi mengatakan dengan kondisi makro ekonomi yang masih berat maka pertumbuhan usaha tahun ini tidak bisa digenjot terlalu tinggi. Untuk itu pertumbuhan kredit baru akan disesuaikan dengan ketentuan Bank Indonesia yang memproyeksikan sasaran 22%.
  • Sentimen positif dari bursa regional mendongkrak indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta sebesar 36,863 poin (3,09%) ke level 1.230,059, setelah lima hari berturut-turut tersungkur. Data perdagangan BEJ mengungkapkan sejumlah 812,85 juta lot saham telah diperjualbelikan dengan transaksi senilai Rp 1,02 triliun dan frekuensi mencapai 16.084 kali. Harga 99 saham ditutup naik, harga 30 saham turun, dan 49 saham lainnya stagnan.
  • Bapepam diharapkan mengumumkan nama perusahaan manajemen investasi yang menjalankan bisnisnya dengan benar dan melakukan valuasi portofolio sesuai aturan untuk mengembalikan kepercayaan investor terhadap produk reksa dana.
Market Reviews:
  • Technical rebound mendongkrak saham unggulan Bisnis ke level signifikan. Pelaku pasar antusias membeli kembali saham blue chips yang kursnya sudah terpangkas tajam selama perdagangan lima hari berturut-turut. Perburuan pemodal atas saham Bisnis berhasil melambungkan indeks BI-40 sebesar 3,51% pada 334,030. Total volume saham pilihan yang diperjualbelikan mencapai 330 juta unit senilai Rp 818 miliar. Pembelian teknikal ikut dipicu kenaikan mayoritas indeks bursa regional. Selain itu, apresiasi rupiah atas dolar AS mencapai Rp 9.395 ikut mendongkrak saham Bisnis.
  • Perlu diketahui, koreksi harga saham unggulan yang terjadi belakangan ini mengakibatkan kursnya cenderung overvalued. Bahkan beberapa saham Bisnis tampak lebih murah dan kompetitif. Hal itu langsung dimanfaatkan pemodal untuk membeli kembali saham di bursa. Investor berupaya memperbaiki harga saham agar tetap atraktif sehingga bisa mendatangkan keuntungan lebih besar lagi. Terobosan pemodal itu dapat dimaklumi karena potensi penguatan saham blue chips masih terbuka.
  • Bagaimanapun, stabilitas rupiah dan suku bunga akan terus menggairahkan transaksi saham di BEJ tahun 2006 ini. Antusiasme pemodal berburu saham blue chips turut mendongkrak indeks BEJ 36,863 poin atau 3,09% menjadi 1.230,059. Begitu juga indeks LQ45 meroket 3,54% di posisi 271,062. Lonjakan kurs saham BUMN dan beberapa bigshare lainnya berhasil membalikkan arah indeks komposit ke teritori positif. Panik jual mulai mereda sehingga pemodal kembali masuk bursa. Mayoritas saham Bisnis berhasil membukukan kenaikan kurs signifikan. Investor asing mencatat net buying di BEJ sebesar Rp 32 miliar dan rupiah menguat diposisi Rp 9.395 per dolar AS. Aktivitas perdagangan marak dan bergairah.

Thursday, January 19, 2006

[Bisnis] 19 Januari 2006

News:
  • Setelah sempat difavoritkan Bank Mandiri, konsorsium Sampoerna Strategic akhirnya mengundurkan diri dari proses penawaran 100% saham PT Kiani Kertas menyusul ketidaksepakatan dengan kreditor terbesar itu.
  • Pengusaha Eka Tjipta Widjaja – mantan pemilik Bank Internasional Indonesia – diketahui berani ‘pasang badan’ terkait pengambilalihan 100% saham Bank Shinta Indonesia oleh kelompok usaha miliknya, Sinar Mas Group. Secara tersirat, Bank Indonesia mengakui Eka Tjipta telah menandatangani surat pernyataan tentang kesanggupannya untuk bertanggung jawab atas keberadaannya di Bank Shinta. Hal ini sesuai dengan aturan yang berlaku. Deputi Gubernur BI Siti Ch. Fadjrijah mengatakan berdasarkan peraturan Bank Indonesia mengenai uji kepatutan, seseorang yang pernah tidak lulus berhak mendapat kesempatan satu kali lagi untuk berkiprah di perbankan dengan lebih dulu membuat surat pernyataan.
  • Kejadian penting di kawasan regional menjadi pemicu utama penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta, sehingga kembali turun 19,674 poin (1,62%) ke level 1.193,196. Berdasarkan data perdagangan saham BEJ, sejumlah 762,26 juta lot saham telah diperjualbelikan dengan transaksi senilai Rp 1,045 triliun dan frekuensi transaksi mencapai 17.511 kali.
  • PT Branta Mulia Tbk akan membayar bunga ke-7 Obligasi Branta Mulia I tahun 2004 dengan tingkat bunga tetap sebesar Rp 7,56 miliar yang akan jatuh tempo hari ini. Sekretaris Perusahaan Branta Mulia Vonny Juwono menjelaskan pemegang obligasi yang berhak menerima pembayaran atas bunga ketujuh obligasi perseroan adalah yang namanya tercatat dalam daftar pemegang obligasi dalam penitipan kolektif PT Kustodian Sentral Efek Indonesia pada 9 Januari 2006. Kewajiban pembayaran kupon itu nilainya mencapai Rp 7,56 miliar, sedangkan kewajiban pajaknya Rp 471,562 juta.
Market Reviews:
  • Panik jual investor terhadap saham unggulan masih terus berlanjut di BEJ. Sentimen negatif regional dan pelemahan rupiah kembali menyulut kejatuhan saham Bisnis. Selain itu, antisipasi terhadap kenaikan suku bunga Fed dan meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran ikut mendorong investor melakukan profit taking. Pelaku pasar tak ingin mengambil risiko di tengah kondisi pasar yang kurang menguntungkan. Bagaimanapun, fluktuasi rupiah yang tajam atas dolar AS berpotensi menghambat gairah transaksi di BEJ. Kurs saham unggulan akan terus berguguran sampai akhir minggu ini.
  • Akumulasi berbagai sentimen negatif di atas menjatuhkan indeks BEJ 19,674 poin atau 1,62% menjadi 1.193,196. Investor cemas, berlanjutnya kontroversi pengembangan teknologi nuklir Iran bisa mengurangi pasokan minyak mentah di pasar dunia. Selain itu, suku bunga Fed bakal dinaikkan menjadi 4,50% seiring membaiknya data ekonomi AS bulan lalu. Hal ini bisa menyulut Bank Indonesia merevisi tingkat BI Rate maupun suku bunga SBI di dalam negeri. Kenyataan tersebut pada akhirnya akan memukul bursa saham karena investor makin agresif membuang saham di bursa Jakarta.
  • Sementara itu, profit taking terhadap saham blue chips masih berlangsung sampai perdagangan hari ketiga minggu ini. Berbagai saham kapitalisasi besar kembali dibuang investor sehingga kursnya terpangkas tajam. Indeks BI-40 anjlok 1,77% pada 322,702. Demikian halnya indeks LQ45 terpuruk 1,77% di titik 261,790. Pemodal panik, berlarutnya krisis nuklir di Iran bakal menyeret perang di kawasan Timur Tengah. Faktor ini pula yang menyulut investor regional mendiskon saham di bursa masing-masing. Selain itu, fluktuasi harga minyak dunia ikut menjatuhkan indeks bursa saham dunia.
  • Disisi lain, merosotnya kurs rupiah ke level Rp 9.505 per dolar AS ikut disikapi pemodal dengan melepas saham blue chips di BEJ. Pasalnya, depresiasi rupiah akan memicu naiknya suku bunga di dalam negeri. Apalagi bila yen terus melemah terhadap dolar AS dan krisis nuklir Iran tak segera berakhir.

