Wednesday, January 04, 2006

[Bisnis] 4 Januari 2005

News:
  • Jumlah pekerja yang dikenakan PHK pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Oktober 2005, melonjak 150% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) Ditjen Pembinaan Hubungan Industrial Depnakertrans, pada kuartal keempat (Oktober – Desember) 2005 atau pasca kenaikan BBM, pekerja yang dikenakan pemutusan hubungan kerja (PHK) 55.697 orang. Angka tersebut meningkat hampir 150% dibandingkan dengan jumlah PHK pada triwulan ketiga (Juli – September) yang sebanyak 22.355 orang.
  • Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan pemerintah belum berencana mengajukan penangguhan pembayaran kewajiban pokok dan bunga utang luar negeri (moratorium) tahun ini. Kebijakan untuk tidak mengajukan moratorium utang luar negeri kepada negara kreditor itu dilatarbelakangi dua hal pokok, yaitu rencana tersebut tidak diagendakan dalam UU APBN 2006 dan kondisi keuangan Indonesia yang dinilai tidak memenuhi syarat untuk mendapat fasilitas tersebut.
  • Rapat yang membicarakan restrukturisasi utang PT Great River International Tbk yang digelar Kamis pekan lalu, akhirnya gagal mencapai titik temu karena Sukanta Tanudjaja kembali tidak bersedia menyuntikkan dana ke emiten itu. Beberapa sumber yang mengetahui adanya rapat antara kreditor, pemegang obligasi, dan pemegang saham mayoritas Great River, mengatakan selain persoalan penyuntikan dana, kreditor Great River, PT Bank Mandiri Tbk dan wakil pemegang obligasi PT Nikko Securities Tbk, masih memerlukan waktu untuk membicarakan skema restrukturisasi konversi utang.
  • PT Bank Negara Indonesia Tbk berencana menerbitkan obligasi subordinasi (subordinated loan) pada Maret 2006 senilai US$200juta – US$300juta guna mendongkrak rasio kecukupan modal perseroan ke level 21%. Namun, kepastian dari rencana itu masih menunggu izin dari Bank Indonesia yang diharapkan bisa turun dalam waktu dekat sehingga mempermudah bank publik tersebut dalam melakukan persiapan.
  • Tingkat bunga obligasi ke delapan seri B PT Perkebunan Nusantara VII tahun lalu yang jatuh tempo pada 26 Maret 2006 ditetapkan sebesar 18% per tahun.
  • Komisi XI DPR meminta supaya pemutusan hubungan kerja di PT Bank Danamon Tbk dihentikan dahulu sampai ada kesepakatan win win solution antara manajemen dan karyawan.
  • PT Semen Gresik Tbk telah membeli kemabli obligasi I 2001 seri B sebesar Rp 14,95 miliar. Pembelian surat utang tersebut dilakukan pada tanggal 26 Desember 2005. Setelah melakukan aksi tersebut, nilai nominal obligasi Semen Gresik I 2001 seri B yang tercatat di BES berkurang menjadi Rp 409,55 miliar.
  • PT Berlian Laju Tanker Tbk menegaskan kreditor obligasi konversi senilai US$50juta mempunyai hak memiliki 10% saham perseroan itu. Saham hasil program buyback tersebut sudah dipersiapkan.
Market Review:
  • Perburuan investor terhadap saham blue chips berhasil menggairahkan bursa Jakarta. Pelaku pasar mulai menata kembali portofolionya dengan memborong saham unggulan Bisnis. Hal itu sebagai antisipasi terhadap terjadinya January Effect di bursa dunia pada tahun ini. Selain itu, faktor deflasi pada bulan Desember yang mencapai 0,04% ikut membangkitkan animo investor bertransaksi di saham blue chips. Bahkan meningkatnya nilai ekspor kumulatif Januari – November tahun 2005 sebesar 18,98% menjadi US$77,285 miliar turut menyemarakkan transaksi di BEJ.
  • Indeks komposit berhasil menguat 12,981 poin atau 1,11% menjadi 1.184,690. IHSG sempat naik 14 poin lebih sebelum terjadi profit taking di akhir perdagangan Selasa kemarin. Investor percaya, stabilitas suku bunga SBI, kurs rupiah serta tingkat inflasi bakal menggairahkan investasi di pasar modal Indonesia. Disamping itu, harga saham Bisnis yang masih atraktif dan kompetitif berpotensi menguat ke tingkat lebih tinggi. Apalagi bila pemerintah mampu meyakinkan investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Kenyataan tersebut akan mendongkrak harga saham serta indeks. Harus diakui bahwa perdagangan saham Bisnis di hari kedua tahun 2006 berlangsung marak. Total volume saham yang berhasil diperjualbelikan di BEJ mencapai 2,157 miliar unit senilai Rp 1,0 triliun. Nilai perdagangan tersebut jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya yang hanya Rp 275 miliar.
  • Pemodal aktif mengakumulasi saham blue chips yang berfundamental baik. Komitemen pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2006 sebesar 6,0% diperkirakan mampu menggairahkan pasar saham. Di sisi lain, stabilitas politik dan keamanan akan menyulut masuknya investasi ke Indonesia. Lonjakan kurs saham blue chips juga dipicu gairah transaksi di bursa regional. Mayoritas indeks di bursa Asia Pasifik ditutup menguat dalam jumlah signifikan. Hal ini akibat maraknya perburuan pemodal terhadap saham blue chips untuk investasi jangka panjang. Perlu diketahui bahwa investor dunia mulai menata portofolionya tahun ini. Fenomena tersebut bisa dicermati dari meningkatnya pembelian terhadap saham unggulan di bursa masing-masing. Signal January Effect tampak semakin membias. Pemodal dunia, termasuk Jakarta, tidak ingin kehilangan momentum positif di pasar saham. Akumulasi antara faktor inflasi, peningkatan ekspor, serta penguatan pasar regional ikut mendongkrak saham Bisnis di bursa. Indeks BI-40 terkerek 1,26% pada 320,600 dan indeks LQ45 naik 1,21% di 259,969.