Monday, March 31, 2008

[Bisnis] 31 Maret 2008

Rabobank International Indonesia (RII) akan melakukan merger dengan Bank Haga dan Bank Hagakita setelah membeli mayoritas dua bank tersebut dari grup Djarum tahun 2006. Bank Haga dan Bank Hagakita akan melebur ke RII dan seterusnya akan menggunakan nama RII sebagai bank hasil penggabungan dari tiga bank. Merger ini akan efektif per 30 Juni 2008. Sebelumnya masing-masing pihak akan melakukan RUPSLB untuk menyetujui rencana merger itu.

Dalam pengumuman yang dipublikasikan Senin (31/3/2008) disebutkan tujuan merger adalah pertama, mengikuti ketentuan kebijakan kepemilikan tunggal atau single presence policy (SPP) Bank Indonesia (BI).Kedua, memulai proses penyederhanaan struktur kepemilikan yang akan mempermudah pengawasan oleh BI. Ketiga, memperoleh sinergi dari merger dibidang operasional dan komersial. Nantinya kantor Bank Haga dan Bank Hagakita tidak akan ditutup dan menjadi kantor-kantor dari bank hasil merger. Nasabah RII juga dapat memanfaatkan jaringan kantor cabang dari bank hasil merger.

Strategi pengembangan jaringan cabang berfokus pada provinsi-provinsi utama. Terbuka peluang juga untuk mengembangkan usaha seperti di Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur.

Nantinya bank hasil merger akan memiliki jumlah saham 1,430 juta saham dengan nilai nominal Rp 500.000 per saham sehingga nilai total Rp 715 miliar.Sedangkan komposisi pemegang saham setelah meregr adalah, Cooperative Centrale Raiffeisen-Boerenleenbank BA sebesar 99% dan PT Mitra Usaha Kencana 1%.

Tuesday, March 04, 2008

[Bisnis] 4 Maret 2008

News:

  • Persaingan untuk memperebutkan Bank Internasional Indonesia (BII) bakal makin ketat menyusul masuknya permohonan dua bank asal China ke meja Bank Indonesia (BI) untuk membeli saham Temasek Holding yang dilepas. kedua bank tersebut adalah Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) dan China Construction Bank (CCB). dua bank tersebut mengajukan permohonan untuk membeli 55,97% kepemilikan saham Temasek di BII.
  • Rupiah tertekan hingga mengalami penurunan terbesar dalam 10 pekan terhadap dolar AS dipicu kekhawatiran akan resesi di AS yang tercermin dari anjloknya indeks saham Dow Jones dan indeks bursa global. kurs rupiah kemarin terdepresiasi 24 poin dari posisi akhir pekan menjadi Rp 9.130 per dolar AS, terendah sejak 26 Februari, namun akhirnya menguat kembali menuju Rp 9.108 pada sesi sore di Jakarta.
  • Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menjajaki peraturan yang mewajibkan penyajian laporan keuangan reksa dana kepada publik melalui iklan di media cetak. kewajiban itu guna memudahkan penilaian dan pengawasan investor dan Bapepam-LK.
  • Harga obligasi menurun seiring dengan tekanan yang melanda sebagian besar bursa saham global. MSCI Asia Pasific Index turun dalam tiga hari terakhir, seiring dengan pelemahan obligasi patokan di Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Data Perhimpunan Pedagang Surat Utang Negara (Himdasun) menunjukkan tingkat imbal hasil (yield) sebesar 9% untuk SUN yang jatuh tempo pada September 2018 naik enam basis poin atau 0,06% menjadi 10,31%. harga SUN tersebut jatuh 0,37% menjadi 91,69 atau Rp 3.700 per satuan unit Rp 1 juta.