Thursday, December 29, 2005

[Bisnis] 29 Desember 2005

  • Kalangan pengusaha sektor industri menyambut 2006 dengan sikap pesimistis dan skeptis. Ini tercermin dari penetapan target rendah, bahkan pemangkasan target pertumbuhan penjualan, termasuk ekspor, oleh sejumlah pengusaha di industri manufaktur penting. Sikap ini dinyatakan oleh sejumlah asosiasi industri padat karya tang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, seperti Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Gabungan Elektronika (Gabel), Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), dan Asosiasi Pengecoran Logam Indonesia (Aplindo).
  • Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sidang kabinet paripurna meminta tim ekonomi di Kabinet Indonesia Bersatu untuk menjaga inflasi pada 2006 agar tidak melonjak. Menko Perekonomian Boediono menyatakan permintaan itu merupakan salah satu dari empat petunjuk dan arahan ekonomi presiden kepada tim ekonomi di Kabinet Indonesia Bersatu. Arahan itu diantaranya percepatan pertumbuhan ekonomi 2006, Stabilitas ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan, dan penanggulangan kemiskinan.
  • Bank Indonesia memberikan syarat sangat ketat dalam memberikan fasilitas pembiayaan darurat kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas disertai jaminan aset likuid dan jaminan pribadi pemegang saham pengendali. Fasilitas tersebut diberikan hanya kepada bank yang memiliki risiko sistemik dan memenuhi kewajiban modal minimum paling sedikit 5%. Risiko sistemik adalah potensi penyebaran masalah dari satu bank bermasalah yang dapat mengakibatkan kesulitan likuiditas bank lainnya.
  • PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) kemungkinan besar menghapus (force delisting) pencatatan saham PT Ryane Adibusana Tbk dari papan perdagangan karena peluang kehidupan dan operasi emiten itu sangat kecil.
  • PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk mengumumkan terjadinya perubahan kepemilikan saham perseroan pada periode 9-16 Desember. Direktur Citra Marga I Ketut Mardjana mengatakan pemilik 321.785.300 saham atau 16,09% saham Citra Marga yaitu UBS AG berubah menjadi atas nama UBS AG Singapore s/a Hefferman International Ltd sebesar 144.053.920 saham atau setara 7,2%.
  • Tiga saham baru yang tercatat di papan pengembangan masuk dalam hitungan saham yang ditransaksikan di Jakarta Islamic Index (JII) terhitung mulai Januari hingga Juni 2006. ketiga saham baru yang masuk jajaran 30 saham yang ditransaksikan di JII adalah PT Palm Asia Corpora Tbk, PT Delta Dunia Petroindo Tbk dan PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk.
  • Bapepam meminta PT BNI Securities menghentikan penawaran umum reksa dana terproteksi. Otoritas itu juga menolak permintaan perpanjangan waktu penawaran reksa dana proteksi itu karena peminatnya sangat sedikit. Namun, Bapepam memberikan perpanjangan waktu penawaran umum reksa dana proteksi PT Danareksa Investment Management.
  • PT Bursa Efek Jakarta akan segera mencabut suspensi saham PT Aqua Golden Mississippi Tbk setelah perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) itu gagal merealisasikan rencananya menjadi perusahaan tertutup.
  • PT Bank Tabungan Negara pada 2006 berencana menerbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun dengan jangka waktu lima tahun. Diperkirakan imbal hasil dari obligasi tersebut maksimal berkisar 16%.
  • Investor BEJ tampak selektif mengambil posisi jual beli di saham blue chips. Kecenderungan itu wajar karena perdagangan saham pada 2005 akan berakhir hari ini. Fokus perhatian pemodal lebih tertuju pada saham pilihan yang kursnya masih murah dan kompetitif. Akibatnya, pergerakan indeks BEJ hanya di kisaran sempit atau naik tipis 2,436 poin menjadi 1.164,143. aktivitas perdagangan berlangsung sepi dengan saham berpindahtangan relatif kecil 1,038 miliar unit senilai Rp 485 miliar.
  • Sebagian pemodal sudah menikmati liburan sehingga ruang gerak indeks makin terbatas. Bahkan window dressing yang dinantikan investor pun tak kunjung berlangsung di BEJ. Oleh sebab itu, investor mengambil posisi aman dengan berspekulasi temporer di bursa. Ekspektasi indeks komposit di level 1.200 pada akhir 2005 ikut terkubur. Berkurangnya insentif segar di BEJ menjelang tutup tahun membuat pergerakan saham Bisnis kurang begitu atraktif. Selain itu, lambannya para emiten melakukan aksi korporasi turut menghambat lonjakan indeks ke tingkat lebih tinggi lagi. Begitu juga dengan fluktuasi rupiah terhadap dolar AS turut mempengaruhi gerakan saham unggulan.
  • Indeks BI-40 meningkat tipis 0,18% pada posisi 314,512. Pelaku pasar cenderung menahan diri dan hanya bermain jangka pendek di saham lapis kedua. Ruang gerak saham Bisnis tampak semakin sempit seiring berakhirnya transaksi saham di bursa Jakarta pada 2005. penguatan harga saham hanya digerakan oleh pemain besar bermodal kuat. Mereka sengaja memborong saham Petrosea, Gudang Garam, Antam, Bank BRI, dan Tempo Scan agar indeks BEJ tetap bertengger di teritori positif. Terobosan pemodal itu wajar karena bagaimanapun juga pemerintah harus menjaga citra bursa kita di mata asing.
  • Sejak pembukaan transaksi sesi pagi, pergerakan indeks berfluktuasi di kisaran sempit. Realitas tersebut mengindikasikan gairah perdagangan di bursa Jakarta mulai redup. Di samping faktor liburan akhir tahun, kelesuan pasar juga diakibatkan hilangnya insentif segar di BEJ. Beberapa pemodal mulai mengantisipasi ‘demam januari’ dengan mengoleksi saham unggulan maupun lapis kedua berprospek baik. Mereka ingin menutup transaksi saham di BEJ tahun ini dengan resiko investasi yang relatif kecil. Selanjutnya, pemodal bersiap menata kembali portofolio untuk perdagangan pada 2006. perlu diingat bahwa setiap awal tahun, khususnya bulan Januari investor di seluruh dunia sibuk menggalang strategi serta menyusun portofolio baru di pasar ekuiti. Dalam periode tersebut, indeks bursa dunia biasanya meningkat tajam seiring lonjakan harga saham blue chips.