Wednesday, January 18, 2006

[Bisnis] 18 Januari 2006

News:
  • Bank Indonesia akan menambah kepemilikan obligasi negara hingga lebih dari lima kali lipat akan dipergunakan sebagai salah satu instrumen moneter. Deputi Senior Gubernur BI Miranda S Goeltom mengatakan bank sentral berencana memiliki obligasi negara hingga Rp 60 triliun.
  • Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta kembali dilanda aksi ambil untung oleh investor yang ingin segera merealisasikan keuntungan, sehingga turun 22,386 poin (1,81%) ke level 1.212,870. Data perdagangan saham BEJ mengungkapkan sejumlah 1,312 miliar saham diperjualbelikan dengan transaksi senilai Rp 1,27 triliun dan frekuensi mencapai 20.185 kali.
  • Barang dagangan yang bervariasi menjadi salah satu daya tarik investor. Meski produk derivatif kontrak opsi saham (KOS) belum sukses di pasar, Bursa Efek Jakarta kembali akan meluncurkan produk derivatif baru yaitu cover waran. Cover waran adalah produk derivatif yang diterbitkan oleh non-emiten atau institusi yang bukan penerbit saham. Waran didefinisikan sebagai opsi membeli sejumlah tertentu saham pada harga yang telah ditentukan dalam periode tertentu pada harga pembelian yang lebih tinggi daripada harga pasar berlaku. Perbedaannya dengan waran adalah, cover waran diterbutkan oleh non-emiten, sedangkan waran diterbitkan oleh emiten atau perusahaan yang mengeluarkan saham. Saham yang dipilih sebagai acuan cover waran ini, antara lain memiliki kapitalisasi pasar yang besar.
Market Reviews:
  • Tekanan jual investor terhadap saham unggulan tampak semakin deras. Pelaku pasar tidak berani memegang sahamnya dalam waktu lama. Aksi ambil untung selain dipicu lonjakan kurs saham Bisnis yang sudah tinggi, juga akibat melemahnya bursa regional dan kurs rupiah di pasar valas. Pemodal khawatir, kenaikan harga minyak dunia mencapai US$64 per barel yang disulut ketegangan di kawasan Timur Tengah akan terus berlanjut. Hal itu pada akhirnya memangkas harga saham maupun kurs rupiah. Kinerja emiten bakal terganjal jika harga minyak kembali bergolak.
  • Disisi lain, penguatan indeks BEJ yang terlampau cepat telah menyulut profit taking di bursa selama empat hari terakhir. Memang, secara teknis, mayoritas saham Bisnis sudah memasuki area jenuh beli atau overbought. Sehingga tekanan jual yang terus berlanjut adalah hal yang wajar. Namun begitu, sentimen negatif global yang ditandai ketegangan antara AS dan Iran soal pengembangan senjata nuklir berpotensi menyurutkan gairah investasi di pasar saham. Apalagi harga minyak dunia mulai merangkak naik yang mana akan mengganjal pendapatan maupun laba perusahaan besar.
  • Kekhawatiran pelaku pasar atas tersendatnya pasokan minyak mentah dunia tadi telah menyulut tekanan jual di BEJ kemarin. Indeks komposit terpangkas tajam 22,386 poin atau 1,81% menjadi 1.212,870. Sebagian besar saham blue chips dibuang investor sehingga kursnya merosot cukup dalam. Bahkan saham kapitaliasasi besar kembali menyumbang kemerosotan indeks kemarin. IHSG sempat terpuruk 30 poin sebelum menguat lagi menjelang penutupan Selasa kemarin. Kendati begitu, aktivitas transaksi bergairah dengan volume saham berpindahtangan 2,836 miliar unit senilai Rp 1,3 triliun.
  • Derasnya tekanan jual di saham unggulan ikut menjatuhkan indeks BI-40 sebesar 1,88% pada posisi 328,517. begitu juga indeks LQ45 merosot 2,08% di posisi 266,518. Jumlah saham Bisnis yang diperjualbelikan sebanyak 407 juta unit senilai Rp 983 miliar. Investor asing membukukan net buying Rp 87 miliar dan rupiah melemah tipis di posisi Rp 9.465 per dolar AS. Aksi ambil untung pemodal regional turut disikapi investor Jakarta dengan membuang saham blue chips.

Tuesday, January 17, 2006

[Bisnis] 17 Januari 2006

News:
  • PT Magnus Indonesia mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap PT Garuda Indonesia dengan alasan perusahaan penerbangan itu tidak memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo. Permohonan pernyataan pailit itu sudah didaftarkan melalui Pengadilan Niaga Jakarta pada Desember 2005, sedangkan pemeriksaan perkaranya kini baru masuk dalam tahap pembuktian.
  • Pemerintah menilai tingginya rasio kredit bermasalah PT Bank Negara Indonesia – hingga akhir 2005 diprediksikan 10% - menyulitkan bank pelat merah ini untuk menambah permodalan melalui penjualan saham baru. Tingkat NPL tersebut jauh di atas level yang disarankan Bank Indonesia saat ini yaitu maksimal 5%. Pada akhir 2004, rasio kredit bermasalah BNI baru mencapai 4,6%.
  • Menneg BUMN Sugiharto menegaskan pemerintah tidak akan menjual sahamnya di PT Garuda Indonesia karena kebutuhan dana bagi BUMN penerbangan itu akan dipenuhi melalui mekanisme penerbitan saham baru.
  • Aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan investor membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta ditutup turun 15,17 poin atau 1,21% ke lebel 1.235,256 kemarin. Data perdagangan BEJ mengungkapkan sejumlah 978.244.224 saham telah diperjualbelikan dengan transaksi senilai Rp 1,16 triliun dan frekuensi transaksi mencapai 17.610 kali.
Market Review:
  • Investor terus mengambil keuntungan di BEJ. Berbagai saham unggulan kembali dilepas pemodal untuk mendapatkan gain tersisa. Koreksi teknikal masih berkaitan dengan mahalnya sebagian besar saham pilihan Bisnis di bursa. Lonjakan saham blue chips yang berlangsung pada dua pekan terakhir membuat kursnya overbought. Realitas itu terus dimanfaatkan pemodal merealisasikan keuntungan temporer. Pemodal berupaya melepas saham Bisnis dan akan membeli kembali di harga lebih murah. Ini adalah strategi pelaku pasar mempertahankan keuntungan sesaat di BEJ.
  • Derasnya tekanan jual di saham Bisnis langsung memangkas indeks BI-40 sebesar 1,41% pada 334,843. Total volume saham pilihan yang dipindahtangankan sebanyak 347 juta unit senilai Rp 899 miliar. Selain faktor teknis, sentimen jual atas saham unggulan dipicu fluktuasi harga minyak dunia. Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah sehubungan dengan langkah Iran mengembangkan teknologi nuklir telah meningkatkan harga minyak. Seperti diketahui, AS dan Uni Eropa terus menekan Iran untuk membatalkan pembangunan teknologi nuklir di negaranya. Selain itu, pelemahan rupiah ikut melorotkan harga saham.
  • Mayoritas saham kapitalisasi besar dilepas investor sehingga kursnya terkoreksi cukup dalam. Pelepasan saham blue chips turut menjatuhkan indeks BEJ 15,172 poin atau 1,21% menjadi 1.235,256. Indeks LQ45 terpuruk 1,39% di posisi 272,187. Sentimen jual disulut anjloknya saham Perusahaan Gas Negara, Gudang Garam, Astra International, Semen Gresik, Bank Mandiri, dan lainnya. Meski didominasi tekanan jual, kegiatan transaksi di BEJ kemarin cukup bergairah dengan volume saham berpindah sebanyak 2,149 miliar lembar senilai Rp 1,2 triliun. Investor asing kembali net buying Rp 98 miliar. Kecenderungan ini mengindikasikan minat jual beli asing terhadap saham Bisnis masih cukup besar.

Monday, January 16, 2006

[Bisnis] 16 Januari 2006

News:
  • Selain memerlukan insentif pajak dan kejelasan pembukuan bagi reksa dana dolar, para pelaku reksa dana juga membutuhkan dealer utama (primary dealer) guna mengatasi masalah likuiditas di pasar sekunder surat utang.
  • PT Bahtera Adimina Samudra Tbk menjajaki kemungkinan untuk melakukan diversifikasi usaha, menyusul redupnya bisnis penangkapan ikan akibat kesulitan pasokan bahan bakar solar. Saat ini, Bahtera Adimina hanya mengoperasikan enam armada kapal dari 34 kapal yang dimiliki oleh perseroan. Hal tersebut disebabkan distribusi minyak solar untuk daerah Indonesia Timur masih belum maksimal. Akibatnya, operasional kapal tidak efisien.
Market Review:
  • Aliran dana asing yang masuk ke BEJ berhasil mendongkrak saham Bisnis ke level signifikan. Pemodal asing antusias berburu saham blue chips pekan lalu. Tercatat asing beli senilai Rp 3,025 triliun dan asing jual Rp 2,297 triliun. Dengan demikian, net buying asing sebesar Rp 731 miliar. Bahkan jika diakumulasikan sejak tanggal 2 sampai 13 Januari maka pembelian asing bersih Rp 1,5 triliun. Aksi beli asing dipicu stabilitas suku bunga, apresiasi rupiah, serta turunnya inflasi. Selain itu, langkah Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di level 12,75% ikut menaikkan saham Bisnis.
  • Pemodal asing terus menambah portofolionya di BEJ menyusul pulihnya stabilitas ekonomi, politik, serta keamanan dalam negeri. Selain itu, harga saham unggulan yang murah dan kompetitif ikut menyulut animo asing bertransaksi di BEJ. Perburuan asing yang diikuti investor lokal mampu mendongkrak indeks BI-40 sebesar 2,42% pada 339,648 dari sebelumnya di titik 331,603. total volume saham Bisnis yang diperjualbelikan mencapai 2,129 miliar unit senilai Rp 5,74 triliun. Kegiatan transaksi berlangsung marak dan bergairah. Kurs rupiah ditutup menguat di Rp 9.350 per dolar AS.
  • Tingginya animo investor berburu saham blue chips turut melambungkan indeks BEJ 28,179 poin atau 2,30% menjadi 1.250,428 dibanding minggu sebelumnya di level 1.222,249. Kekhawatiran meningkatnya defisit anggaran AS tahun ini mendorong pelaku pasar mengkonversi dolar AS ke rupiah untuk membeli saham di bursa Jakarta. Kecenderungan pemodal itu berhasil mengkatrol harga saham maupun kurs rupiah di pasar uang. Mata uang rupiah bergerak di kisaran Rp 9.350 – Rp 9.380, atau tertinggi selama 10 bulan terakhir. Apresiasi rupiah sejalan penguatan mata uang Asia atas dolar.
  • Disisi lain, valuasi harga saham Bisnis yang masih menarik dengan price earning ratio atau PER kompetitif mendorong investor berinvestasi di bursa. Pelaku pasar antusias berburu saham blue chips sehingga kursnya melonjak pekan lalu. Perdagangan saham Bisnis minggu ini akan kembali dibayangi profit taking. Saham unggulan yang kursnya overbought terus dilepas.

