Saturday, December 31, 2005

[Bisnis] 31 Desember 2005

  • Singapore Technologies Telemedia Ltd (STT) belum berencana mengubah kepemilikan saham pada PT Indosat Tbk. Sekalipun pemerintah Indonesia berniat serius membeli kembali perusahaan telekomunikasi itu.
  • Bank Indonesia menjamin penyediaan Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) berbeda dengan sistem Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) meski tetap menempatkan bank sentral sebagai lender of the last resort. Beberapa perbedaan FPD dan BLBI itu, kata Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah, diantaranya fasilitas tersebut hanya diberikan pada bank yang kesulitan likuiditas dan tidak untuk bank yang kesulitan solvabilitas.
  • Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutuskan vonis denda sebesar Rp 1,5 miliar yang harus dibayarkan oleh PT Surveyor Indonesia (SI) dan PT Sucofindo terkait kasus jasa verifikasi teknis gula impor. Keputusan atas perkara bernomor 08/KPPU-I/2005 ini diambil menyusul terbuktinya praktek tersebut yang melanggar UU No. 5/1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
  • PT London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum) membukukan laba bersih sebesar Rp 341 miliar pada akhir 30 November 2005, naik 210% dari periode sama tahun lalu yang masih membukukan rugi Rp 310 miliar. Pencapaian itu disebabkan oleh selesainya restrukturisasi finansial selain diperolehnya penjualan bersih Rp 1,67 trliun atau naik 12% dari periode sama tahun lalu Rp 1,5 triliun. Dari penjualan bersih Rp 1,6 triliun itu, sumbangan produk kelapa sawit mencapai 73%, karet 17%, dan komoditas lain seperti benih sawit, kopi, cokelat, teh, dan kelapa coconut 10%.

Friday, December 30, 2005

[Bisnis] 30 Desember 2005

  • Seiring dengan pernyataan Wapres Jusuf Kalla untuk memperbesar kepemilikan saham Indosat, pemerintah mengirimkan surat kepada Singapore Technologies Telemedia (STT). Dalam surat yang tertanggal 14 Desember 2005 itu disebutkan pemerintah berniat membeli kembali (buyback) 40,77% saham atau 2,17 miliar saham Indosat yang dikuasai STT.
  • Kronologis kontroversi divestasi Indosat:
    • 16 Oktober 2002 : 13 investor hadir dalam rapat awal divestasi
    • 1 November : Indosat akan dijual pada harga premium
    • 4 November : Calon investor memasukkan penawaran awal
    • 9 November : Empat investor lolos shortlisted
    • 15 November : DPR meminta divestasi Indosat ditunda
    • 4 Desember : Empat investor finalisasi SPA
    • 13 Desember : Penawaran akhir divestasi Indosat
    • 16 Desember : STT memenangkan tender divestasi Indosat
    • 17 Desember : KPPU minta awasi kepemilikan STT
    • 18 Desember : STT mulai transfer dana Indosat
    • 20 Desember : STT memakai ICL menguasai Indosat
    • 27 Desember : Status ICL dipersoalkan
    • 28 Desember : Bentrokan wanai RUPS Indosat
  • Kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta pada 2005 merupakan tertinggi kedua setelah Jepang, yakni mencapai 16,39% dibandingkan tahun lalu. Perubahan indeks tersebut dihitung dari penutupan perdagangan pada 2004 yang berada diposisi 1.000,23 hingga 28 Desember 2005 yang berada di level 1.164,14. Dibandingkan dengan bursa utama di beberapa negara, dapat dikatakan bahwa IHSG BEJ merupakan salah satu indeks berkinerja terbaik sepanjang tahun 2005. Kenaikan indeks di beberapa negara, dimulai dari tertinggi, adalah Jepang (40,96), Indonesia (16,39), Filipina (13,41), Singapura (13,15), Taiwan (6,27), Hong Kong (6,12), Thailand (5,57), Dow Jones (-0,12), dan Malaysia (-1,31).
  • Total Surat Utang Negara (SUN) sampai 26 Desember 2005 mencapai sekitar Rp 655,86 triliun terdiri atas obligasi negara dalam mata uang denominasi rupiah Rp 399,84 triliun dan dolar AS setara Rp 35,12 triliun. Berikut perkembangan Surat Utang Negara (Rp triliun):
    • SUN yang diperdagangkan 434,96
    • SUN dalam denominasi rupiah 399,84
    • SUN dalam denominasi dolar AS 35,12
    • SUN yang tidak diperdagangkan 220,90
    • Total 655,86
  • Departemen Keuangan mengeluarkan Peraturan Menkeu No. 91/PMK.05/2005 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menkeu No. 343/KMK.017/1998 tentang Iuran dan Manfaat Pensiun. Perubahan ini berlaku sejak Oktober lalu. Dalam peraturan baru itu ditetapkan perubahan diantaranya perubahan pasal 13 menjadi empat ayat yang memuat tentang pembayaran sekaligus nilai dana manfaat pensiun. Pasal 20 menjadi dua ayat tentang jumlah akumulasi iuran dan hasil pengembangan yang dapat dibayarkan sekaligus. Sebelumnya, Ditjen Lembaga Keuangan Departemen Keuangan meminta dana pensiun segera merampungkan penyusunan standar dan prosedur tata kelola untuk industri dana pensiun.
  • Sekitar 5% - 7% dana pihak ketiga PT Bank Internasional Indonesia Tbk sebesar Rp 39 triliun terkait dengan kelompok usaha Sinar Mas yang baru memiliki Bank Shinta. Namun, manajemen BII tidak khawatir bila terjadi perpindahan dana. BII kini memiliki aset sekitar Rp 49 triliun dan dana pihak ketiga sebesar lebih dari Rp 35 triliun.
  • Bank Indonesia menegaskan bank dalam skala besar tidak otomatis memiliki dampak sistemik sehingga secara otomatis bisa mendapatkan fasilitas pembiayaan darurat dibandingkan bank yang lebih kecil.
  • Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) meminta Bursa Efek Jakarta (BEJ) meninjau kembali kebijakan yang mengizinkan short selling di bursa tersebut pada tahun depan, mengingat saat ini kepercayaan pasar masih kurang.
  • Dirut BNI Securities Sudirman menegaskan Reksadana Solusi Dana SUN Terproteksi (RD SDTS) telah memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam, namun batal secara hukum karena saat penawaran mengalami undersubscribed.
  • PT Sinar Mas Multiartha Tbk telah menambah setoran modal di PT Bank Shinta Indonesia sebesar Rp 15 miliar sesuai dengan rencana penggunaan dana penawaran umum terbatas III. Rencana itu telah disetujui oleh rapat umum pemegang saham luar biasa pada 28 Juni 2005.
  • Menjelang penutupan 2005, aktivitas transaksi di BEJ berlangsung sepi. Pelaku pasar cenderung menarik diri dari bursa sehingga pergerakan saham Bisnis kurang atraktif. Bahkan beberapa pemodal sengaja menjual sahamnya untuk merealisasikan keuntungan temporer. Hal itu wajar karena pasar memang kehilangan insentif sejak pembukaan perdagangan awal pekan ini. Hari aktif bursa yang sangat sempit membuat investor menahan diri bertransaksi di BEJ. Mereka hanya berspekulasi di beberapa saham unggulan dan lapis kedua yang bisa mendatangkan gain.
  • Dampaknya, indeks BI-40 ditutup melemah tipis 0,26% pada posisi 313,668. Total volume saham Bisnis yang diperjualbelikan hanya 173 juta unit senilai Rp 413 miliar. Pemodal sudah keluar dari bursa untuk berkonsentrasi menikmati liburan akhir tahun. Tekanan jual yang dimotori saham Astra International, Medco Energi, serta Gudang Garam mengakibatkan indeks BEJ terkoreksi 1,508 poin menjadi 1.162,635. Pelaku pasar tak ingin mengambil resiko di tengah menghilangnya insentif positif di BEJ. Mereka justru memanfaatkan hari terakhir transaksi sebagai kesempatan untuk mengambil untung.
  • Sementara isu kenaikan harga saham yang dipicu aksi window dressing tidak terbukti. Kenyataan tersebut membuat indeks ditutup melemah di teritori negatif. Pemodal sengaja melepas saham untuk menyusun kembali portofolio pada 2006. Investor asing membukukan net selling sebesar Rp 17 miliar dan kurs rupiah ditutup stabil di Rp 9.835 per dolar AS. Perdagangan saham Bisnis pekan depan akan diramaikan aksi beli selektif. Pelaku pasar diperkirakan membeli kembali saham unggulan yang masih berpotensi menguat, sebagai antisipasi terjadinya ‘demam Januari’.

