Monday, December 26, 2005

[Bisnis] 26 Desember 2005

  • Sinar Mas Group akhirnya menguasai sepenuhnya PT Bank Shinta Indonesia setelah menambah kepemilikan sebesar 79%. Bank Indonesia telah memberikan persetujuan atas kepemilikan itu. Kelompok usaha milik konglomerat Eka Tjipta Widjaja ini masuk bank beraset Rp 510 miliar tersebut melalui PT Sinar Mas Multiartha Tbk yang kini menguasai 99% saham. Terakhir, Sinar Mas Multiartha mengambil alih saham PT Shinta Utama. Sinar Mas, yang merupakan bekas pemilik Bank Internasional Indonesia (BII), telah menempatkan mantan Pangkostrad Jhony Lumintang sebagai Preskom dan mantan Wadirut Bank Lippo Antonius Napitupulu sebagai komisaris. Sedangkan jajaran direksi yang lama tetap dipertahankan. Selain menguasai sepenuhnya saham Bank Shinta, Sinar Mas Group juga akan menyuntikkan tambahan modal hingga mencapai Rp 100 miliar sebelum akhir tahun.
  • Konsorsium Deutsche Bank dan United Fiber System Ltd (UFS) akhirnya menaikkan harga penawaran untuk membeli 100% saham PT Kiani Kertas dari semula hanya US$370juta menjadi US$430juta. Kenaikan harga penawaran itu kemungkinan disebabkan oleh ketatnya persaingan dalam mengakuisisi Kiani setelah Putera Sampoerna serius membeli perusahaan bubur kertas itu dengan mengajukan harga penawaran US$370juta.
  • Kelompok usaha Tirtamas diketahui akan membayar utangnya sebesar Rp 3,2 triliun yang terkait dengan proyeknya di Tuban Petro kepada PT Perusahaan Pengelola Aset.
  • PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) pada awal Januari 2005 akan menerima pembayaran tunai dan obligasi dengan total Rp 500 miliar dari PT Jasa Marga sebagai syarat penjadwalan ulang sisa kewajiban macet proyek lingkar luar Jakarta seksi S. Pembayaran tersebut terdiri dari Rp 250 miliar tunai serta sisanya dalam bentuk obligasi berjangka waktu sepuluh tahun.
  • Setelah menyelesaikan pemeriksaan terhadap empat manajer investasi awal pekan lalu, kini Bapepam memeriksa satu manajer investasi lokal yang diharapkan rampung sebelum akhir tahun ini. Bapepam juga akan menggelar pemeriksaan serupa terhadap seluruh manajer investasi untuk menermukan apakah terjadi penyimpangan dalam pengelolaan reksa dana kelolaan mereka
  • PT Inti Fasindo Internasional gagal membayar bunga obligasi I/2002 yang jatuh tempo pada 22 Desember 2005.
  • PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) akan meluncurkan produk derivatif baru berupa Real Estate Investment Trust (REITS) dan Cover Warrant atau American Warrant, serta hasil perbaikan Kontrak Opsi Saham (KOS) yang dinilai bakal lebih menarik bagi investor.
  • Aksi window dressing tampak membayangi perdagangan saham di bursa Jakarta. Pemodal aktif mengakumulasi saham blue chips agar kursnya tetap atraktif. Pembelian kembali saham sendiri oleh perusahaan dan pemodal besar biasa dilakukan menjelang tutup tahun. Window dressing bertujuan memoles harga saham sehingga terlihat ‘cantik’. Upaya pemodal itu berlangsung sejak awal pekan dan mampu mengangkat indeks ke teritori positif. Pekan lalu, IHSG ditutup menguat 14,912 poin atau 1,30% menjadi 1.158,338 dibanding periode sebelumnya di level 1.143,426.
  • Seperti diketahui, setiap menjelang akhir tahun, terutama di bulan Desember, investor biasanya aktif memborong saham blue chips di bursa. Banyak perusahaan besar, terutama BUMN membeli kembali sahamnya agar tetap menarik dan seirama dengan pertumbuhan fundamentalnya. Hal itu sudah terjadi sejak perdagangan Senin pekan lalu, dimana saham blue chips melonjak signifikan. Indeks BEJ pun berhasil terkerek lebih dari 18 poin menjadi 1.162,328 dari sebelumnya di 1.143,426. Lonjakan indeks dimotori saham kapitalisasi besar, seperti Bank Mandiri, Telkom, Gudang Garam, dan Astra.
  • Tren window dressing berlanjut sampai akhir pekan meski cukup lamban. Kalangan investor tetap optimistis, harga saham maupun indesk akan terus mengalami penguatan. Apalagi kurs rupiah dan suku bunga SBI relatif stabil. Kenyataan tersebut akan mendorong pemodal berburu saham blue chips sampai akhir tahun. Sementara pekan lalu, indeks BI-40 menguat 2,14% pada 312,799 dari sebelumnya di 306,217. Begitu juga indeks LQ45 naik 2,16% dari 248,804 menjadi 254,192. Asing net buying Rp 39 miliar dan rupiah stabil di Rp 9.855 per dolar AS. Minat jual beli asing masih tinggi. Harus diakui, para pemain besar, termasuk perusahaan BUMN aktif membeli kembali sahamnya menjelang tutup tahun.