Saturday, January 14, 2006

[Bisnis] 14 Januari 2006

News:
  • PT Pertamina (Persero) menolak rencana pemerintah membentuk perusahaan baru dan unit operator gabungan dengan ExxonMobil sebagai solusi sengketa di Blok Cepu dan tetap berkeras menjadi operatorship untuk melakukan pengeboran.
  • Bank Indonesia tidak akan mengubah BI Rate pada tiga bulan ke depan karena penurunan inflasi diprediksi tidak akan mengoreksi BI Rate yang saat ini mencapai 12,75%.
  • Obligasi PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) senilai US$250 juta mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga lebih dari 10 kali dari investor yang berasal dari Asia, Eropa, dan AS. Obligasi dalam denominasi dolar Amerika Serikat tersebut jatuh tempo pada Januari 2013 dengan US$99,323 per US$100 nilai buku memiliki yield 7,25%.
Market Review:
  • Koreksi teknikal atas saham unggulan berlanjut hingga penutupan transaksi Jum’at kemarin. Pemodal kembali merealisasikan keuntungan di saham Bisnis yang kursnya masih mahal. Hal itu dilakukan guna meminimalkan risiko investasi di BEJ. Bagaimanapun, lonjakan kurs saham blue chips dua pekan terakhir sudah terlampau tajam. Oleh karena itu, investor segera mendiskon saham unggulan tersebut guna mendapatkan gain temporer. Tindakan pemodal itu wajar mengingat potensi penurunan harga saham di BEJ masih terbuka. Banyak saham unggulan yang kursnya sudah mahal.
  • Derasnya tekanan jual terhadap saham kapitalisasi besar akhirnya menghambat pergerakan saham Bisnis ke tingkat lebih tinggi. Indeks BI-40 ditutup melemah 0,79% pada 339,648. Total volume saham pilihan yang dipindahtangankan mencapai 370 juta unit senilai Rp 935 miliar. Investor asing membukukan net buying sebesar Rp 46 miliar dan kurs rupiah stabil di Rp 9.365 per dolar AS. Minat beli investor terhadap saham Bisnis masih cukup tinggi. Berbagai sentimen positif yang berhembus di BEJ belakangan ini tetap dimanfaatkan pemodal untuk bertransaksi di saham unggulan maupun lapis kedua.
  • Harus diakui, investor terus melepas saham Bisnis untuk mendapatkan keuntungan tersisa di BEJ. Profit taking tersebut adalah strategi membeli kembali saham di harga lebih murah. Hal itu sejalan dengan turunnya laporan keuangan emiten 2005. Bagaimanapun, ditinjau dari sisi teknikal, beberapa saham kapitalisasi besar sudah mahal dan cenderung overbought. Kondisi ini menyulitkan pergerakan kursnya ke posisi lebih tinggi. Untuk itu, investor terus melepasnya guna mendapatkan harga wajar pada saham Bisnis tersebut. Bahkan beberapa pemodal mulai beralih ke saham lapis kedua.
  • Sentimen membaiknya makro ekonomi cenderung menurun seiring merosotnya sejumlah saham unggulan. Momentum akhir pekan dimanfaatkan pemodal melepas saham di BEJ. Terobosan pemodal itu bertujuan menghindari risiko kerugian yang lebih besar. Selain itu, aksi ambil untung juga dimaksudkan untuk menstabilkan harga saham Bisnis. Perlu diingat bahwa lonjakan kurs saham blue chips sejak awal Januari sampai penutupan Jum’at kemarin sudah terlampau tinggi. Meski demikian, pasar saham masih bergairah di mana volume saham berpindahtangan 2,44 miliar unit senilai Rp 1,4 triliun.

Friday, January 13, 2006

[Bisnis] 13 Januari 2006

News:
  • Investor global disebut-sebut sedang berebut masuk ke pasar Indonesia dengan membeli saham sejumlah perusahaan lokal dengan transaksi hingga US$124 juta. Data Bloomberg menunjukkan aksi investor global itu juga terjadi di sejumlah negara kawasan Asia Tenggara, seperti Thailand (US$1,4 miliar), Filipina (US$13,1 juta), dan Taiwan (US$1,1 miliar). Sejak awal tahun IHSG meningkat 7% dari posisi 1.171,71 menjadi 1.256,25 poin. Sedangkan rupiah menguat 4,7% dari posisi Rp 9.815 menjadi Rp 9.345 per dolar AS.
  • PT Trimegah Securities Tbk memprediksikan IHSG akan mencapai level 1.369 berdasarkan valuasi pasar saham Indonesia yang saat ini masih lebih rendah dibandingkan beberapa negara di Asia. Menurut Kepala Riset Trimegah Fajar R Hidayat, valuasi rasio harga saham terhadap laba per saham (price to earning ratio/PER) di Bursa Efek Jakarta baru 10,1 kali pada akhir 2005. Dengan target indeks harga saham gabungan (IHSG) 1.369, PER pada 2006 berada di tingkat 11,9 kali.
  • Perlahan tapi pasti, investor asing terus menaikkan porsi investasinya pda surat utang negara (SUN) yang hingga akhir November tahun lalu mencapai Rp 31,72 triliun, naik dari Rp 28,69 triliun pada bulan sebelumnya. Porsi kepemilikan investor asing itu meningkat menjadi 7,9% dari total surat utang negara yang diperdagangkan, dari sebelumnya sekitar 7,1%.
  • PT Bank Mandiri Tbk meminta PT Merpati Nusantara Airlines untuk menjual sejumlah aset yang dimilikinya termasuk properti untuk mengurangi utang di bank BUMN tersebut. Saat ini jumlah utang Merpati di Bank Mandiri mencapai Rp 194 miliar. Kredit tersebut mulai bermasalah sejak November 2004 segingga menimbulkan tunggakan pembayaran bunga sebesar Rp 21 miliar dan denda sebesar Rp 6,2 miliar.
Market Reviews:
  • Aksi profit taking mulai membayangi pergerakan saham unggulan di BEJ. Pelaku pasar merealisasikan keuntungan temporer di sejumlah saham Bisnis yang kursnya sudah menguat tajam belakangan ini. Kecenderungan pemodal itu wajar karena secara teknis, harga saham blue chips tampak overbought. Investor sengaja melepas saham Bisnis untuk membeli kembali di harga yang lebih murah. Ini adalah strategi jangka pendek pemodal dalam mempertahankan keuntungan di bursa. Bahkan konsolidasi pasar tersebut dilakukan agar kurs saham blue chips tetap kompetitif sampai akhir bulan nanti.
  • Perlu diketahui bahwa sejak pembukaan transaksi 2 Januari sampai hari Kamis 12 Januari, indeks BEJ telah melonjak tajam 93 poin lebih atau sebesar 8%. Lonjakan IHSG tersebut sangat signifikan bila dibandingkan dengan bursa regional lainnya. Oleh sebab itu, cukup rasional jika pemodal mulai merealisasikan keuntungannya kemarin. Bagaimanapun, profit taking dimaksudkan untuk mendapatkan harga yang lebih wajar di perdagangan mendatang. Pelaku pasar juga tidak ingin kehilangan gain di depan mata sehingga mereka cukup agresif melepas sejumlah saham pilihan kapitalisasi besar.
  • Sentimen jual dimotori saham Telkom dan Bank Mandiri langsung menjatuhkan indeks BI-40 sebesar 0,34% pada 342,368. Total volume saham Bisnis yang diperjualbelikan 503 juta unit senilai Rp 1,43 triliun. Tindakan ambil untung pemodal BEJ seiring dengan melemahnya kurs saham blue chips di beberapa bursa regional. Kejatuhan saham unggulan ikut merosotkan indeks BEJ 5,030 poin atau 0,40% menjadi 1.256,253. Meski demikian, aktivitas perdagangan berlangsung marak dan bergairah. Jumlah saham yang berhasil dipindahtangankan di BEJ sebanyak 3,06 miliar unit senilai Rp 2,2 triliun.