Thursday, December 29, 2005

[Bisnis] 29 Desember 2005

  • Kalangan pengusaha sektor industri menyambut 2006 dengan sikap pesimistis dan skeptis. Ini tercermin dari penetapan target rendah, bahkan pemangkasan target pertumbuhan penjualan, termasuk ekspor, oleh sejumlah pengusaha di industri manufaktur penting. Sikap ini dinyatakan oleh sejumlah asosiasi industri padat karya tang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, seperti Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Gabungan Elektronika (Gabel), Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), dan Asosiasi Pengecoran Logam Indonesia (Aplindo).
  • Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sidang kabinet paripurna meminta tim ekonomi di Kabinet Indonesia Bersatu untuk menjaga inflasi pada 2006 agar tidak melonjak. Menko Perekonomian Boediono menyatakan permintaan itu merupakan salah satu dari empat petunjuk dan arahan ekonomi presiden kepada tim ekonomi di Kabinet Indonesia Bersatu. Arahan itu diantaranya percepatan pertumbuhan ekonomi 2006, Stabilitas ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan, dan penanggulangan kemiskinan.
  • Bank Indonesia memberikan syarat sangat ketat dalam memberikan fasilitas pembiayaan darurat kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas disertai jaminan aset likuid dan jaminan pribadi pemegang saham pengendali. Fasilitas tersebut diberikan hanya kepada bank yang memiliki risiko sistemik dan memenuhi kewajiban modal minimum paling sedikit 5%. Risiko sistemik adalah potensi penyebaran masalah dari satu bank bermasalah yang dapat mengakibatkan kesulitan likuiditas bank lainnya.
  • PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) kemungkinan besar menghapus (force delisting) pencatatan saham PT Ryane Adibusana Tbk dari papan perdagangan karena peluang kehidupan dan operasi emiten itu sangat kecil.
  • PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk mengumumkan terjadinya perubahan kepemilikan saham perseroan pada periode 9-16 Desember. Direktur Citra Marga I Ketut Mardjana mengatakan pemilik 321.785.300 saham atau 16,09% saham Citra Marga yaitu UBS AG berubah menjadi atas nama UBS AG Singapore s/a Hefferman International Ltd sebesar 144.053.920 saham atau setara 7,2%.
  • Tiga saham baru yang tercatat di papan pengembangan masuk dalam hitungan saham yang ditransaksikan di Jakarta Islamic Index (JII) terhitung mulai Januari hingga Juni 2006. ketiga saham baru yang masuk jajaran 30 saham yang ditransaksikan di JII adalah PT Palm Asia Corpora Tbk, PT Delta Dunia Petroindo Tbk dan PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk.
  • Bapepam meminta PT BNI Securities menghentikan penawaran umum reksa dana terproteksi. Otoritas itu juga menolak permintaan perpanjangan waktu penawaran reksa dana proteksi itu karena peminatnya sangat sedikit. Namun, Bapepam memberikan perpanjangan waktu penawaran umum reksa dana proteksi PT Danareksa Investment Management.
  • PT Bursa Efek Jakarta akan segera mencabut suspensi saham PT Aqua Golden Mississippi Tbk setelah perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) itu gagal merealisasikan rencananya menjadi perusahaan tertutup.
  • PT Bank Tabungan Negara pada 2006 berencana menerbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun dengan jangka waktu lima tahun. Diperkirakan imbal hasil dari obligasi tersebut maksimal berkisar 16%.
  • Investor BEJ tampak selektif mengambil posisi jual beli di saham blue chips. Kecenderungan itu wajar karena perdagangan saham pada 2005 akan berakhir hari ini. Fokus perhatian pemodal lebih tertuju pada saham pilihan yang kursnya masih murah dan kompetitif. Akibatnya, pergerakan indeks BEJ hanya di kisaran sempit atau naik tipis 2,436 poin menjadi 1.164,143. aktivitas perdagangan berlangsung sepi dengan saham berpindahtangan relatif kecil 1,038 miliar unit senilai Rp 485 miliar.
  • Sebagian pemodal sudah menikmati liburan sehingga ruang gerak indeks makin terbatas. Bahkan window dressing yang dinantikan investor pun tak kunjung berlangsung di BEJ. Oleh sebab itu, investor mengambil posisi aman dengan berspekulasi temporer di bursa. Ekspektasi indeks komposit di level 1.200 pada akhir 2005 ikut terkubur. Berkurangnya insentif segar di BEJ menjelang tutup tahun membuat pergerakan saham Bisnis kurang begitu atraktif. Selain itu, lambannya para emiten melakukan aksi korporasi turut menghambat lonjakan indeks ke tingkat lebih tinggi lagi. Begitu juga dengan fluktuasi rupiah terhadap dolar AS turut mempengaruhi gerakan saham unggulan.
  • Indeks BI-40 meningkat tipis 0,18% pada posisi 314,512. Pelaku pasar cenderung menahan diri dan hanya bermain jangka pendek di saham lapis kedua. Ruang gerak saham Bisnis tampak semakin sempit seiring berakhirnya transaksi saham di bursa Jakarta pada 2005. penguatan harga saham hanya digerakan oleh pemain besar bermodal kuat. Mereka sengaja memborong saham Petrosea, Gudang Garam, Antam, Bank BRI, dan Tempo Scan agar indeks BEJ tetap bertengger di teritori positif. Terobosan pemodal itu wajar karena bagaimanapun juga pemerintah harus menjaga citra bursa kita di mata asing.
  • Sejak pembukaan transaksi sesi pagi, pergerakan indeks berfluktuasi di kisaran sempit. Realitas tersebut mengindikasikan gairah perdagangan di bursa Jakarta mulai redup. Di samping faktor liburan akhir tahun, kelesuan pasar juga diakibatkan hilangnya insentif segar di BEJ. Beberapa pemodal mulai mengantisipasi ‘demam januari’ dengan mengoleksi saham unggulan maupun lapis kedua berprospek baik. Mereka ingin menutup transaksi saham di BEJ tahun ini dengan resiko investasi yang relatif kecil. Selanjutnya, pemodal bersiap menata kembali portofolio untuk perdagangan pada 2006. perlu diingat bahwa setiap awal tahun, khususnya bulan Januari investor di seluruh dunia sibuk menggalang strategi serta menyusun portofolio baru di pasar ekuiti. Dalam periode tersebut, indeks bursa dunia biasanya meningkat tajam seiring lonjakan harga saham blue chips.

