Thursday, December 15, 2005

[Bisnis] 15 Desember 2005

  • Bank Indonesia akan mempertahankan tingkat bunga BI Rate meskipun bank sentral AS (The Fed) kembali menaikkan Fed Fund sebesar 25 basis poin menjadi 4,25%. Deputi Gubernur BI Aslim Tadjuddin menyatakan tingkat bunga BI Rate sebesar 12,75% dibandingkan bunga Fed sebesar 4,25% masih memiliki interest rate differential yang cukup menarik, yaitu 8,5%.
  • Anak perusahaan PT Bumi Resources Tbk, PT Arutmin Indonesia, dikabarkan berebut proyek untuk memasok batu bara kalori rendah yang diharapkan menjadi tambahan pendapatan sebesar US$96 juta. Tender untuk memasok batu bara itu digelar oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan volume 4,8 juta ton per tahun. Tambahan pendapatan itu bakal diperoleh Arutmin dengan menggunakan asumsi harga batu bara kalori rendah tersebut sekitar US$20 per ton. Dalam mengincar proyek tersebut, anak perusahaan Bumi ini bersaing dengan lima produsen batu bara lainnya seperti PT Mantimin Coal Mining, PT Berau Coal, PT Pendopo Energi Batubara, PT Baramutiara Prima, dan PT Surya Sakti Dharmakencana.
  • Direksi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pekan depan menagih janji manajemen PT Excelcomindo Pratama Tbk untuk menambah jumlah saham yang dimiliki pemodal publik. Pemegang saham perusahaan seluler itu yaitu Telekom Malaysia melalui Indocel Holdin Sdn menyatakan tidak dapat menjual saham Excelcomindo ke publik karena mereka dilarang melepas saham itu selama setahun. BEJ meminta Excelcomindo untuk menambah kepemilikan saham publik, setelah sebagian besar saham yang beredar di publik beralih ke pemegang saham pengendali pasca pencatatan perdana saham pada 29 September 2005.
  • Tiga calon penasihat keuangan yaitu Citigroup, PT BNI Securities, dan Rotschild Indonesia berpeluang menangangi proses pembentukan induk BUMN pertambangan. Sumber di internal tim pembentukan perusahaan induk BUMN pertambangan mengatakan tiga perusahaan tersebut memiliki nilai tertinggi dalam salah satu kriteria. Selain Citigroup, BNI Securities, dan Rotschild, saat ini terdapat dua kandidat lainnya yang mengikuti proses pemilihan penasihat keuangan itu terdiri dari PT Bahana Securities dan PT Danareksa Sekuritas.
  • Koreksi teknikal yang terjadi di sejumlah saham blue chips telah menjatuhkan bursa Jakarta. Pelaku pasar sengaja melepas saham Bisnis untuk merealisasikan keuntungan temporer. Secara teknis, harga saham maupun indeks sudah terlampau tinggi dan cenderung overbought. Hal ini akibat lonjakan kurs yang berlangsung selama sembilan hari berturut-turut. Pemodal tak ingin mengambil risiko sehingga mereka segera menjual saham pilihan yang bisa mendatangkan keuntungan. Sentimen jual pemodal merupakan konsolidasi menyusul harga saham yang sudah mahal.
  • Akibatnya, indeks komposit BEJ jatuh 8,309 poin atau 0,70% menjadi 1.173,718. Kejatuhan indeks dipicu anjloknya berbagai saham kapitalisasi besar penggerak bursa. Kalangan investor tak menyiakan kesempatan dengan mendiskon saham unggulan di BEJ. Profit taking terutama menerjang saham blue chips yang kursnya telah meningkat tajam di perdagangan pekan sebelumnya. Aksi ambil untung itu wajar karena ditilik dari sisi teknikal, mayoritas saham unggulan sudah memasuki area jenuh beli. Dengan begitu, investor segera membuang sahamnya dan akan membeli lagi di harga yang lebih murah.
  • Rally panjang di BEJ akhirnya berhenti seiring dengan merosotnya berbagai saham unggulan kapitalisasi besar. Bahkan derasnya tekanan jual di saham Bisnis mengakibatkan indeks BI-40 terkoreksi 0,65% pada 315,445. Total volume saham yang diperjualbelikan 269 juta unit senilai Rp 802 miliar. Kegiatan transaksi tetap bergairah meski dibayangi profit taking. Investor asing net selling Rp 16 miliar dan rupiah relatif stabil di Rp 9.790 per dolar AS. Pemodal lepas saham besar dan beralih ke second liner.