Thursday, January 12, 2006

[Bisnis] 12 Januari 2006

News:
  • Bapepam menyatakan belum mengetahui rencana manajemen PT Bank Mandiri Tbk untuk melelang jaminan PT Great River International Tbk (GRI) karena pemilik perusahaan garmen itu menolak untuk memberikan suntikan dana dan membayar kewajibannya ke bank tersebut. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Darmin Nasution mengisyaratkan agar tindakan pelelangan aset tersebut menjadi opsi yang paling akhir karena hal itu akan menghancurkan Great River yang saat ini masih memiliki sekitar 11.000 karyawan.
  • Kinerja perusahaan farmasi publik mulai kuartal II/2006 berpeluang membaik karena menguatnya nilai tukar rupiah sehingga di bawah level 10.000 per US$. Penguatan rupiah yang berlangsung stabil di bawah level 10.000/US$ bakal langsung berdampak positif terhadap kinerja perusahan farmasi, karena hampir 100% bahan bakunya diimpor.
  • PT Great River International Tbk mendapat peringatan tertulis ketiga dari BEJ sehubungan dengan keterlambatan emiten itu dalam menyampaikan laporan keuangan triwulan III/2005. Manajemen emiten garmen itu menyatakan akan segera menyerahkan laporan tersebut bilamana proses auditing laporannya selesai dilaksanakan. Dalam peringatan tertulis yang ketiga itu, BEJ mengancam akan mendenda Rp 150 juta atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan triwulan III/2005.
  • Penguatan indeks masih berlanjut hingga pekan kedua Januari. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta ditutup naik 16,299 poin ke level 1.261,283 kemarin. Data perdagangan saham BEJ mengungkapkan jumlah 3.243.256 lot saham telah diperjualbelikan dengan transaksi senilai Rp 2,212 triliun dan frekuensi mencapai 27.340 kali. Harga sejumlah 69 saham tercatat naik, harga 65 saham turun, dan harga 229 saham lainnya stagnan.
Market Reviews:
  • Investor tetap optimistis dan terus berburu saham di bursa Jakarta. Kecenderungan tersebut kembali mendongkrak indeks komposit ke level signifikan. IHSG berhasil melonjak 16,229 poin atau 1,30% menjadi 1.261,238 atau melampaui rekor sebelumnya di level 1.245,054. Stabilnya BI Rate diposisi 12,75%, penguatan rupiah, serta turunnya inflasi terus menyulut masuknya dana asing ke pasar saham. Pelaku pasar tetap optimistis, ekonomi Indonesia akan tumbuh positif dalam tahun 2006 ini. Konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia turut menggairahkan Bursa Efek Jakarta.
  • Aliran dana asing yang terus masuk ke pasar mengakibatkan laju indeks tak terbendung. Pemodal agresif memborong saham blue chips untuk jangka panjang. Kelompok saham kapitalisasi besar, antara lain Telkom, Astra International, Bank Mandiri, serta Indosat kembali menjadi penggerak utama BEJ. Investor asing mencatat net buying sebesar Rp 182 miliar. Pembelian asing tersebut lebih kecil dibandingkan transaksi Senin yang mencapai Rp 253 miliar. Meski demikian, partisipasi asing yang meningkat belakangan ini telah menyemarakkan transaksi saham di bursa Jakarta.
  • Bahkan sentimen beli yang dimotori asing tersebut mampu mendongkrak kurs saham blue chips ke level signifikan. Fokus perhatian pemodal masih tertuju pada saham unggulan kapitalisasi besar. Pemodal tidak ingin menyiakan kesempatan dimana mereka tetap agresif berburu saham di BEJ. Kondisi makro ekonomi yang terus membaik disertai bullish pasar global maupun regional berhasil membangkitkan animo beli investor di pasar saham.
  • Mata uang rupiah tetap menunjukkan tren penguatan pada posisi Rp 9.465 per dolar AS meski sedikit melemah dibanding transaksi Senin di Rp 9.450 per dolar AS. Derasnya tekanan beli investor terhadap saham blue chips mendorong penguatan indeks BI-40 sebesar 1,59% pada posisi 343,554. demikian halnya dengan indeks LQ45 terkerek 1,43% di 278,943. Kegiatan transaksi berlangsung marak dengan volume saham Bisnis yang berpindahtangan mencapai 633 juta unit senilai Rp 1,73 triliun.

Wednesday, January 11, 2006

[Bisnis] 11 Januari 2006

News:
  • Perbankan berpeluang melakukan ekspansi kredit setelah bank sentral mempertahankan BI Rate di level 12,75%. Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia awal pekan ini, keputusan mempertahankan suku bunga masih diikuti oleh kebijakan moneter yang cenderung ketat sebagai upaya pengendalian inflasi jangka menengah panjang. Kendati demikian, bank sentral memandang tekanan inflasi ke depan masih tetap tinggi.
  • Menteri Perhubungan Hatta Rajasa memberikan peringatan resmi kepada manajemen PT Garuda Indonesia agar memperhatikan masalah sumber daya manusia (SDM) menyusul hengkangnya ratusan pilot Garuda ke maskapai asing.
  • Manajemen PT Bank Mandiri Tbk segera melelang jaminan yang diserahkan PT Great River Internationla Tbk karena emiten garmen itu tidak sanggup membayar kewajibannya kepada bank itu.
  • Manajemen PT Kiani Kertas memberi peluang bagi konsorsium Putera Sampoerna untuk masuk ke perusahaan kertas tersebut. PT Bank Mandiri Tbk memastikan pelunasan dari pembayaran aset kredit Kiani akan dialokasikan untuk menambah biaya provisi bank BUMN tersebut.
Market Reviews:
  • Transaksi saham di bursa Jakarta awal pekan ini masih marak. Pelaku pasar terus berburu saham Bisnis sehingga kursnya melonjak signifikan. Isyarat penurunan suku bunga di dalam negeri disikapi pemodal dengan mengakumulasi saham perbankan. Investor optimistis, turunnya suku bunga SBI bakal mendongkrak kinerja emiten bank ke depan. Di sisi lain, apresiasi rupiah hingga Rp 9.450 per dolar AS turut menyemarakkan pasar saham. Pasalnya, stabilitas suku bunga BI Rate di level 12,75% dan penguatan rupiah akan mendongkrak pendapatan maupun laba perusahaan tahun 2006.
  • Bahkan kondisi makro ekonomi yang membaik mampu membangkitkan animo investor bertransaksi di BEJ. Mayoritas saham blue chips diborong investor untuk jangka panjang. Pemodal asing dan lokal tampak agresif mengakumulasi saham unggulan Bisnis. Hal itu mampu mendongkrak indeks BEJ 22,805 poin atau 1,87% menjadi 1.245,054. Total volume saham yang diperjualbelikan 4,515 miliar unit senilai Rp 2,3 triliun. Posisi IHSG saat ini adalah posisi tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Pemodal percaya, pemerintah dan Bank Indonesia mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
  • Berbagai saham kapitalisasi besar aktif diborong investor sehingga laju indeks tak terbendung. Indeks BI-40 meroket 1,97% pada 338,158. Begitu juga indeks LQ45 melonjak 2,1% di 274,998. Sekuritas BUMN dan beberapa saham kapitalisasi besar tampil sebagai penggerak bursa Jakarta. Ekspektasi yang tinggi terhadap prospek ekonomi nasional telah melambungkan optimisme pelaku pasar. Kenyataan tersebut bisa diamati dari derasnya sentimen beli di blue chips pada transaksi Senin kemarin. Euforia pemulihan ekonomi mampu menyulut investor berburu saham blue chips di lantai bursa.
  • Tingginya animo investor berburu saham Bisnis juga didukung aspek fundamental emiten yang solid. Perlu diingat bahwa deflasi Desember 2005 sebesar 0,04%, turunnya suku bunga SBI satu bulan menjadi 12,73%, serta penguatan rupiah ke level Rp 9.450 per dolar AS mengindikasikan bangkitnya kembali perekonomian nasional.
  • Di sisi global, isyarat Bank Sentral AS untuk tidak menaikkan suku bunganya lebih tinggi lagi ikut menyulut sentimen beli terhadap saham blue chips di BEJ. Akumulasi berbagai isu positif tadi membuat laju saham Bisnis makin kencang dan tidak terbendung. Bank Mandiri tampil sebagai motor utama penguatan indeks komposit. Rencana Sampoerna membeli saham PT Kiani Kertas dan membayar utang perusahaan kerta tersebut diyakini bakal mengurangi beban keuangan Bank Mandiri ke depan.