Wednesday, December 28, 2005

[Bisnis] 28 Desember 2005

  • Kadin Indonesia menilai krisis kepercayaan antara pemerintah dan kalangan pengusaha menjadi salah satu kendala serius dalam perekonomian 2005. Akibatnya, kebijakan untuk mengatasi ekonomi biaya tinggi justru tidak berjalan efektif dan menjadi berlarut-larut. Masalah-masalah tersebut adalah:
    • Kekakuan ekonomi, baik soal APBN dan pasar tenaga kerja akibat peraturan yang tidak fleksibel.
    • Sektor perbankan menghadapi permasalahan struktural
    • Masih berlangsung black economy, dari maraknya kegiatan ilegal yang bebas pajak, serta pencari rente
    • Kurang trust pelaku usaha dengan pembuat keputusan
    • Kredit perbankan tidak memihak pada penciptaan lapangan kerja
    • Penerapan iptek dalam kegiatan ekonomi masih relatif rendah padahal pasar global semakin menuntut penerapan iptek.
  • Pemerintah berencana menyehatkan maskapai penerbangan Garuda Indonesia melalui skema investasi strategis (strategic investment) dengan mengundang investor asing yang diharapkan berasal dari industri penerbangan.
  • Sebagai salah satu kreditor terbesar PT Great River International Tbk, PT Bank Mandiri Tbk meminta Sunjoto Tanudjaja segera menyuntikkan dana segar ke tubuh emiten garmen itu sebagai langkah penyelamatan. Bank BUMN terbesar itu, juga meminta Sunjoto, pemilik Great River, segera mendatangkan pemodal dengan membawa uang kas. Sejak mengalami gagal bayar bunga obligasi pada awal tahun ini, Great River belum mendapatkan investor yang bersedia menyuntikkan uang segar untuk membiayai operasi perusahaan itu.
  • Akibat tiga kali cidera janji dalam membayar kupon obligasi tepat waktu, PT Bursa Efek Jakarta akan memanggil direksi PT Bahtera Adimina Samudera Tbk untuk mengetahui kesanggupannya membayar utang.
  • Dua kreditor terbesar PT Kiani Kertas yaitu PT Bank Mandiri Tbk dan JP Morgan diindikasikan mendukung Putera Sampoerna dalam mengakuisisi 100% saham perusahaan bubur kertas itu.
  • Obligasi Clipan Finance Indonesia II 2004 berhenti diperdagangkan di PT Bursa Efek Surabaya pada hari ini, dikarenakan obligasi seri A berkode CFIN02A sudah jatuh tempo pada 27 Desember 2005. BES menghentikan pencatatan dan perdagangan obligasi Clipan, serta tidak lagi melaporkan perdagangannya melalui sarana yang disediakan di BES. Adapun pelunasan pokok dan pembayaran bunga obligasi akan diselesaikan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang bertindak selaku agen pembayaran.
  • PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai tahun depan mengizinkan pemberlakuan short selling atau praktik penjualan saham tanpa harus memiliki saham terlebih dulu. Tindakan ini dilakukan bursa efek itu untuk meningkatkan likuiditas.
  • Grup Texmaco meminta PT Bursa Efek Jakarta membebaskan perseroan dari kewajiban membayar denda atas keterlambatan menyampaikan laporan keuangan sekaligus mencicil pembayaran fee pencatatan. Alasan meminta dispensasi itu karena divisi Texmaco yang beroprasi hanya yang menghasilkan bahan rajutan, sehingga sulit jika harus membayar tagihan tersebut sekaligus.
  • Investor pascalibur Natal tampaknya masih memburu 40 saham-saham pilihan Bisnis. Aksi pemburuan ini sebagai spekulasi investor akan adanya aksi emiten untuk mempercantik harga sahamnya di akhir tahun (window dressing). Dengan demikian peluang indeks BI-40 untuk kembali menguat terbatas masih terbuka. Pada transaksi kemarin indeks BI-40 ditutup naik 1,126 poin (0,360%) menjadi 313,925. Sementara indeks IHSG juga ditutup naik 3,369 poin (0,291%) menjadi 1.161,707 dan LQ45 ditutup naik 0,648 poin (0,255%) pada level 254,840.
  • Secara umum, situasi transaksi di pasar saham hingga menjelang akhir 2005 ini diprediksikan tidak terlalu marak. Tipisnya transaksi antara lain disebabkan karena sebagian besar fund manager banyak yang libur akhir tahun. Apalagi untuk mengakhiri 2005 ini periode transaksi hanya tinggal tiga hari lagi. Secara keseluruhan kondisi ini membuat pelaku pasar memilih untuk melakukan konsolidasi. Kecuali bila ada upaya aksi window dressing pada saham-saham plat merah.

