Monday, January 02, 2006

[Bisnis] 2 Januari 2006

News:
  • Wapres Jusuf Kalla mengungkapkan sumber pendanaan untuk membeli kembali (buyback) saham PT Indosat, yang kini dikuasai Indonesia Communications Limited (ICL), diperoleh dari pemerintah, kas internal PT Indosat Tbk, dan PT Telkom Tbk.
  • Masuknya investor baru untuk membenahi PT Great River International Tbk dinilai mendesak. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) mempersilahkan investor yang berminat masuk untuk bernegosiasi melalui tiga pihak yang terkait langsung dengan perseroan. Ketiga pihak itu adalah PT Bank Mandiri Tbk selaku kreditor, PT Nikko Securities mewakili pemegang obligasi, dan Sunjoto Tanudjaja sebagai pemegang saham mayoritas perseroan.
  • PT Kalbe Farma Tbk yang baru saja menyelesaikan proses merger, kini sahamnya bisa ditransaksikan dengan penyelesaian transaksi margin. Transaksi margin adalah fasilitas pinjaman untuk penyelesaian transaksi efek yang diberikan oleh perusahaan efek kepada nasabahnya. Data Bursa Efek Jakarta mengungkapkan saham Kalbe Farma kini masuk dalam 46 saham yang bisa ditransaksikan secara margin.
  • PT BNI Securities bakal mengubah fokus bisnisnya dengan mendongkrak perdagangan ekuitas dan obligasi pada tahun ini, menyusul sanksi Bapepam yang melarang perusahaan itu menerbitkan reksa dana selama setahun.
  • Manajemen PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC) bersama pemerintah dan BP Migas menyiapkan skenario teknis agar pabrik Kujang IA dan IB bisa beroperasi paralel sepanjang tahun ini, kendati pasokan gas untuk pabrik IA hanya cukup beroperasi hingga akhir April.
Market Reviews:
  • Prospek investasi saham unggulan Bisnis tahun 2006 masih cukup cerah. Pemodal diperkirakan terus berburu saham blue chips di bursa Jakarta. Utamanya adalah saham emiten yang memiliki fundamental solid dan prospektif. Perekonomian nasional yang diperkirakan masih akan bisa tumbuh 5,5% pada tahun 2006 akan berimbas positif terhadap iklim investasi di dalam negeri, termasuk di pasar modal. Selain itu, stabilitas politik dan keamanan bisa membangkitkan animo asing menanamkan modalnya di bursa Jakarta, karena harga saham blue chips di BEJ masih cukup murah dan atraktif.
  • Beberapa saham unggulan masih menjanjikan return tinggi, antara lain saham Telkom, Indosat, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank Danamon, Antam, Inco. Juga saham Gudang Garam, Perusahaan Gas Negara, Tambang Bukit Asam, Adhi Karya, Astra International, Bank BCA, Unilever, Indofood, serta Bimantara. Kelompok saham di atas selain memiliki valuasi harga menarik, juga berfundamental solid. Potensi kenaikan harga masih terbuka. Yang penting, BI mampu menjaga stabilitas suku bunga, inflasi, serta kurs Rupiah.
  • Sementara itu, perdagangan saham Bisnis tahun 2005 berlangsung marak dan bergairah. Mayoritas saham blue chips berhasil membukukan kenaikan kurs signifikan menyusul derasnya sentimen jual beli investor BEJ. Indeks BI-40 terdongkrak 22,41% pada posisi 313,668 dibanding Desember 2004 di titik 256,225. total volume saham Bisnis yang berpindahtangan tahun lalu mencapai 82 miliar unit senilai Rp 174 triliun. Investor asing membukukan net selling Rp 15 triliun. Meski begitu, dominasi asing atas transaksi di BEJ mencapai 40,62% selama 2005. rupiah stabil di Rp 9.835 per dolar.
  • Pemegang saham Bisnis berhasil mengantongi keuntungan signifikan yakni sebesar 22% lebih. Bahkan lonjakan indeks BI-40 tahun lalu jauh lebih tinggi dibanding kenaikan IHSG yang hanya 16,23% dan indeks LQ45 dengan penguatan 17,15%. Pengembalian investasi atau return dari saham pilihan Bisnis sungguh mencengangkan. Bahkan nilai keuntungan yang diraih investor BI-40 berada di atas tingkat inflasi 2005 yang sebesar 17%.