Monday, January 09, 2006

[Bisnis] 9 Januari 2005

News:
  • Konsorsium Putera Sampoerna akhirnya menaikkan harga penawaran akuisisi 100% saham PT Kiani Kertas dari semua US$370juta menjadi US$401juta. Direktur Bank Mandiri Abdul Rachman mengatakan Sampoerna telah setuju membeli seluruh saham dan efek bersifat ekuitas Kiani dengan harga US$200 juta. Bank Mandiri juga mengkaji tawaran dari Danareksa Sekuritas yang bertindak selaku penasihat keuangan Sampoerna dalam negosiasi mengenai pembelian saham dan penyelesaian utang Kiani. Bank Mandiri akan menerima pembayaran tunai atas seluruh utang Kiani dari Sampoerna sebesar US$201juta, dimana US$170 juta berasal dari perusahaan rokok itu dan US$31 juta dari Fayola Investment Ltd.
  • PT Berlian Laju Tanker Tbk berencana mencatatkan (listing) dan menjual sahamnya di New York atau Singapura menyusul pembatalan penerbitan obligasi senilai US$50 juta. Berlian Laju Tanker merupakan perusahaan pengapalan terbesar nasional dari segi nilai pasar, yang sahamnya sudah diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta.
  • Nilai kapitalisasi saham PT Indosat Tbk dalam lima hari bursa telah melonjak Rp 2,92 triliun akibat sentimen positif dari rencana pembelian kembali saham emiten itu oleh pemerintah. Pada akhir penutupan bursa tahun lalu, harga saham Indosat masih di level Rp 5.550 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 29,54 triliun, naik dari posisi akhir September tahun lalu sebesar Rp 28,2 triliun. Harga saham Indosat pada Jum’at pekan lalu ditutup naik ke posisi Rp 6.100 per saham yang berarti nilai kapitalisasi pasarnya juga meningkat menjadi Rp 32,47 triliun.
  • Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) memproyeksikan investasinya selama tahun lalu mendapatkan tingkat pengembalian investasi antara 12% - 15%. Tingkat pengembalian investasi tahun buku 2005 itu dinilai cukup tinggi karena suku bunga perbankan yang tinggi.

Saturday, January 07, 2006

[Bisnis] 7 Januari 2006

News:
  • Pemerintah menyiapkan dana Rp 12 triliun untuk membeli kembali (buyback) 40,77% saham PT Indosat Tbk, yang dikuasai oleh Singapore Technologies Telemedia Limited (STT) melalui Indonesia Communications Limited (ICL). Dana tersebut diambil dari uang cadangan pemerintah, kas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan BUMN Lainnya.
  • Setelah PT Garuda Indonesia dinyatakan terbuka bagi investor strategis, beberapa maskapai penerbangan raksasa seperti Luthfansa dan KLM Royal Dutch Airlines menyatakan minatnya terhadap BUMN penerbangan itu. Tidak hanya itu, penerbangan lainnya seperti Singapore Airlines dan Thai Airways juga mengincar kemungkinan kerja sama dengan penerbangan pelat merah yang masih terlilit utang pokok US$770juta.
  • Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta menembus rekor baru, naik 11,249 poin ke level 1.222,249, didorong oleh penguatan rupiah dan semangat investasi awal tahun. Sementara itu, data Reuters menunjukkan nilai tukar rupiah kemarin ditutup menguat 35 poin terhadap dolar AS menjadi Rp 9.565 menyusul reaksi lanjutan January Effect di lantai bursa.
  • Maraknya aksi penarikan investasi reksa dana pada kuartal III/2005 membuat nasabah ritel PT Trimegah Securities Tbk bergeming. Perusahaan efek itu tercatat masih memiliki sekitar 20.000 nasabah. Memiliki jumlah nasabah ritel yang besar adalah kekuatan Trimegah. Karena itu, menurut Direktur Trimegah Rosinu, perseroan akan tetap mempertahankan basis kekuatan investor ritel.
  • PT Danareksa Sekuritas telah menyiapkan dua opsi untuk pembentukkan special purpose vehicle (SPV) bagi PT Bank Mandiri Tbk. Dirut Danareksa Lin Che Wei menjelaskan opsi pertama adalah menerbitkan aturan baru yang memungkinkan bank membentuk SPV. Opsi kedua menyesuaikan dengan peraturan yang sudah ada terutama terkait dengan mekanisme pelaporan akuntansinya.
Market Reviews:
  • Laju saham unggulan Bisnis semakin kencang. Pemodal masih antusias memborong saham blue chips meski sebagian sudah mahal. Akumulasi beli tetap terfokus di saham tambang, telekomunikasi, perbankan, otomotif, serta rokok. Bahkan hampir semua saham BUMN menyumbangkan keuntungan yang signifikan. Berbagai sentimen positif yang berhembus di BEJ pekan ini terus menggerakkan saham Bisnis ke tingkat lebih tinggi. Indeks BI-40 terkerek 0,89% pada 269,340. Minat beli investor atas saham blue chips belum surut menyusul adanya January Effect di bursa.
  • Di sisi lain, keyakinan pemodal atas turunnya suku bunga SBI terus menyulut sentimen beli di saham unggulan. Bagaimanapun, sikap Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di level 12,75% dan menurunkan suku bunga SBI satu bulan sebesar 2 poin menjadi 12,73% telah berimbas positif terhadap pasar saham. Kenyataan ini bisa dilihat dari meningkatnya saham unggulan sampai penutupan transaksi hari Jum’at kemarin. Bahkan lonjakan kurs saham Bisnis mampu mendongkrak IHSG hingga 11 poin dan ditutup di posisi 1.122,249. Hampir setiap hari indeks komposit BEJ mencatat rekor tertinggi baru. Perlu diketahui, pergerakan kurs saham blue chips makin sulit dibendung. Ekspektasi pertumbuhan ekonomi tahun ini telah melambungkan harga saham unggulan.
  • Isyarat penurunan laju inflasi, stabilnya suku bunga SBI, disertai penguatan rupiah hingga level Rp 9.565 per dolar AS memacu investor berburu saham di BEJ. Apalagi suku bunga AS kemungkinan stagnan ataupun tidak mengalami kenaikan berarti tahun ini.