Tuesday, December 27, 2005

[Bisnis] 27 Desember 2005

  • Depkeu berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) ritel pada kuartal I/2006. Depkeu masih akan membahas infrastruktur pasar SUN ritel dengan Bapepam maupun Bank Indonesia. Pengembangan pasar SUN ritel menjadi salah satu prioritas pemerintah. Untuk sementara, target paling cepat antara kuartal pertama tahun depan.
  • Bapepam meminta direksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) tidak membuat program yang mempersulit proses merger antara kedua bursa tersebut. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Darmin Nasution tidak menampik kemungkinan percepatan proses penggabungan kedua bursa itu menjadi Bursa Efek Indonesia. Hal itu sudah dimuat di rencana induk. Paling lambat 2008.
  • PT Asuransi Sinar Mas menjanjikan prosedur pembayaran klaim asuransi terhadap total aset properti yang terbakar milik PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (IKPP) akan lebih cepat. PT Indah Kiat Pulp and Paper diketahui mengalihkan risiko kebakaran atas sejumlah aset properti pabrik kertasnya dengan nilai US$600juta kepada Asuransi Sinar Mas dengan jasa pialang (broker) asuransi PT Kali Besar Raya Utama.
  • PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) telah memberikan mandat kepada Bank Pembangunan Asia (ADB) dan ING Bank sebagai konsorsium pengatur dalam mencari pembiayaan maksimum senilai US$225 juta atau Rp 2,25 triliun. Pinjaman itu nantinya akan dimanfaatkan BUMN distribusi gas itu untuk membiayai perluasan jaringan distribusi pipa gas di Jawa bagian Barat.
  • PT Berlian Laju Tanker Tbk telah merealisasikan pembelian kembali saham hingga 87,40% dari jumlah pembelian yang diizinkan oleh otoritas bursa. Perusahaan jasa transportasi bahan kimia dan minyak tersebut mendapatkan izin untuk membeli kembali saham dari publik sejumlah 415.555.738 lembar saham. Dari jumlah tersebut, total saham yang telah dibeli kembali sebanyak 363.183.000 lembar saham atau 87,40% dari jumlah yang diizinkan.
  • PT Bursa Efek Jakarta bisa menerima pencatatan (listing) saham perusahaan asing di Tanah Air, apalagi ada kerjasama dengan Euronex, bursa Eropa, dalam hal pencatatan ganda (dual listing). Dengan adanya nota kesepahaman (MoU) antara BEJ dan Euronex, dimungkinkan perusahaan lokal mencatatkan sahamnya di bursa Eropa atau sebaliknya.
  • Bank Indonesia mengakui PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) telah melakukan pelanggaran dalam kasus reksa dana. Namun otoritas bank sentral tidak bersedia memberikan keterangan lebih rinci mengenai bentuk pelanggaran yang terjadi. Hasil penelitian BI tersebut telah diserahkan kepada Bapepam mengingat kedudukan lembaga itu sebagai otoritas pengawas pasar modal.
  • PT Bursa Efek Surabaya (BES) akan mencatatkan U Finance sebagai perusahaan yang menerbitkan obligasi ritel pertama pada tahun 2005. Dengan tercatatnya obligasi U Finance itu, terhitung hari ini bisa diperdagangkan melalui sistem perdagangan obligasi BES, antara lain dengan fixed income trading system (FITS).
  • Saham unggulan Bisnis masih berpotensi menguat setidaknya sampai akhir tahun 2005 ini. Pelaku pasar diperkirakan kembali mengakumulasi saham unggulan untuk investasi jangka panjang. Sentimen beli terutama menyentuh saham emiten yang mempunyai aksi korporasi menarik. Para pemain besar, termasuk perusahaan BUMN diperkirakan kembali memborong saham blue chips untuk mendongkrak indeks di atas level 1.150-an.
  • Bagaimanapun, harga saham pilihan Bisnis masih relatif murah dan kompetitif. Pembelian perusahaan BUMN itu diharapkan diikuti investor asing di BEJ. Hari aktif transaksi di bursa Jakarta yang semakin sempit tetap berpeluang mengangkat kurs saham Bisnis ke tingkat lebih tinggi. Bahkan momentum tersebut akan dimanfaatkan pemodal untuk mempertahankan gairah transaksi di saham blue chips. Saham emiten yang memiliki isu individual menarik dan berfundamental baik bakal diburu investor minggu ini.
  • Koreksi harga yang terjadi di akhir pekan telah membuka kesempatan bagi pemodal untuk masuk lagi ke saham Bisnis. Akumulasi jual beli di saham blue chips sekaligus sebagai antisipasi terjadinya January effect di bursa dunia. Beberapa saham unggulan yang masih berpotensi gain antara lain, Astra International, Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Danamon, Telkom, Indosat, Inco, Perusahaan Gas Negara, Antam, Gudang Garam, serta Semen Gresik. Fokus perhatian pemodal masih tertuju pada kelompok saham tersebut. Meski sebagian kursnya sudah relatif mahal.
  • Momentum ‘demam Januari’ tidak akan dilewatkan pemodal BEJ begitu saja. Ini adalah kesempatan bagi pemodal untuk menyeleksi sekaligus menata ulang portofolionya pada tahun 2006 nanti. Potensi gain di saham Bisnis masih cukup tinggi. Di bagian lain, stabilitas kurs rupiah, suku bunga di dalam negeri, serta turunnya harga minyak dunia merupakan instrumen positif bagi pembelian kembali saham Bisnis di BEJ. Ketiga instrumen tersebut akan dijadikan patokan investor untuk terus bertransaksi di saham blue chips.

Monday, December 26, 2005

[Bisnis] 26 Desember 2005

  • Sinar Mas Group akhirnya menguasai sepenuhnya PT Bank Shinta Indonesia setelah menambah kepemilikan sebesar 79%. Bank Indonesia telah memberikan persetujuan atas kepemilikan itu. Kelompok usaha milik konglomerat Eka Tjipta Widjaja ini masuk bank beraset Rp 510 miliar tersebut melalui PT Sinar Mas Multiartha Tbk yang kini menguasai 99% saham. Terakhir, Sinar Mas Multiartha mengambil alih saham PT Shinta Utama. Sinar Mas, yang merupakan bekas pemilik Bank Internasional Indonesia (BII), telah menempatkan mantan Pangkostrad Jhony Lumintang sebagai Preskom dan mantan Wadirut Bank Lippo Antonius Napitupulu sebagai komisaris. Sedangkan jajaran direksi yang lama tetap dipertahankan. Selain menguasai sepenuhnya saham Bank Shinta, Sinar Mas Group juga akan menyuntikkan tambahan modal hingga mencapai Rp 100 miliar sebelum akhir tahun.
  • Konsorsium Deutsche Bank dan United Fiber System Ltd (UFS) akhirnya menaikkan harga penawaran untuk membeli 100% saham PT Kiani Kertas dari semula hanya US$370juta menjadi US$430juta. Kenaikan harga penawaran itu kemungkinan disebabkan oleh ketatnya persaingan dalam mengakuisisi Kiani setelah Putera Sampoerna serius membeli perusahaan bubur kertas itu dengan mengajukan harga penawaran US$370juta.
  • Kelompok usaha Tirtamas diketahui akan membayar utangnya sebesar Rp 3,2 triliun yang terkait dengan proyeknya di Tuban Petro kepada PT Perusahaan Pengelola Aset.
  • PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) pada awal Januari 2005 akan menerima pembayaran tunai dan obligasi dengan total Rp 500 miliar dari PT Jasa Marga sebagai syarat penjadwalan ulang sisa kewajiban macet proyek lingkar luar Jakarta seksi S. Pembayaran tersebut terdiri dari Rp 250 miliar tunai serta sisanya dalam bentuk obligasi berjangka waktu sepuluh tahun.
  • Setelah menyelesaikan pemeriksaan terhadap empat manajer investasi awal pekan lalu, kini Bapepam memeriksa satu manajer investasi lokal yang diharapkan rampung sebelum akhir tahun ini. Bapepam juga akan menggelar pemeriksaan serupa terhadap seluruh manajer investasi untuk menermukan apakah terjadi penyimpangan dalam pengelolaan reksa dana kelolaan mereka
  • PT Inti Fasindo Internasional gagal membayar bunga obligasi I/2002 yang jatuh tempo pada 22 Desember 2005.
  • PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) akan meluncurkan produk derivatif baru berupa Real Estate Investment Trust (REITS) dan Cover Warrant atau American Warrant, serta hasil perbaikan Kontrak Opsi Saham (KOS) yang dinilai bakal lebih menarik bagi investor.
  • Aksi window dressing tampak membayangi perdagangan saham di bursa Jakarta. Pemodal aktif mengakumulasi saham blue chips agar kursnya tetap atraktif. Pembelian kembali saham sendiri oleh perusahaan dan pemodal besar biasa dilakukan menjelang tutup tahun. Window dressing bertujuan memoles harga saham sehingga terlihat ‘cantik’. Upaya pemodal itu berlangsung sejak awal pekan dan mampu mengangkat indeks ke teritori positif. Pekan lalu, IHSG ditutup menguat 14,912 poin atau 1,30% menjadi 1.158,338 dibanding periode sebelumnya di level 1.143,426.
  • Seperti diketahui, setiap menjelang akhir tahun, terutama di bulan Desember, investor biasanya aktif memborong saham blue chips di bursa. Banyak perusahaan besar, terutama BUMN membeli kembali sahamnya agar tetap menarik dan seirama dengan pertumbuhan fundamentalnya. Hal itu sudah terjadi sejak perdagangan Senin pekan lalu, dimana saham blue chips melonjak signifikan. Indeks BEJ pun berhasil terkerek lebih dari 18 poin menjadi 1.162,328 dari sebelumnya di 1.143,426. Lonjakan indeks dimotori saham kapitalisasi besar, seperti Bank Mandiri, Telkom, Gudang Garam, dan Astra.
  • Tren window dressing berlanjut sampai akhir pekan meski cukup lamban. Kalangan investor tetap optimistis, harga saham maupun indesk akan terus mengalami penguatan. Apalagi kurs rupiah dan suku bunga SBI relatif stabil. Kenyataan tersebut akan mendorong pemodal berburu saham blue chips sampai akhir tahun. Sementara pekan lalu, indeks BI-40 menguat 2,14% pada 312,799 dari sebelumnya di 306,217. Begitu juga indeks LQ45 naik 2,16% dari 248,804 menjadi 254,192. Asing net buying Rp 39 miliar dan rupiah stabil di Rp 9.855 per dolar AS. Minat jual beli asing masih tinggi. Harus diakui, para pemain besar, termasuk perusahaan BUMN aktif membeli kembali sahamnya menjelang tutup tahun.

