Wednesday, December 21, 2005

[Bisnis] 21 Desember 2005

  • Ketidakpastian ekonomi membayangi perekonomian Indonesia pada tahun-tahun mendatang, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibanding pertumbuhan GDP.
  • Proyeksi ekonomi makro 2006

Indikator

Proyeksi

Suku bunga The Fed (%)

5,75 – 6,25

Harga minyak mentah dunia (US$ per barel)

65 – 70

Nilai tukar rupiah (Rp/US$)

9.800 – 10.300

Inflasi (%)

9 – 11

Suku bunga SBI 1 bulan (%)

14 – 16

Pertumbuhan ekonomi (%)

5,3 – 5,6

Jumlah orang yang menganggur penuh (juta orang)

12 – 12,6


  • PT Aqua Golden Mississippi Tbk gagal menjadi perusahaan tertutup (go private) karena 51,05% dari para pemegang saham independen yang hadir dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) ketiga perseroan kemarin tidak menyetujui rencana tersebut. RUPSLB ketiga Aqua tersebut dihadiri oleh 78,88% dari total pemegang saham independen perseroan, di atas batasan kuorum yang ditetapkan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) sebesar 51%. Para pemegang saham independen yang hadir dalam rapat tersebut mewakili kepemilikan 626.115 lembar saham Aqua. Dirut Aqua Willy Sidharta mengatakan perseroan tidak akan mengajukan rencana menjadi perusahaan tertutup lagi kepada para pemegang saham independen karena telah mengalami dua kali kegagalan yaitu pada 2001 dan tahun ini. Permintaan persetujuan untuk menjadi perusahaan tertutup terlalu menguras energi. Rencana konsolidasi tiga perusahaan di grup Aqua yaitu Aqua Golden Mississippi, Tirta Sibayakindo, dan Trita Investama tidak dapat dilakukan karena upaya menjadi perusahaan tertutup tidak dapat direalisasikan.
  • Penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham PT Bakrie Telecom mengalami kelebihan permintaan awal hingga Rp 1,2 triliun dari target awal dana yang bakal diraup sebesar Rp 600 miliar.
  • PT Indofood Sukses Makmur Tbk melalui anak perusahaan yang dikonsolidasi PT Salim Ivomas Pratama mengambilalih obligasi konversi yang diterbitkan SAIN dengan harga US$16,41juta. Penandatanganan perjanjian jual beli itu dilakukan Indofood pada tanggal 15 Desember dengan Beeager Investments Limited. Obligasi tersebut dapat dikonversi menjadi 36.200 saham baru atau 70,2% dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh SAIN. SAIN adalah perusahaan yang bergerak di bidang benih kelapa sawit dan riset serta pengembangan dalam ruang lingkup industri kelapa sawit. Kini SAIN juga memiliki penyertaan dalam tiga perusahaan perkebunan yang menguasai lahan perkebunan kelapa sawit seluas 31.000 hektar di Kalimantan Barat. Indofood membeli obligasi yang dikeluarkan SAIN karena terkait dengan ekspansi di kebun kelapa sawit guna meningkatkan pasokan bahan baku CPO devisi refinery perseroan.
  • Kalangan investor terus mencermati window dressing di bursa Jakarta. Hal itu bisa diamati dari sikap pemodal yang kembali melanjutkan aksi jual beli selektif terhadap saham pilihan Bisnis. Bahkan terjadi tarik menarik cukup kuat di saham blue chips sehingga fluktuasi indeks relatif tajam. Pada perdagangan sesi pagi, IHSG sempat menguat sampai 8 poin lebih. Namun menjelang penutupan transaksi, laju saham unggulan terhambat aksi profit taking. Akibatnya, indeks komposit hanya menguat tipis 0,706 poin menjadi 1.163,034. Para pemain besar terus menjaga IHSG di teritori positif. Langkah tersebut dilakukan pemodal sambil mencermati berlangsungnya window dressing tahun ini.
  • Penguatan harga saham Bisnis tampak tertahan akibat melemahnya bursa Wall Street. Kendati demikian, pemodal optimistis, potensi penguatan indeks menembus level 1.200 masih terbuka. Akitivitas perdagangan cukup marak dengan volume saham berpindahtangan di BEJ mencapai 1,694 miliar unit senilai Rp 924 miliar. Pelaku pasar berharap turunnya harga minyak dunia belakangan ini mampu menggairahkan transaksi di bursa. Apalagi Bank Indonesia sudah menunjukkan komitmennya untuk mempertahankan suku bunga di level 12,75% sampai akhir tahun ini.
  • Secara teknis, potensi kenaikan saham blue chips masih cukup tinggi, terutama menjelang penutupan tahun 2005 ini. Window dressing akan dimotori saham ‘plat merah’ seperti Telkom, Indosat, Bank Mandiri, Bank BRI, Antam, Perusahaan Gas Negara, Timah dan lainnya. Selain itu, saham Astra, Gudang Garam, Bimantara, Unilever serta Bank Danamon juga akan meramaikan BEJ. Sampai penutupan perdagangan, Selasa kemarin, indeks BI-40 hanya bergerak di kisaran sempit 0,22% pada posisi 313,752. Penguatan indeks terutama karena dipicu lonjakan harga saham Perusahaan Gas Negara, Astra International, serta Bank Danamon.
  • Di bagian lain, investor juga bermain jangka pendek di saham lapis kedua, seperti Berlian Laju Tanker, Ramayana, United Tractors, Medco, Matahari PP, dan lainnya. Pembelian pemodal atas kelompok saham di atas bertujuan menyiasati fluktuasi rupiah di pasar uang.