Friday, January 06, 2006

[Bisnis] 6 Januari 2006

News:
  • Perusahaan manajer investasi PT Fortis Investments memprediksikan nilai aktiva bersih (NAB) di industri reksa dana bakal tumbuh 20%, jika didukung edukasi calon nasabah. Presdir Fortis Investments Eko Priyo Pratomo mengatakan proyeksi pertumbuhan NAB sebesar 20% berdasarkan perkiraan tingkat suku bunga akan menurun. Penurunan suku bunga akan berdampak positif bagi pasar reksa dana, khususnya reksa dana saham, reksa dana campuran, dan reksa dana terstruktur. Namun pemasaran reksa dana terstruktur yang merupakan produk baru ini membutuhkan edukasi lebih lanjut.
  • Lembaga Penjaminan Simpanan akan menerima premi sebesar Rp 900 miliar pada semester I tahun ini. Dana tersebut bakal ditempatkan pada Surat Utang Negara dan Sertifikat Bank Indonesia dengan komposisi 60% : 40%.
  • PT Trimegah Securities Tbk telah membeli kembali obligasi I pada 3 Januari 2006. Emiten itu telah membeli Rp 258,65 miliar surat utangnya yang diterbitkan dua tahun lalu. Dirut Trimegah Avi Dwipayana mengatakan pembelian kembali obligasi itu bertujuan untuk disimpan dan dapat diperdagangkan kembali.
  • PT Charoen Pokpand Indonesia Tbk telah menyiapkan dana untuk membayar kupon bunga obligasi ke-10. dana pembayaran itu ditransfer ke rekening Kustodian Sentral Efek Indonesia pada 29 Desember 2005 seperti surat perseroan kepada wali amanat obligasi Bank Permata pada 27 Desember 2005. pengumuman pembayaran obligasi itu sebagai bagian dari keterbukaan kepada publik yang harus segera diumumkan.
  • PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) mulai menjual surat utangnya senilai US$200 juta – US$250 juta mulai Senin pekan depan. Hasil emisi itu nantinya untuk membiayai pengembangan jaringan selular dan melunasi floating rate notes (FRN). Beberapa banki investasi mengatakan kisaran imbal hasil obligasi dolar itu kemungkinan di bawah 8%, mengingat Excelcomindo didukung penuh oleh Telekom Malaysia.
  • Jakarta Investment akan meluncurkan Jakarta Protected Fund, produk reksa dana terproteksi, yang memberikan perlindungan sebesar 116% dari nilai investasi awal pada saat jatuh tempo. Jakarta Investment merupakan manajer investasi pertama yang berbentuk badan usaha milik daerah (BUMD), yang sebelumnya bernama PT Jakarta Aset Manajemen. Presdir Jakarta Investment Markus Suryawan mengatakan Jakarta Protected Fund memberikan nilai proteksi sebesar 116% terhadap 100% nilai investasi awal dan 16% total hasil investasi. Adapun 80%-100% nilai investasi awal tersebut akan dibelanjakan pada obligasi pemerintah dan obligasi korporasi dengan peringkat minimum BBB+ dari PT Pemeringkat Efek Indonesia, instrumen pasar uang, kas dan setara kas. Sedangkan 0% - 20% lainnya, akan dikembangkan pada blue chips [saham unggulan] dan LQ-45 indeks berjangka. Sementara hasil investasi yang total sebesar 16%, akan dibagikan kepada para investor tiap triwulan.
Market Reviews:
  • Perburuan investor terhadap saham blue chips terus berlanjut. Ekspektasi pertumbuhan ekonomi tahun 2006, stabilitas suku bunga SBI, serta penguatan terus melambungkan optimisme pelaku pasar bertransaksi di BEJ. Kecenderungan pemodal itu tercermin dari akumulasi jual beli terhadap saham unggulan Bisnis, kemarin. Tarik menarik yang cukup kuat di saham pilihan membuat indeks BEJ berfluktuasi tinggi. IHSG akhirnya ditutup melemah tipis 1.211,000. Indeks komposit sempat menguat 6 poin sebelum terjadi profit taking di akhir perdagangan.
  • Minat jual beli investor terhadap saham unggulan masih tinggi meski sebagian pemodal mulai mengambil keuntungan di bursa. Kalangan investor tetap bermain selektif di saham blue chips sambil menanti pengumuman rencana bisnis emiten BEJ tahun ini. Di sisi lain, dampak January Effect, turunnya inflasi, penguatan rupiah, serta kenaikan komoditas dunia terus menyemarakkan perdagangan saham di BEJ. Meski indeks BEJ ditutup di teritori negatif namun aktivitas transaksi bergairah. Total volume saham yang berhasil diperjualbelikan kemarin mencapai 2,249 miliar lembar senilai Rp 1,6 triliun.
  • Beberapa saham kapitalisasi besar kembali mengkontribusikan keuntungan kepada pemodalnya. Antara lain, Astra International, Indosat, Medco, Perusahaan Gas Negara, dan Gudang Garam. Aksi jual beli pemodal terhadap saham unggulan tampak berimbang sehingga indeks komposit tak mengalami perubahan berarti. Bahkan indeks BI-40 tetap positif di lebel 328,679 atau naik tipis 0,225 poin. Sedangkan indeks LQ45 loss 0,10% di 266,538. Transaksi saham Bisnis berlangsung marak dengan volume saham berpindahtangan 441 juta unit senilai Rp 1,19 triliun pada Kamis, kemarin. Pelaku pasar cenderung melakukan switching dari saham pilihan yang kursnya sudah melonjak tajam ke saham Bisnis lainnya yang masih murah dan belum bergerak. Pola switching demikian dilakukan pemodal untuk mempertahankan keuntungan.

Thursday, January 05, 2006

[Bisnis] 5 Januari 2006

News:
  • Pemerintah akan melakukan liberalisasi terhadap pelelangan aset negara dengan melibatkan swasta. Langkah tersebut diawali dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan tentang Pejabat Lelang Kelas II, yaitu orang di luar pemerintahan yang memiliki wewenang menjual secara lelang. Hambatan pengelolaan aset negara diantaranya adalah undang-undang yang ketinggalan zaman sehingga perlu aturan yang lebih liberal, dominasi pemerintah dalam pengurusan aset, lelang cenderung tertutup dan pengembalian yang tidak optimal, pemerintah bertindak sebagai regulator sekaligus eksekutor. Adapun langkah liberalisasi lelang adalah amendemen UU Lelang peninggalan kolonial Belanda, pelibatan swasta sebagai pejabat lelang, mengatur balai lelang lebih dari sekedar event organizer, menempatkan pemerintah sebagai regulator lelang, dan penguatan fungsi asosiasi balai lelang.
  • PT Perusahaan Listrik Negara, PT Perusahaan Gas Negara Tbk, dan PT Pertamina berencana membuat konsorsium untuk mengembangkan satu train LNG (Liguefied Natural Gas) di lapangan Tangguh, Papua, untuk memenuhi kebutuhan domestik.
  • Pemerintah berencana menjual 10 hingga 20 BUMN untuk memenuhi setoran privatisasi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2006 sebesar Rp 1 triliun. Namun pemerintah berupaya memilih opsi penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) demi menggerakan BUMN dengan cara memperbesar dana yang dapat diinvestasikan.
  • Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta mencapai rekor tertinggi baru, menembus 1.200, menjadi 1.211,699 atau naik 27,009 poin (2,28%) pada perdagangan kemarin. Indeks diperkirakan masih terus menguat. Data perdagangan BEJ mengungkapkan 3.379.890 lot saham telah diperjualbelikan dengan nilai transaksi Rp 1,973 triliun dan frekuensi mencapai 26.723 kali. Harga 98 saham naik, 37 saham turun, dan 228 saham stagnan. Perusahaan sekuritas asing seperti Kim Eng Securities, JP Morgan Securities, dan Macquire Securities terlihat aktif memburu saham unggulan dari sektor telekomunikasi, perbankan, hingga infrastruktur. Maraknya transaksi perdagangan saham dalam tiga hari pertama tahun ini disebabkan oleh sentimen positif yang mendominasi pasar. Setidaknya ada empat hal, pertama, ada perlambatan inflasi pada Desember dengan dicapainya deflasi sebesar 0,04%. Kedua, rupiah menunjukkan kecenderungan makin menguat yang mengindikasikan peningkatan cadangan devisa. Selain itu Bank Sentral Amerika Serikat The Fed diperkirakan tahun ini tidak menaikkan suku bunga yang tinggi. Ketiga, pelaku pasar menerima informasi Bank Indonesia bakal menunda penerapan penilaian kualitas aktiva produktif. Kondisi ini menyebabkan saham perbankan yang memberikan kontribusi besar kepada indeks ikut diburu oleh investor. Keempat, lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang berlangsung kemarin mendapatkan respons positif yang diindikasikan dengan penyerapan dana Rp 37,48 triliun.
  • PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) menghapus paksa (force delisting) pencatatan saham PT Ryane Adibusana Tbk dari papan perdagangan karena kondisi operasional tidak berjalan normal.
  • PT Apexindo menyatakan siap membayar kupon bunga ke tiga dan cicilan fee ijarah ke tiga. Setelah dikurangi pajak, kupon bunga obligasi konvensional Rp 14,89 miliar, sedangkan fee ijarah obligasi syariah mencapai Rp 7,09 miliar. Sesuai tanggal yang ditentukan, Apexindo akan memasukkan total dana Rp 21,98 miliar ke rekening PT Kustodian Sentral Efek Indonesia.
  • PT Semen Cibinong Tbk berganti nama menjadi PT Holcim Indonesia Tbk, sementara anak perusahaannya PT Trumix Beton mengubah nama menjadi PT Holcim Beton. Presdir Semen Cibinong Tim Mackay menyatakan perubahan nama tersebut terjadi per 1 Januari 2006. Holcim merupakan pemegang saham mayoritas PT Semen Cibinong. Komposisi kepemilikan SMCB saat ini 77,3% dikuasai Holderin BV (berkedudukan di Belanda) yang merupakan induk perusahaan dari Holcim dan selebihnya 22,7% dimiliki publik.
  • PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyatakan kesiapannya untuk menyelenggarakan sentralisasi pencatatan aktivitas reksa dana pada tahun ini.
Market Review:
  • Sentimen beli investor terhadap saham unggulan Bisnis tampak semakin kuat. Ekspektasi turunnya suku bunga di dalam negeri menyulut pemodal berburu saham di bursa. Pelaku pasar optimistis laju inflasi 2005 yang cenderung turun di level 17,11% bisa mempercepat langkah otoritas moneter merevisi kebijakan suku bunga SBI.
  • Di sisi lain, apresiasi rupiah yang terus berlanjut disertai meningkatnya cadangan devisa Indonesia turut membangkitkan animo investor menambah portofolionya di BEJ. IHSG berhasil menembus level psikologis 1.211,699 atau melonjak 27,009 poin. Pemodal antusias berburu saham unggulan sejak pembukaan perdagangan sesi pagi. Disamping faktor inflasi dan suku bunga yang berangsur turun, tekanan beli investor terhadap saham Bisnis juga disulut lonjakan blue chips di pasar regional.
  • Sejumlah bursa Asia terus melanjutkan rallynya sampai perdagangan kemarin. Demam Januari rupanya sudah melanda bursa dunia sehingga kenaikan harga saham maupun indeks tak terbendung. Pelaku pasar terus menata portofolionya guna memperbesar keuntungan mereka pada 2006. Hal sama juga dilakukan oleh pemodal bursa Jakarta.
  • Dampaknya mayoritas saham Bisnis berhasil melonjak signifikan. Indeks BI-40 terdongkrak 2,45% pada 328,454. total volume saham pilihan yang diperjualbelikan sebanyak 582 juta unit senilai Rp 1,57 triliun. Asing net buying Rp 337 miliar dan rupiah menguat signifikan di level Rp 9.760 per dolar AS. Momentum January Effect telah melambungkan kurs saham blue chips ke tingkat lebih tinggi. Berbagai saham blue chips aktif diburu investor untuk investasi jangka panjang. Terjadinya deflasi pada Desember 2005 membuat investor optimis, Bank Indonesia segera menurunkan suku bunga SBI.
  • Harus diakui kondisi makro ekonomi yang lebih konduksif terus menyemarakkan perdagangan saham di BEJ. Saham unggulan kapitalisasi besar makin agresif diburu investor sehingga kursnya melonjak tajam. Saham Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BCA, serta Bank Danamon kembali diborong investor pada Rabu kemarin. Tekanan beli juga melanda saham Telkom, Indosat, Astra International, Gudang Garam, Inco, serta Antam. Gairah bursa global maupun regional mendorong investor melanjutkan pembelian saham blue chips.