Saturday, December 24, 2005

[Bisnis] 24 Desember 2005

  • PT Perusahaan Pengelola Aset mengajukan tiga opsi penyelesaian atas Texmaco Grup kepada Menteri Keuangan yakni menjual, melikuidasi, atau mengkonversi piutangnya sebesar Rp 29,367 triliun.

Friday, December 23, 2005

[Bisnis] 23 Desember 2005

  • Titan Chemicals Corp. Bhd. mengakuisisi 100% saham PT Petrokimia Nusantara Interindo (Peni), produsen polietilena terbesar di Indonesia berkapasitas produksi 450.000 ton, senilai US$24juta.
  • PT London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum) menerima sertifikasi ISO9001:2000 yang khusus diberikan kepada Bulking Instalation (tangki timbun untuk menyimpan minyak sawit mentah) Sei Lais, Sumatra Selatan. Managing Director Sales and Logistic Lonsum Zafril Hamzah mengatakan dengan diterimanya sertifikasi ISO9001:2000 ini berarti perusahaan telah menerapkan standar manajemen mutu internasional.
  • Masalah pengangguran di Indonesia diperkirakan lebih besar dari klaim pemerintah, karena data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) belum memperhatikan pengangguran yang terselubung yang jumlahnya diperkirakan mencapai sekitar 48 juta, atau 48% dari total angkatan kerja.
  • Setelah gagal merealisasikan rencananya menjadi perusahaan tertutup (go private), PT Aqua Golden Mississippi Tbk disarankan untuk melakukan pemecahan nilai nominal saham (stocksplit) agar likuiditas sahamnya meningkat.
  • PT Astra Sedaya Finance akan membayar cicilan pokok atas obligasi amortisasi keempat perseroan sebesar Rp 50 miliar. Pembayaran cicilan pokok obligasi yang diterbitkan pada 16 Maret 2004 itu akan dilakukan pada 27 Desember 2005 melalui PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai agen pembayar. Kepala Divisi Pencatatan PT Bursa Efek Surabaya (BES) Umi Kulsum mengatakan setelah pembayaran itu, nilai nominal obligasi amortisasi Astra Sedaya Finance IV seri B yang tercatat di bursa itu berkurang menjadi Rp 50 miliar. Sebelumnya, Astra Sedaya Finance juga melakukan pelunasan sebagian Obligasi III/2003 seri C senilai Rp 87,4 miliar.
  • PT Barito Pacific Timber Tbk telah menandatangani perjanjian jual beli 99,99% saham PT Tunggal Yudi Sawmill Plywood dengan PT Halian Mitra Abadi. Perjanjian yang ditandatangani pada 20 Desember akan dilaksanakan setelah mendpaatkan persetujuan dari Menteri Kehutanan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.
  • PT Bursa Efek Surabaya (BES) mencabut penghentian sementara (suspensi) obligasi PT Bahtera Adimina Samudera Tbk pada sistem perdagangan surat utang mulai kemarin.
  • PT Energi Mega Persada Tbk mendapatkan persetujuan dari pemegang saham atas rencana penerbitan saham baru (rights issue) untuk mendapatkan dana segar Rp 3,78 triliun yang akan dimanfaatkan untuk ekspansi.
  • Pemodal BEJ melakukan switching atau pengalihan portofolio ke saham blue chips yang kursnya masih atraktif dan relatif murah. Hal ini ditempuh pemodal guna menjaga indeks BEJ di teritori positif. Terobosan investor tersebut juga dimaksudkan untuk mempertahankan keuntungan di bursa Jakarta. Bagaimanapun, pelaku pasar tetap optimistis, IHSG berpotensi menembus level 1.200 pada akhir tahun ini. Hari aktif perdagangan di BEJ yang tinggal empat hari akan dimanfaatkan pemodal, termasuk perusahaan besar untuk memoles harga saham atau window dressing.
  • Di samping itu, harga minyak dunia yang cenderung turun di level US$58 per barel serta stabilitas kurs rupiah ikut menyulut kenaikan saham Bisnis ke tingkat lebih tinggi. Indeks BI-40 ditutup menguat 0,47% pada 314,319. Total volume saham yang berpindahtangan 151 juta unit senilai Rp 409 miliar. Para pemain besar terus berupaya menopang indeks agar tetap positif sampai akhir tahun. Bahkan pemodal asing kembali memborong saham blue chips dengan net buying Rp 112 miliar. Partisipasi asing tersebut cukup berperan dalam mengembalikan gairah perdagangan saham di bursa Jakarta.
  • Indeks komposit BEJ naik 3,458 poin atau 0,30% menjadi 1.164,017. Saham Petrosea, Bank Mandiri, Bank BRI, Perusahaan Gas Negara, Semen Gresik serta Astra International tampil sebagai penggerak bursa. Pemodal melakukan switching ke saham pilihan yang kursnya belum bergerak dan melepas beberapa saham blue chipsyang sudah overbought. Pola switching tersebut ditempuh pemodal di tengah penantian terjadinya window dressing di BEJ pekan depan. Di samping itu, pengalihan investasi ke saham unggulan yang prospektif bertujuan meminimalkan risiko kerugian lebih besar di bursa. Harus diakui bahwa menjelang hari Natal 2005, aktivitas jual beli saham di BEJ cenderung turun.

