Friday, December 16, 2005

[Bisnis] 16 Desember 2005

  • PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk telah mengakuisisi 100% saham PT Air Muring senilai US$6,2 juta (setara Rp 62 miliar dengan asumsi kurs Rp 10.000 per US$1) dari perusahaan publik di Lonton yang bernama Plantations Group Investment. Dalam membeli saham perusahaan perkebunan karet seluas 3.600 hektare, emiten itu memanfaatkan dana pinjaman dari konsorsium bank Austria RZB senilai total US$69 juta yang perjanjian kreditnya diharapkan dapat ditandatangani pada akhir bulan ini atau awal tahun depan.
  • PT Semen Cibinong Tbk menyediakan dana hingga US$20 juta untuk melaksanakan pembelian kembali (buyback) saham yang pembayarannya bakal dituntaskan pada 29 Desember. Proses pembelian kembali utang itu akan dilaksanakan melalui proses Dutch Auction, yaitu harga penawarannya sudah termasuk nilai nominal utang, bunga, break funding costs dan jumlah lainnya jika ada. Penyelesaian pembayaran transaksi itu akan dilaksanakan pada 29 Desember.
  • Belanja modal PT Semen Gresik (SG) tahun depan ditargetkan mencapai Rp 700 miliar yang sebagian diantaranya akan digunakan untuk pendanaan awal pembangunan pabrik baru.
  • PT Energi Mega Persada berencana melakukan penawaran umum terbatas (rights issue) untuk mengakuisisi 99,99% saham PT Tunas Harapan Perkasa (THP) pada awal tahun depan. THP merupakan perusahaan induk atas lima perusahaan yang memiliki minat kerja pada beberapa blok minyak dan gas bumi di Indonesia. Adapun blok yang akan dimiliki Energi pasca akuisisi ini adalah Blok Kerinci, Gebang, Bentu, dan Blok Gelam, yang kesemuanya ada di Sumatra, dan Blok Semberah di Kalimantan. Pembelian terhadap mayoritas saham THP ini akan mencakup pengambilalihan utang PT Mitra Andalan Mandiri (MAM), sehingga menjadikan akuisisi tersebut bernilai Rp 2,95 triliun. Energi akan menerbitkan 4,9 miliar [4.909.368.195] lembar saham pada harga Rp 770 untuk mendapatkan dana sebesar Rp 3,78 triliun.
  • Investor terus melakukan konsolidasi di bursa Jakarta. Berbagai saham blue chips kembali dilepas pemodal untuk merealisasikan keuntungan tersisa. Konsolidasi pasar tersebut merupakan strategi mendapatkan kembali saham blue chips di harga lebih murah. Karena secara teknis, harga saham maupun indeks komposit masih berpotensi turun sampai akhir minggu ini. Pelaku pasar memang tak ingin menanggung risiko besar sehingga mereka terus membuang sahamnya pada transaksi Kamis (15 Desember) kemarin. Profit taking tersebut wajar karena mayoritas saham Bisnis sudah relatif mahal.
  • Derasnya aksi ambil untung di saham blue chips langsung merosotkan indeks BI-40 sebesar 1,80% pada 309,761. Sejak pembukaan perdagangan, investor aktif mendiskon saham pilihan penggerak bursa. Sentimen jual yang dimotori saham Telkom, Astra International, Bank Mandiri serta beberapa saham kapitalisasi besar lainnya turut memangkas indeks BEJ 17,754 poin atau 1,51% menjadi 1.155,964. Begitu juga indeks LQ45 terpuruk 1,70% di 252,256. Kegiatan transaksi tetap bergairah meski didominasi aksi ambil untung. Total saham berpindahtangan 2,164 miliar unit senilai Rp 1,0 triliun.
  • Perlu diingat bahwa lonjakan harga saham Bisnis yang terlampau tajam pekan lalu telah menyulut profit taking di bursa. Banyak saham unggulan yang sudah memasuki area jenuh beli sehingga potensi penguatan mulai terbatas. Momentum tersebut langsung diantisipasi pemodal dengan mengambil untung di BEJ. Terobosan pemodal itu wajar guna meminimalkan kerugian yang lebih besar. Bagaimanapun, laju kenaikan saham Bisnis yang terlampau cepat biasanya akan diikuti aksi ambil untung. Fenomena tersebut adalah kejadian normal di bursa. Apalagi dari sisi teknis, harga saham sudah overbought. Bahkan mayoritas saham unggulan terkoreksi dalam jumlah bervariasi. Hanya dua saham Bisnis yang berhasil membukukan kenaikan harga.
  • Pemodal tampak antusias mendiskon saham kapitalisasi besar dan beralih ke saham lapis kedua berharga murah. Pola switching tersebut sengaja dilakukan pemodal guna mempertahankan keuntungan di bursa. Konsolidasi pasar juga sejalan dengan berakhirnya euforia reshuffle kabinet. Perhatian pemodal saat ini terfokus pada window dressing di akhir tahun. Pasalnya, para pemain kuat termasuk perusahaan besar sedang bersiap membeli kembali sahamnya. Harus diakui bahwa tren penurunan indeks masih akan berlanjut. Setidaknya sampai perdagangan pekan depan. Realitas tersebut cukup beralasan karena sebagian besar saham blue chips dalam kondisi overbought.
  • Oleh sebab itu, investor diperkirakan melepas sahamnya sambil menanti munculnya sentimen positif segar di bursa. Dengan begitu, konsolidasi yang dilakukan pemodal pada dua hari belakangan ini cukup positif. Pasalnya, koreksi saham Bisnis akan menjadikan kursnya jauh lebih kompetitif.
  • Sementara itu, profit taking terhadap saham unggulan juga dipicu melemahnya kurs rupiah atas dolar AS. Pada transaksi kemarin, rupiah terdepresiasi di level Rp 9.838. Pelemahan rupiah tersebut wajar mengingat lonjakan kursnya yang signifikan saat perombakan kabinet SBY-Kalla minggu lalu.