Wednesday, January 04, 2006

[Bisnis] 4 Januari 2005

News:
  • Jumlah pekerja yang dikenakan PHK pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Oktober 2005, melonjak 150% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) Ditjen Pembinaan Hubungan Industrial Depnakertrans, pada kuartal keempat (Oktober – Desember) 2005 atau pasca kenaikan BBM, pekerja yang dikenakan pemutusan hubungan kerja (PHK) 55.697 orang. Angka tersebut meningkat hampir 150% dibandingkan dengan jumlah PHK pada triwulan ketiga (Juli – September) yang sebanyak 22.355 orang.
  • Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan pemerintah belum berencana mengajukan penangguhan pembayaran kewajiban pokok dan bunga utang luar negeri (moratorium) tahun ini. Kebijakan untuk tidak mengajukan moratorium utang luar negeri kepada negara kreditor itu dilatarbelakangi dua hal pokok, yaitu rencana tersebut tidak diagendakan dalam UU APBN 2006 dan kondisi keuangan Indonesia yang dinilai tidak memenuhi syarat untuk mendapat fasilitas tersebut.
  • Rapat yang membicarakan restrukturisasi utang PT Great River International Tbk yang digelar Kamis pekan lalu, akhirnya gagal mencapai titik temu karena Sukanta Tanudjaja kembali tidak bersedia menyuntikkan dana ke emiten itu. Beberapa sumber yang mengetahui adanya rapat antara kreditor, pemegang obligasi, dan pemegang saham mayoritas Great River, mengatakan selain persoalan penyuntikan dana, kreditor Great River, PT Bank Mandiri Tbk dan wakil pemegang obligasi PT Nikko Securities Tbk, masih memerlukan waktu untuk membicarakan skema restrukturisasi konversi utang.
  • PT Bank Negara Indonesia Tbk berencana menerbitkan obligasi subordinasi (subordinated loan) pada Maret 2006 senilai US$200juta – US$300juta guna mendongkrak rasio kecukupan modal perseroan ke level 21%. Namun, kepastian dari rencana itu masih menunggu izin dari Bank Indonesia yang diharapkan bisa turun dalam waktu dekat sehingga mempermudah bank publik tersebut dalam melakukan persiapan.
  • Tingkat bunga obligasi ke delapan seri B PT Perkebunan Nusantara VII tahun lalu yang jatuh tempo pada 26 Maret 2006 ditetapkan sebesar 18% per tahun.
  • Komisi XI DPR meminta supaya pemutusan hubungan kerja di PT Bank Danamon Tbk dihentikan dahulu sampai ada kesepakatan win win solution antara manajemen dan karyawan.
  • PT Semen Gresik Tbk telah membeli kemabli obligasi I 2001 seri B sebesar Rp 14,95 miliar. Pembelian surat utang tersebut dilakukan pada tanggal 26 Desember 2005. Setelah melakukan aksi tersebut, nilai nominal obligasi Semen Gresik I 2001 seri B yang tercatat di BES berkurang menjadi Rp 409,55 miliar.
  • PT Berlian Laju Tanker Tbk menegaskan kreditor obligasi konversi senilai US$50juta mempunyai hak memiliki 10% saham perseroan itu. Saham hasil program buyback tersebut sudah dipersiapkan.
Market Review:
  • Perburuan investor terhadap saham blue chips berhasil menggairahkan bursa Jakarta. Pelaku pasar mulai menata kembali portofolionya dengan memborong saham unggulan Bisnis. Hal itu sebagai antisipasi terhadap terjadinya January Effect di bursa dunia pada tahun ini. Selain itu, faktor deflasi pada bulan Desember yang mencapai 0,04% ikut membangkitkan animo investor bertransaksi di saham blue chips. Bahkan meningkatnya nilai ekspor kumulatif Januari – November tahun 2005 sebesar 18,98% menjadi US$77,285 miliar turut menyemarakkan transaksi di BEJ.
  • Indeks komposit berhasil menguat 12,981 poin atau 1,11% menjadi 1.184,690. IHSG sempat naik 14 poin lebih sebelum terjadi profit taking di akhir perdagangan Selasa kemarin. Investor percaya, stabilitas suku bunga SBI, kurs rupiah serta tingkat inflasi bakal menggairahkan investasi di pasar modal Indonesia. Disamping itu, harga saham Bisnis yang masih atraktif dan kompetitif berpotensi menguat ke tingkat lebih tinggi. Apalagi bila pemerintah mampu meyakinkan investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Kenyataan tersebut akan mendongkrak harga saham serta indeks. Harus diakui bahwa perdagangan saham Bisnis di hari kedua tahun 2006 berlangsung marak. Total volume saham yang berhasil diperjualbelikan di BEJ mencapai 2,157 miliar unit senilai Rp 1,0 triliun. Nilai perdagangan tersebut jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya yang hanya Rp 275 miliar.
  • Pemodal aktif mengakumulasi saham blue chips yang berfundamental baik. Komitemen pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2006 sebesar 6,0% diperkirakan mampu menggairahkan pasar saham. Di sisi lain, stabilitas politik dan keamanan akan menyulut masuknya investasi ke Indonesia. Lonjakan kurs saham blue chips juga dipicu gairah transaksi di bursa regional. Mayoritas indeks di bursa Asia Pasifik ditutup menguat dalam jumlah signifikan. Hal ini akibat maraknya perburuan pemodal terhadap saham blue chips untuk investasi jangka panjang. Perlu diketahui bahwa investor dunia mulai menata portofolionya tahun ini. Fenomena tersebut bisa dicermati dari meningkatnya pembelian terhadap saham unggulan di bursa masing-masing. Signal January Effect tampak semakin membias. Pemodal dunia, termasuk Jakarta, tidak ingin kehilangan momentum positif di pasar saham. Akumulasi antara faktor inflasi, peningkatan ekspor, serta penguatan pasar regional ikut mendongkrak saham Bisnis di bursa. Indeks BI-40 terkerek 1,26% pada 320,600 dan indeks LQ45 naik 1,21% di 259,969.