Thursday, December 22, 2005

[Bisnis] 22 Desember 2005

  • Menneg BUMN menyetujui rencana pengalihan (swap) sebagian kontrak pasokan gas yang dimiliki PT Pupuk Kaltim Tbk ke PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Pupuk Kujang. Detail pelaksanaan swap gas tersebut masih akan dibahas lebih lanjut oleh tim teknis yang segera dibentuk, yang akan terdiri dari perwakilan Pupuk Kaltim, PIM, dan Pupuk Kujang dan juga pemerintah. Sedangkan proses pelaksanaan swap nantinya akan diselesaikan secara business to business.
  • PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) menghapuskan tiga seri Kontrak Opsi Saham (KOS) dari sistem perdagangan Opsi Saham Bursa Efek Jakarta dan menerbitkan dua seri KOS pengganti mulai hari ini. Tiga seri KOS tersebut dihapuskan menyusul adanya automatic exercise atas underlying saham Indofood pada 21 Desember lalu. Adapun penerapan seri KOS yang baru adalah AINDF820 dengan strike price Rp 820 dengan batas WMA 902 yang jatuh tempo 31 Januari 2006, BINDF850 berharga Rp 850 dengan batas WMA 935 yang jatuh tempo 28 Februari 2006, dan LINDF830 dengan harga Rp 830 dengan batas WMA 913 yang jatuh tempo 30 Desember 2005. Sementara tiga seri KOS yang dihapuskan adalah AINDF820, BINDF850, dan LINDF830 dengan harga masing-masing Rp 820, RP 850 dan Rp 830. masa jatuh tempo ketiganya adalah 31 Januari 2006, 28 Februari 2006, dan 30 Desember 2005. Kesemuanya dengan batas WMA 940.
  • Laba bersih PT Aqua Golden Mississippi Tbk tahun ini diperkirakan turun 10% dari tahun lalu akibat peningkatan biaya produksi yang masih jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga yang dilakukan perseroan pada Oktober sebesar 5%. Kenaikan harga plastik yang menjadi salah satu sumber bahan baku utama bagi kemasan produk Aqua sepanjang tahun ini yang mencapai lebih dari 70%, membuat biaya operasional perseroan mengalami peningkatan signifikan.
  • PT Bahtera Adimina Samudera Tbk telah memenuhi janjinya membayar kupon obligasi ke-22, sehingga sahamnya bisa kembali diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya hari ini.
  • PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) akan membayar pinjaman dua tahap (two steps loan) kepada pemerintah senilai US$100juta atau sekitar Rp 1 triliun, sebelum akhir tahun ini. Bila pemerintah menyetujui rencana tersebut, maka pinjaman selebihnya akan berkurang menjadi menjadi hanya US$300juta pada akhir tahun ini.
  • Saham PT Dankos Laboratories Tbk efektif dikeluarkan dari perdagangan saham (delisting) di Bursa Efek Jakarta terhitung sejak kemarin, menyusul diperdagangkannya saham PT Kalbe Farma Tbk pasca penggabungan usaha. Dankos Laboratories kini tidak lagi tercatat sebagai perusahaan publik karena perusahaan farmasi itu telah melebur ke induk perusahaan Kalbe Farma. Meski penggabungan usaha antara Dankos, PT Enseval dan Kalbe Farma telah selesai, proses pertukaran sahamnya belum tuntas.
  • Investor menjelang libur Natal mulai melakukan aksi ambil untung kembali pada saham-saham pilihan Bisnis. Aksi ini dilakukan guna mencari harga yang paling baik lagi sebagai antisipasi window dressing. Sehingga IHSG kemarin ditutup turun 2,475 poin (0,21%) menjadi 1.160,559. Pada saat yang sama indeks LQ45 juga turun 0,787 poin (0,31%) di level 253,994. Sedangkan indeks BI-40 juga turun tipis 0,903 poin (0,29%) menjadi 312,849.
  • Saham-saham pilihan Bisnis yang mengalami penurunan antara lain Astra International turun 0,97% menjadi Rp 10.150 per saham. Berikutnya Aneka Tambang turun 2,94% menjadi Rp 3.300 per saham, BCA melemah 1,47% menjadi Rp 3.350 per saham, BRI turun 1,63% pada Rp 3.000 per saham dan Perusahaan Gas Negara melemah 0,72% ke Rp 6.850.
  • Aksi ambil untung yang dilakukan investor di saham kelompok BI-40 sebagai aksi teknikal koreksi harga. Hal ini sebagai langkah konsolidasi temporer meningat harga 40 saham-saham pilihan Bisnis sudah naik cukup tajam sejak 15 November lalu. Investor akan kembali mengakumulasi beli untuk menata kembali penyusunan portofolio tahun 2006. Terutama pada saham pilihan Bisnis yang memiliki fundamental solid, prospek usaha bagus, dan tingkat likuiditas tinggi. Seperti saham Telkom, Indosat, Astra International, BRI, BCA, Medco, dan Semen Gresik. Saham-saham ini dinilai masih akan memberi peluang capital gain yang besar di tahun depan. Saham Astra International misalnya meski terbebani tingginya suku bunga dan harga BBM, tapi adanya rencana pemerintah untuk membatalkan kenaikan PPnBM mobil dinilai sangat positif bagi perkembangan industri otomotif dalam negeri tersebut. Dengan valuasi P/E 2006 yang relatif rendah sebesar 6,3 kali, Astra International merupakan salah satu saham pilihan untuk tahun 2006.
  • Meski demikian, saham-saham pilihan Bisnis seperti Gudang Garam, Telkom, Indosat, Semen Gresik masih berpotensi menguat. Saham sektoral ini didukung prospek usaha yang bagus dan adanya rencana korporasi. Seperti Telkom dengan rencana buyback saham, Semen Gresik dengan pembangunan pabrik baru, dan Indosat dengan rencana hedging utang. Untuk saham Gudang Garam tampaknya akan mengalami sedikit tekanan menyusul rencana pemerintah DKI Jakarta melarang merokok di tempat umum mulai 2006. Sementara itu, di sektor farmasi tampaknya pasar akan memfokuskan pada saham Kalbe Farma.

Wednesday, December 21, 2005

[Bisnis] 21 Desember 2005

  • Ketidakpastian ekonomi membayangi perekonomian Indonesia pada tahun-tahun mendatang, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibanding pertumbuhan GDP.
  • Proyeksi ekonomi makro 2006

Indikator

Proyeksi

Suku bunga The Fed (%)

5,75 – 6,25

Harga minyak mentah dunia (US$ per barel)

65 – 70

Nilai tukar rupiah (Rp/US$)

9.800 – 10.300

Inflasi (%)

9 – 11

Suku bunga SBI 1 bulan (%)

14 – 16

Pertumbuhan ekonomi (%)

5,3 – 5,6

Jumlah orang yang menganggur penuh (juta orang)

