Tuesday, December 27, 2005

[Bisnis] 27 Desember 2005

  • Depkeu berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) ritel pada kuartal I/2006. Depkeu masih akan membahas infrastruktur pasar SUN ritel dengan Bapepam maupun Bank Indonesia. Pengembangan pasar SUN ritel menjadi salah satu prioritas pemerintah. Untuk sementara, target paling cepat antara kuartal pertama tahun depan.
  • Bapepam meminta direksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) tidak membuat program yang mempersulit proses merger antara kedua bursa tersebut. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Darmin Nasution tidak menampik kemungkinan percepatan proses penggabungan kedua bursa itu menjadi Bursa Efek Indonesia. Hal itu sudah dimuat di rencana induk. Paling lambat 2008.
  • PT Asuransi Sinar Mas menjanjikan prosedur pembayaran klaim asuransi terhadap total aset properti yang terbakar milik PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (IKPP) akan lebih cepat. PT Indah Kiat Pulp and Paper diketahui mengalihkan risiko kebakaran atas sejumlah aset properti pabrik kertasnya dengan nilai US$600juta kepada Asuransi Sinar Mas dengan jasa pialang (broker) asuransi PT Kali Besar Raya Utama.
  • PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) telah memberikan mandat kepada Bank Pembangunan Asia (ADB) dan ING Bank sebagai konsorsium pengatur dalam mencari pembiayaan maksimum senilai US$225 juta atau Rp 2,25 triliun. Pinjaman itu nantinya akan dimanfaatkan BUMN distribusi gas itu untuk membiayai perluasan jaringan distribusi pipa gas di Jawa bagian Barat.
  • PT Berlian Laju Tanker Tbk telah merealisasikan pembelian kembali saham hingga 87,40% dari jumlah pembelian yang diizinkan oleh otoritas bursa. Perusahaan jasa transportasi bahan kimia dan minyak tersebut mendapatkan izin untuk membeli kembali saham dari publik sejumlah 415.555.738 lembar saham. Dari jumlah tersebut, total saham yang telah dibeli kembali sebanyak 363.183.000 lembar saham atau 87,40% dari jumlah yang diizinkan.
  • PT Bursa Efek Jakarta bisa menerima pencatatan (listing) saham perusahaan asing di Tanah Air, apalagi ada kerjasama dengan Euronex, bursa Eropa, dalam hal pencatatan ganda (dual listing). Dengan adanya nota kesepahaman (MoU) antara BEJ dan Euronex, dimungkinkan perusahaan lokal mencatatkan sahamnya di bursa Eropa atau sebaliknya.
  • Bank Indonesia mengakui PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) telah melakukan pelanggaran dalam kasus reksa dana. Namun otoritas bank sentral tidak bersedia memberikan keterangan lebih rinci mengenai bentuk pelanggaran yang terjadi. Hasil penelitian BI tersebut telah diserahkan kepada Bapepam mengingat kedudukan lembaga itu sebagai otoritas pengawas pasar modal.
  • PT Bursa Efek Surabaya (BES) akan mencatatkan U Finance sebagai perusahaan yang menerbitkan obligasi ritel pertama pada tahun 2005. Dengan tercatatnya obligasi U Finance itu, terhitung hari ini bisa diperdagangkan melalui sistem perdagangan obligasi BES, antara lain dengan fixed income trading system (FITS).
  • Saham unggulan Bisnis masih berpotensi menguat setidaknya sampai akhir tahun 2005 ini. Pelaku pasar diperkirakan kembali mengakumulasi saham unggulan untuk investasi jangka panjang. Sentimen beli terutama menyentuh saham emiten yang mempunyai aksi korporasi menarik. Para pemain besar, termasuk perusahaan BUMN diperkirakan kembali memborong saham blue chips untuk mendongkrak indeks di atas level 1.150-an.
  • Bagaimanapun, harga saham pilihan Bisnis masih relatif murah dan kompetitif. Pembelian perusahaan BUMN itu diharapkan diikuti investor asing di BEJ. Hari aktif transaksi di bursa Jakarta yang semakin sempit tetap berpeluang mengangkat kurs saham Bisnis ke tingkat lebih tinggi. Bahkan momentum tersebut akan dimanfaatkan pemodal untuk mempertahankan gairah transaksi di saham blue chips. Saham emiten yang memiliki isu individual menarik dan berfundamental baik bakal diburu investor minggu ini.
  • Koreksi harga yang terjadi di akhir pekan telah membuka kesempatan bagi pemodal untuk masuk lagi ke saham Bisnis. Akumulasi jual beli di saham blue chips sekaligus sebagai antisipasi terjadinya January effect di bursa dunia. Beberapa saham unggulan yang masih berpotensi gain antara lain, Astra International, Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Danamon, Telkom, Indosat, Inco, Perusahaan Gas Negara, Antam, Gudang Garam, serta Semen Gresik. Fokus perhatian pemodal masih tertuju pada kelompok saham tersebut. Meski sebagian kursnya sudah relatif mahal.
  • Momentum ‘demam Januari’ tidak akan dilewatkan pemodal BEJ begitu saja. Ini adalah kesempatan bagi pemodal untuk menyeleksi sekaligus menata ulang portofolionya pada tahun 2006 nanti. Potensi gain di saham Bisnis masih cukup tinggi. Di bagian lain, stabilitas kurs rupiah, suku bunga di dalam negeri, serta turunnya harga minyak dunia merupakan instrumen positif bagi pembelian kembali saham Bisnis di BEJ. Ketiga instrumen tersebut akan dijadikan patokan investor untuk terus bertransaksi di saham blue chips.