Tuesday, January 03, 2006

[Bisnis] 3 Januari 2006

News:
  • Perum Pegadaian memerlukan tambahan modal Rp 700 miliar – yang akan diperoleh dari emisi obligasi dan pinjaman bank – guna menyalurkan pembiayaan ke masyarakat senilai Rp 16 triliun selama 2006.
  • PT Bursa Berjangka Jakarta akan menerapkan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading) guna memudahkan aktivitas transaksi kontrak berjangka komoditas. Penerapan sistem perdagangan baru itu diharapkan menjadi sarana pembentukan market maker (pembentuk harga) untuk transaksi online.
  • PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menerima percepatan pembayaran kompensasi penghapusan hak monopoli telepon saluran tetap tahap pertama dari pemerintah sebesar Rp 90 miliar pada tanggal 30 Desember 2005, lebih cepat dari rencana semula pada tahun ini. Ketentuan pembayaran ini terjadi menyusul dibukanya pasar telepon saluran teteap nasional kepada pihak lain selain Telkom. Pembukaan pasar yang lebih cepat dari rencana awal itu membuat pemerintah harus membayar ganti rugi secara bertahap dalam lima tahun sebanyak Rp 478 miliar kepada BUMN tersebut.
Market Reviews:
  • Memasuki hari pertama transaksi di bulan Januari 2006, saham unggulan Bisnis berhasil mengkontribusikan gain kepada pemodalnya. Pelaku pasar memrorong saham kapitalisasi besar terutama Telkom, Indosat, serta Bank Mandiri. Mereka mengakumulasi saham unggulan tersebut menjelang penutupan transaksi kemarin. Rencana pemerintah untuk membeli kembali saham Indosat langsung diantisipasi pemodal dengan memborong BUMN telekomunikasi di bursa. Saham sejenisnya Telkom turut terdongkrak karena perseroan berencana mendanai pembelian Indosat nanti.
  • Disisi lain, laporan Biro Pusat Statistik yang menunjukkan terjadinya deflasi sebesar 0,04% pada Desember 2005 berimbas positif terhadap pasar saham maupun rupiah. Dengan deflasi bulan lalu maka tingkat inflasi tahunan berada di posisi 17,11%. Berita positif tersebut direspon pasar menjelang berakhirnya perdagangan hari pertama. Meski demikian, kegiatan transaksi berlangsung sepi dengan volume hanya 640 juta lembar senilai Rp 273 miliar. Nilai transaksi tadi sangat kecil dibandingkan dengan transaksi harian di BEJ pada tahun 2004 lalu yang berkisar Rp 500 miliar – Rp 1 triliun. Hanya saja, kenaikan IHSG lebih dari 9 poin kemarin tetap merupakan awal yang baik bagi bursa Jakarta tahun ini. Dalam arti, minat jual beli investor terhadap saham blue chips masih terbuka.
  • BEJ telah menandai awal yang menarik meski minim insentif positif. Sebagian pemodal tampak masih menikmati liburan tahun baru hingga aktivitas transaksi kurang bergairah. Pembelian saham hanya dilakukan pemain besar guna menjaga citra pasar modal Indonesia di mata asing. Pelaku pasar tampak optimistis, perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh pada 2006 meskipun tidak signifikan. Sedangkan penguatan harga saham yang dimotori saham BUMN mampu mendongkrak indeks BEJ sebesar 9,074 poin atau 0,79% menjadi 1.171,709. Hampir semua saham ‘plat merah’ membukukan kenaikan kurs cukup bervariasi.
  • Sejumlah perusahaan sekuritas pemerintah berupaya mendorong indeks di teritori positif dengan mengangkat saham BUMN di lantai bursa. Kecenderungan itu bisa dimaklumi guna menunjukkan citra positif bursa Jakarta. Bagaimanapun, komitmen pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2006 akan menggairahkan investasi di BEJ.

[bps] Deflasi bulan Desember 2005

  • Pada bulan Desember 2005 terjadi deflasi 0,04 persen. Dari 45 kota tercacat 25 kota mengalami deflasi dan 20 kota mengalami inflasi. Deflasi terbesar terjadi di Padang sebesar 1,62 persen, dan deflasi terkecil di Samarinda 0,01 persen. Sedangkan inflasi tertinggi di Banda Aceh 3,23 persen dan inflasi terendah di Pangkal Pinang dan Serang/Cilegon 0,04 persen.
  • Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,34 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,02 persen. Sedangkan lima kelompok lainnya mengalami inflasi yaitu sebagai berikut : kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 0,64 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 0,35 persen, kelompok sandang 0,80 persen, kelompok kesehatan 0,59 persen, dan kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan 0,04 persen.
  • Laju inflasi tahun kalender (Januari-Desember) 2005 sama dengan laju inflasi “year on year” (Desember 2005 terhadap Desember 2004) yaitu masing-masing sebesar 17,11 persen.
  • Kelompok yang memberikan andil inflasi tertinggi selama tahun 2005 adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar sebesar 3,89 persen.
  • Komoditas yang paling dominan memberikan andil inflasi nasional selama tahun 2005 adalah tarif angkutan dalam kota 2,79 persen dan bensin 2,61 persen.

Monday, January 02, 2006

[Bisnis] 2 Januari 2006

News:
  • Wapres Jusuf Kalla mengungkapkan sumber pendanaan untuk membeli kembali (buyback) saham PT Indosat, yang kini dikuasai Indonesia Communications Limited (ICL), diperoleh dari pemerintah, kas internal PT Indosat Tbk, dan PT Telkom Tbk.
  • Masuknya investor baru untuk membenahi PT Great River International Tbk dinilai mendesak. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) mempersilahkan investor yang berminat masuk untuk bernegosiasi melalui tiga pihak yang terkait langsung dengan perseroan. Ketiga pihak itu adalah PT Bank Mandiri Tbk selaku kreditor, PT Nikko Securities mewakili pemegang obligasi, dan Sunjoto Tanudjaja sebagai pemegang saham mayoritas perseroan.
  • PT Kalbe Farma Tbk yang baru saja menyelesaikan proses merger, kini sahamnya bisa ditransaksikan dengan penyelesaian transaksi margin. Transaksi margin adalah fasilitas pinjaman untuk penyelesaian transaksi efek yang diberikan oleh perusahaan efek kepada nasabahnya. Data Bursa Efek Jakarta mengungkapkan saham Kalbe Farma kini masuk dalam 46 saham yang bisa ditransaksikan secara margin.
  • PT BNI Securities bakal mengubah fokus bisnisnya dengan mendongkrak perdagangan ekuitas dan obligasi pada tahun ini, menyusul sanksi Bapepam yang melarang perusahaan itu menerbitkan reksa dana selama setahun.
  • Manajemen PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC) bersama pemerintah dan BP Migas menyiapkan skenario teknis agar pabrik Kujang IA dan IB bisa beroperasi paralel sepanjang tahun ini, kendati pasokan gas untuk pabrik IA hanya cukup beroperasi hingga akhir April.
Market Reviews:
  • Prospek investasi saham unggulan Bisnis tahun 2006 masih cukup cerah. Pemodal diperkirakan terus berburu saham blue chips di bursa Jakarta. Utamanya adalah saham emiten yang memiliki fundamental solid dan prospektif. Perekonomian nasional yang diperkirakan masih akan bisa tumbuh 5,5% pada tahun 2006 akan berimbas positif terhadap iklim investasi di dalam negeri, termasuk di pasar modal. Selain itu, stabilitas politik dan keamanan bisa membangkitkan animo asing menanamkan modalnya di bursa Jakarta, karena harga saham blue chips di BEJ masih cukup murah dan atraktif.
  • Beberapa saham unggulan masih menjanjikan return tinggi, antara lain saham Telkom, Indosat, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank Danamon, Antam, Inco. Juga saham Gudang Garam, Perusahaan Gas Negara, Tambang Bukit Asam, Adhi Karya, Astra International, Bank BCA, Unilever, Indofood, serta Bimantara. Kelompok saham di atas selain memiliki valuasi harga menarik, juga berfundamental solid. Potensi kenaikan harga masih terbuka. Yang penting, BI mampu menjaga stabilitas suku bunga, inflasi, serta kurs Rupiah.
  • Sementara itu, perdagangan saham Bisnis tahun 2005 berlangsung marak dan bergairah. Mayoritas saham blue chips berhasil membukukan kenaikan kurs signifikan menyusul derasnya sentimen jual beli investor BEJ. Indeks BI-40 terdongkrak 22,41% pada posisi 313,668 dibanding Desember 2004 di titik 256,225. total volume saham Bisnis yang berpindahtangan tahun lalu mencapai 82 miliar unit senilai Rp 174 triliun. Investor asing membukukan net selling Rp 15 triliun. Meski begitu, dominasi asing atas transaksi di BEJ mencapai 40,62% selama 2005. rupiah stabil di Rp 9.835 per dolar.
  • Pemegang saham Bisnis berhasil mengantongi keuntungan signifikan yakni sebesar 22% lebih. Bahkan lonjakan indeks BI-40 tahun lalu jauh lebih tinggi dibanding kenaikan IHSG yang hanya 16,23% dan indeks LQ45 dengan penguatan 17,15%. Pengembalian investasi atau return dari saham pilihan Bisnis sungguh mencengangkan. Bahkan nilai keuntungan yang diraih investor BI-40 berada di atas tingkat inflasi 2005 yang sebesar 17%.

Sunday, January 01, 2006

1 Januari 2006

Selamat Tahun Baru 2006
Semoga tahun ini menjadi tahun yang membawa perubahan
yang baik menjadi semakin baik, yang belum baik menjadi baik

Selamat Tahun Baru