12 – 12,6


  • PT Aqua Golden Mississippi Tbk gagal menjadi perusahaan tertutup (go private) karena 51,05% dari para pemegang saham independen yang hadir dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) ketiga perseroan kemarin tidak menyetujui rencana tersebut. RUPSLB ketiga Aqua tersebut dihadiri oleh 78,88% dari total pemegang saham independen perseroan, di atas batasan kuorum yang ditetapkan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) sebesar 51%. Para pemegang saham independen yang hadir dalam rapat tersebut mewakili kepemilikan 626.115 lembar saham Aqua. Dirut Aqua Willy Sidharta mengatakan perseroan tidak akan mengajukan rencana menjadi perusahaan tertutup lagi kepada para pemegang saham independen karena telah mengalami dua kali kegagalan yaitu pada 2001 dan tahun ini. Permintaan persetujuan untuk menjadi perusahaan tertutup terlalu menguras energi. Rencana konsolidasi tiga perusahaan di grup Aqua yaitu Aqua Golden Mississippi, Tirta Sibayakindo, dan Trita Investama tidak dapat dilakukan karena upaya menjadi perusahaan tertutup tidak dapat direalisasikan.
  • Penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham PT Bakrie Telecom mengalami kelebihan permintaan awal hingga Rp 1,2 triliun dari target awal dana yang bakal diraup sebesar Rp 600 miliar.
  • PT Indofood Sukses Makmur Tbk melalui anak perusahaan yang dikonsolidasi PT Salim Ivomas Pratama mengambilalih obligasi konversi yang diterbitkan SAIN dengan harga US$16,41juta. Penandatanganan perjanjian jual beli itu dilakukan Indofood pada tanggal 15 Desember dengan Beeager Investments Limited. Obligasi tersebut dapat dikonversi menjadi 36.200 saham baru atau 70,2% dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh SAIN. SAIN adalah perusahaan yang bergerak di bidang benih kelapa sawit dan riset serta pengembangan dalam ruang lingkup industri kelapa sawit. Kini SAIN juga memiliki penyertaan dalam tiga perusahaan perkebunan yang menguasai lahan perkebunan kelapa sawit seluas 31.000 hektar di Kalimantan Barat. Indofood membeli obligasi yang dikeluarkan SAIN karena terkait dengan ekspansi di kebun kelapa sawit guna meningkatkan pasokan bahan baku CPO devisi refinery perseroan.
  • Kalangan investor terus mencermati window dressing di bursa Jakarta. Hal itu bisa diamati dari sikap pemodal yang kembali melanjutkan aksi jual beli selektif terhadap saham pilihan Bisnis. Bahkan terjadi tarik menarik cukup kuat di saham blue chips sehingga fluktuasi indeks relatif tajam. Pada perdagangan sesi pagi, IHSG sempat menguat sampai 8 poin lebih. Namun menjelang penutupan transaksi, laju saham unggulan terhambat aksi profit taking. Akibatnya, indeks komposit hanya menguat tipis 0,706 poin menjadi 1.163,034. Para pemain besar terus menjaga IHSG di teritori positif. Langkah tersebut dilakukan pemodal sambil mencermati berlangsungnya window dressing tahun ini.
  • Penguatan harga saham Bisnis tampak tertahan akibat melemahnya bursa Wall Street. Kendati demikian, pemodal optimistis, potensi penguatan indeks menembus level 1.200 masih terbuka. Akitivitas perdagangan cukup marak dengan volume saham berpindahtangan di BEJ mencapai 1,694 miliar unit senilai Rp 924 miliar. Pelaku pasar berharap turunnya harga minyak dunia belakangan ini mampu menggairahkan transaksi di bursa. Apalagi Bank Indonesia sudah menunjukkan komitmennya untuk mempertahankan suku bunga di level 12,75% sampai akhir tahun ini.
  • Secara teknis, potensi kenaikan saham blue chips masih cukup tinggi, terutama menjelang penutupan tahun 2005 ini. Window dressing akan dimotori saham ‘plat merah’ seperti Telkom, Indosat, Bank Mandiri, Bank BRI, Antam, Perusahaan Gas Negara, Timah dan lainnya. Selain itu, saham Astra, Gudang Garam, Bimantara, Unilever serta Bank Danamon juga akan meramaikan BEJ. Sampai penutupan perdagangan, Selasa kemarin, indeks BI-40 hanya bergerak di kisaran sempit 0,22% pada posisi 313,752. Penguatan indeks terutama karena dipicu lonjakan harga saham Perusahaan Gas Negara, Astra International, serta Bank Danamon.
  • Di bagian lain, investor juga bermain jangka pendek di saham lapis kedua, seperti Berlian Laju Tanker, Ramayana, United Tractors, Medco, Matahari PP, dan lainnya. Pembelian pemodal atas kelompok saham di atas bertujuan menyiasati fluktuasi rupiah di pasar uang.

Tuesday, December 20, 2005

[Bisnis] 20 Desember 2005

  • Kerugian yang diderita PT Danareksa hingga akhir tahun ini diperkirakan membengkak dari posisi per Juni, di tengah prediksi rugi usaha sekitar Rp 230,82 miliar pada akhir 2005.
  • Bapepam menjatuhkan sanksi denda dan peringatan tertulis kepada empat manajer investasi (MI) yakni PT BNI Securities, PT Trimegah Securities Tbk, PT Bahana TCW Investment Management, dan PT Mandiri Manajemen Investasi, menyusul kasus penarikan dana (redemption) reksa dana mereka beberapa waktu lalu.
  • Sanksi Administratif:
    • PT BNI Securities :
      • Denda Rp 500 juta kepada BNI Securities
      • Pembatasan kegiatan usaha berupa larangan menerbitkan reksa dana baru selama satu tahun
      • Peringatan tertulis kepada direksi yang bertanggung jawab atas pengelolaan reksa dana yakni BNI Dana Plus dan BNI Dana Berbunga Dua
      • Peringatan tertulis kepada seluruh anggota tim pengelola investasi reksa dana tersebut, dengan catatan apabila melakukan pelanggaran yang sama akan dikenakan sanksi pencabutan izin wakil manajer investasi
    • PT Trimegah Securities Tbk
      • Denda Rp 83 juta kepada Trimega Securities
      • Pembatasan kegiatan usaha berupa larangan menerbitkna reksa dana baru selama enam bulan
      • Peringatan tertulis kepada direksi yang bertanggung jawab atas pengelolaan reksa dana yakni Trimegah Dana Tetap, Trimegah Dana Stabil, dan Pundi Reksa Rupiah
      • Peringatan tertulis kepada seluruh anggota tim pengelola investasi reksa dana tersebut, dengan catatan apabila melakukan pelanggaran yang sama akan dikenakan sanksi pencabutan izin wakil manajer investasi.
    • PT Bahana TCW Investment Management
      • Peringatan tertulis kepada Bahana TCW Investment Management
      • Peringatan tertulis kepada direksi yang bertanggung jawab atas pengelolaan reksa dana yakni Bahana Dana Arjuna, Pendapatan Tetap Abadi, Pendapatan Tetap Sentosa, Pendapatan Tetap Utama, Pendapatan Tetap Utama 2, Dana Sejahtera Optima, Ganesha Abadi, dan Pendapatan Tetap Abadi 2.
      • Peringatan tertulis kepada seluruh anggota tim pengelola investasi reksa dana tersebut, dengan catatan apabila melakukan pelanggaran yang sama akan dikenakan sanksi pencabutan izin wakil manajer investasi.
    • PT Mandiri Manajemen Investasi
      • Peringatan tertulis kepada Mandiri Manajemen Investasi
      • Peringatan tertulis kepada direksi yang bertanggung jawab atas pengelolaan reksa dana yakni AA-MAN Optima dan AA-MAN Pendapatan Tetap.
      • Peringatan tertulis kepada seluruh anggota tim pengelola investasi reksa dana tersebut, dengan catatan apabila melakukan pelanggaran yang sama akan dikenakan sanksi pencabutan izin wakil manajer investasi.
  • Bapepam menurunkan batas kuorum dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) PT Aqua Golden Mississippi Tbk, yang akan digelar hari ini, menjadi 51% dari sebelumnya 75%.
  • PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) akan melakukan pembayaran amortisasi kedelapan obligasinya senilai Rp 10,08 miliar pada hari ini. Obligasi kedua Citra Marga tersebut diterbitkan pada 1997 dan dicatatkan di PT Bursa Efek Surabaya (BES) dengan kode CMNP-02XX-BF. Setelah pembayaran amortisasi tersebut maka nilai nominal obligasi kedua Citra Marga yang tercatat di BES mulai hari ini berkurang menjadi Rp 120,96 miliar.
  • PT Eka Gunatama Mandiri akan membayar amortisasi ke 11 obligasi I/2003 senilai Rp 9,66 miliar pada 20 Desember. Dengan adanya pembayaran amortisasi ini, nilai nominal Eka Gunatama yang tercatat di Bursa Efek Surabaya berkurang menjadi RP 114,93 miliar.
  • Maraknya aksi penarikan investasi (redemption) reksa dana yang telah mengakibatkan dana nasabah yang dikelol PT Mandiri Sekuritas kini tersisa Rp 300 miliar dari jumlah semula Rp 24 triliun. Anak perusahaan PT Bank Mandiri Tbk itu menelan pil pahit dari maraknya aksi penarikan investasi periode Januari – Juni akibat penerapan dari hitungan nilai aktiva bersih (NAB) dengan sistem market to market. Maraknya aksi pencabutan investasi tahap pertama mengakibatkan NAB merosot dari Rp 24 triliun menjadi Rp 2 triliun pada posisi Juni. Jumlah NAB itu terus merosot menyusul terjadinya aksi penarikan investasi tahap kedua periode Juli – Oktober, sehingga dana kelolaannya kini tersisa Rp 300 miliar.
  • Bank Indonesia meminta kepada manajemen PT Bank Danamon Tbk dan Serikat Pekerja bank itu untuk mengambil kebijakan mengenai rencana pemutusan kerja terhadap karyawannya. Tercatat cabang Bank Danamon yang akan ditutup a.l. Leuwiliang, Pacitan, Majenang, dan Marisa Gorontalo.

