Thursday, January 05, 2006

[Bisnis] 5 Januari 2006

News:
  • Pemerintah akan melakukan liberalisasi terhadap pelelangan aset negara dengan melibatkan swasta. Langkah tersebut diawali dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan tentang Pejabat Lelang Kelas II, yaitu orang di luar pemerintahan yang memiliki wewenang menjual secara lelang. Hambatan pengelolaan aset negara diantaranya adalah undang-undang yang ketinggalan zaman sehingga perlu aturan yang lebih liberal, dominasi pemerintah dalam pengurusan aset, lelang cenderung tertutup dan pengembalian yang tidak optimal, pemerintah bertindak sebagai regulator sekaligus eksekutor. Adapun langkah liberalisasi lelang adalah amendemen UU Lelang peninggalan kolonial Belanda, pelibatan swasta sebagai pejabat lelang, mengatur balai lelang lebih dari sekedar event organizer, menempatkan pemerintah sebagai regulator lelang, dan penguatan fungsi asosiasi balai lelang.
  • PT Perusahaan Listrik Negara, PT Perusahaan Gas Negara Tbk, dan PT Pertamina berencana membuat konsorsium untuk mengembangkan satu train LNG (Liguefied Natural Gas) di lapangan Tangguh, Papua, untuk memenuhi kebutuhan domestik.
  • Pemerintah berencana menjual 10 hingga 20 BUMN untuk memenuhi setoran privatisasi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2006 sebesar Rp 1 triliun. Namun pemerintah berupaya memilih opsi penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) demi menggerakan BUMN dengan cara memperbesar dana yang dapat diinvestasikan.
  • Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta mencapai rekor tertinggi baru, menembus 1.200, menjadi 1.211,699 atau naik 27,009 poin (2,28%) pada perdagangan kemarin. Indeks diperkirakan masih terus menguat. Data perdagangan BEJ mengungkapkan 3.379.890 lot saham telah diperjualbelikan dengan nilai transaksi Rp 1,973 triliun dan frekuensi mencapai 26.723 kali. Harga 98 saham naik, 37 saham turun, dan 228 saham stagnan. Perusahaan sekuritas asing seperti Kim Eng Securities, JP Morgan Securities, dan Macquire Securities terlihat aktif memburu saham unggulan dari sektor telekomunikasi, perbankan, hingga infrastruktur. Maraknya transaksi perdagangan saham dalam tiga hari pertama tahun ini disebabkan oleh sentimen positif yang mendominasi pasar. Setidaknya ada empat hal, pertama, ada perlambatan inflasi pada Desember dengan dicapainya deflasi sebesar 0,04%. Kedua, rupiah menunjukkan kecenderungan makin menguat yang mengindikasikan peningkatan cadangan devisa. Selain itu Bank Sentral Amerika Serikat The Fed diperkirakan tahun ini tidak menaikkan suku bunga yang tinggi. Ketiga, pelaku pasar menerima informasi Bank Indonesia bakal menunda penerapan penilaian kualitas aktiva produktif. Kondisi ini menyebabkan saham perbankan yang memberikan kontribusi besar kepada indeks ikut diburu oleh investor. Keempat, lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang berlangsung kemarin mendapatkan respons positif yang diindikasikan dengan penyerapan dana Rp 37,48 triliun.
  • PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) menghapus paksa (force delisting) pencatatan saham PT Ryane Adibusana Tbk dari papan perdagangan karena kondisi operasional tidak berjalan normal.
  • PT Apexindo menyatakan siap membayar kupon bunga ke tiga dan cicilan fee ijarah ke tiga. Setelah dikurangi pajak, kupon bunga obligasi konvensional Rp 14,89 miliar, sedangkan fee ijarah obligasi syariah mencapai Rp 7,09 miliar. Sesuai tanggal yang ditentukan, Apexindo akan memasukkan total dana Rp 21,98 miliar ke rekening PT Kustodian Sentral Efek Indonesia.
  • PT Semen Cibinong Tbk berganti nama menjadi PT Holcim Indonesia Tbk, sementara anak perusahaannya PT Trumix Beton mengubah nama menjadi PT Holcim Beton. Presdir Semen Cibinong Tim Mackay menyatakan perubahan nama tersebut terjadi per 1 Januari 2006. Holcim merupakan pemegang saham mayoritas PT Semen Cibinong. Komposisi kepemilikan SMCB saat ini 77,3% dikuasai Holderin BV (berkedudukan di Belanda) yang merupakan induk perusahaan dari Holcim dan selebihnya 22,7% dimiliki publik.
  • PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyatakan kesiapannya untuk menyelenggarakan sentralisasi pencatatan aktivitas reksa dana pada tahun ini.
Market Review:
  • Sentimen beli investor terhadap saham unggulan Bisnis tampak semakin kuat. Ekspektasi turunnya suku bunga di dalam negeri menyulut pemodal berburu saham di bursa. Pelaku pasar optimistis laju inflasi 2005 yang cenderung turun di level 17,11% bisa mempercepat langkah otoritas moneter merevisi kebijakan suku bunga SBI.
  • Di sisi lain, apresiasi rupiah yang terus berlanjut disertai meningkatnya cadangan devisa Indonesia turut membangkitkan animo investor menambah portofolionya di BEJ. IHSG berhasil menembus level psikologis 1.211,699 atau melonjak 27,009 poin. Pemodal antusias berburu saham unggulan sejak pembukaan perdagangan sesi pagi. Disamping faktor inflasi dan suku bunga yang berangsur turun, tekanan beli investor terhadap saham Bisnis juga disulut lonjakan blue chips di pasar regional.
  • Sejumlah bursa Asia terus melanjutkan rallynya sampai perdagangan kemarin. Demam Januari rupanya sudah melanda bursa dunia sehingga kenaikan harga saham maupun indeks tak terbendung. Pelaku pasar terus menata portofolionya guna memperbesar keuntungan mereka pada 2006. Hal sama juga dilakukan oleh pemodal bursa Jakarta.
  • Dampaknya mayoritas saham Bisnis berhasil melonjak signifikan. Indeks BI-40 terdongkrak 2,45% pada 328,454. total volume saham pilihan yang diperjualbelikan sebanyak 582 juta unit senilai Rp 1,57 triliun. Asing net buying Rp 337 miliar dan rupiah menguat signifikan di level Rp 9.760 per dolar AS. Momentum January Effect telah melambungkan kurs saham blue chips ke tingkat lebih tinggi. Berbagai saham blue chips aktif diburu investor untuk investasi jangka panjang. Terjadinya deflasi pada Desember 2005 membuat investor optimis, Bank Indonesia segera menurunkan suku bunga SBI.
  • Harus diakui kondisi makro ekonomi yang lebih konduksif terus menyemarakkan perdagangan saham di BEJ. Saham unggulan kapitalisasi besar makin agresif diburu investor sehingga kursnya melonjak tajam. Saham Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BCA, serta Bank Danamon kembali diborong investor pada Rabu kemarin. Tekanan beli juga melanda saham Telkom, Indosat, Astra International, Gudang Garam, Inco, serta Antam. Gairah bursa global maupun regional mendorong investor melanjutkan pembelian saham blue chips.