Tuesday, December 06, 2005

[Bisnis] 6 Desember 2005

  • Reshuffle (perombakan) kabinet terbatas yang diumumkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tadi malam dinilai sekedar mencari aman dan tidak banyak membawa pengaruh positif, khususnya bagi sektor riil. Ekonom dari Indef Aviliani berpendapat reshuffle kabinet menunjukkan bahwa Presiden tidak berani melakukan perombakan total, tetapi hanya mencari aman. “Indef sebetulnya melihat pentingnya pergantian dilakukan pada menteri di posisi sektoral, misalnya mendatangkan investasi dan yang mampu membuka lapangan kerja. Pergantian kali ini tidak akan membawa angin bagi sektor riil”.
  • Bursa Efek Surabaya sejak kemarin menghentikan sementara perdagangan obligasi PT Bahtera Adimina Samudra I terkait penundaan pembayaran bunga ke-22. Kepala Divisi Pencatatan BES Umi Kulsum mengatakan penghentian perdagangan itu berlaku pada sistem perdagangan obligasi sampai ada penjelasan lebih lanjut.
  • PT Telekomunikasi Indonesia Tbk akan memanfaatkan dana dari laba perusahaan untuk membeli kembali (buyback) saham Telkom sebagai langkah strategis perusahaan. Telkom akan mengalokasikan dana hingga Rp 5,02 triliun untuk membeli kembali saham itu yang dibantu oleh broker beli PT Danareksa Sekuritas.
  • Aktivitas perdagangan di pasar modal kemarin masih beragam di tengah kepastian pergantian kabinet terbatas. Aksi beli dan jual yang berimbang pada saham-saham unggulan pilihan Bisnis membuat pergerakan indeks BI-40 bergerak lebih stabil. Indeks tersebut ditutup naik tipis 0,481 poin (0,161%) menjadi 298,661 dari posisi akhir pekan lalu. Begitu juga dengan indeks BEJ ditutup menguat tipis 1,16 poin (0,10%) menjadi 1.120,578 dan indeks LQ45 naik 0,032 poin (0,01%) menjadi 243,167.
  • Pelaku pasar menilai kepastian reshuffle dalam tim ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu menimbulkan harapan baru bagi pelaku pasar. Sementara itu, investor di bursa juga khawatir akan langkah Bank Indonesia yang kembali menaikkan BI Rate menyusul tingginya inflasi year on year pada bulan November 2005 lalu yang mencapai 18,38%. Jika Bank Indonesia kembali menaikkan BI Rate diperkirakan meningkat sekitar 100 basis poin dari 12,25% menjadi 13,25%, maka investor akan mengantisipasi dengan mengambil keuntungan di bursa. Namun semangat investor untuk kembali masuk bursa belum luntur pada transaksi kemarin.
  • Hal ini akibat dorongan spekulasi beli pada saham-saham unggulan Bisnis. Antara lain, keyakinan pasar akan penguatan nilai tukar rupiah terhadap US$ yang masih akan berlanjut dan tren penguatan bursa regional menyusul membaiknya pertumbuhan ekonomi Amerika. Sejumlah saham pilihan Bisnis yang masuk sektor manufaktur juga menguat ditopang oleh langkah Pemerintah untuk menurunkan harga BBM di sektor industri sekitar 14% yang berlaku efektif mulai Kamis 1 Desember lalu. Rencana Bakrie Telecom untuk mencatatkan sahamnya di BEJ diperkirakan akan mendorong naik harga saham Telkom dan Indosat. Sedangkan gairah pemodal di saham Astra International kemungkinan ditopang oleh kebijakan Pemerintah yang telah menurunkan harga BBM untuk industri.