Monday, December 19, 2005

[Detik] Profit Taking berlanjut, Rupiah dibuka merosot ke 9.950/US$

Aksi profit taking terhadap nilai tukar rupiah diprediksi terus berlanjut hingga perdagangan pekan ini. Pelaku pasar akan cenderung terus mengambil untung hingga akhir tahun.

Pada awal perdagangan, Senin (19/12/2005), rupiah dibuka merosot ke level 9.940/9.950 per dolar AS. Sementara pada akhir perdagangan Jumat (16/12/2005), rupiah berakhir merosot ke level 9.900 per dolar AS.

Rupiah juga akan tertekan oleh besarnya permintaan dolar AS menjelang Natal dan akhir tahun. Korporasi umumnya mulai memburu dolar mengingat perdagangan valas serta perbankan akan segera menghadapi libur panjang akhir tahun.

Sumber : www.detikfinance.com

[Detik] PHK Karyawan Danamon, Keputusan yang Mengada-ada

Keputusan manajemen PT Bank Danamon untuk menutup 54 kantor cabang di daerah yang mengakibatkan di-PHK-nya 450 orang karyawan dinilai sebagai keputusan yang mengada-ada. Manajemen Bank Danamon mengatakan ini sebagai efisiensi. Namun menurut Ketua Serikat Pekerja (SP) NIBA Bank Danamon Chairul A. Siregar, ini mengada-ada karena per September 2005 Bank Danamon untung Rp 1,9 triliun. Ditambah lagi Dirut Bank Danamon akan merekrut sekitar 7.000 karyawan pada 2005.

Walaupun akan menutup 54 cabangnya, Bank Danamon juga berencana untuk membuka cabang baru. Saat ini Bank Danamon memiliki 1.222 kantor cabang. Pada tahun 2005, Bank Danamon membuka lebih dari 600 kantor cabang baru.

Sumber: www.detikfinance.com

[Bisnis] 19 Desember 2005

  • Para menteri dari 149 anggota WTO sedikit menyelamatkan kegagalan pembicaraan selama seminggu, karena hanya menghasilkan kesepakatan sementara berupa pemberian subsidi ekspor pertanian sampai 2013 dan pembukaan pasar lebih lebar bagi negara miskin di negara maju.
  • Deklarasi Hong Kong:
    • Menyangkut kepastian penghapusan subsidi ekspor Uni Eropa, ditentukan batas waktu pada 2013.
    • Dalam hal akses pasar, adanya kemajuan dalam persentase tarif (ad valorem), dimana akan diadopsi empat bands struktur pemotongan tarif.
    • Negara berkembang memiliki fleksibilitas untuk mendisain sendiri produk pertanian yang termasuk dalam produk perlakuan khusus (SP).
    • Negara berkembang juga dapat menerapkan Special Safeguard Mechanism (SSM) berdasarkan jumlah impor sebagai pemicu maupun harga.
  • Putera Sampoerna diketahui membentuk konsorsium dengan kelompok Panin untuk membeli 100% saham PT Kiani Kertas.
  • PT Aqua Golden Mississippi Tbk mengajukan permintaan penurunan batas kuorum dalam rapat umum luar biasa pemegang saham (RULBPS) ketiga perseroan yang akan digelar besok menjadi 30%, terkait dengan rencana perusahaan air minum kemasan tersebut untuk menjadi perusahaan tertutup.
  • PT Astra Graphia Tbk hingga kini telah membeli kembali (buyback) surat utang perusahaan hingga Rp 32 miliar atau 21,3% dari nilai yang diterbitkan Rp 150 miliar.
  • Bapepam meminta auditor laporan keuangan PT Great River International Tbk periode 2004 diganti karena sedang dalam proses penyidikan. Auditor laporan keuangan tahunan 2003 emiten garmen itu adalah Justinus A. Sidharta dari KAP Drs. Johan, Malonda & Rekan.
  • PT Darya-Varia Laboratoria Tbk membukukan kenaikan laba bersih sekitar 32% pada triwulan ketiga ini dibanding periode yang sama tahun 2004. Sementara itu, penjualan bersih Darya-Varia dalam sembilan bulan ini juga lebih tinggi dibanding tahun lalu dengan kenaikan sebesar 23% menjadi Rp 389,47 miliar. Pada triwulan ketiga tahun lalu penjualan bersih perseroan sebesar Rp 315 miliar.
  • Sentimen jual pemodal menghambat pergerakan saham Bisnis ke tingkat lebih tinggi. Pelaku pasar cenderung merealisasikan keuntungan temporer di bursa. Hal itu akibat lonjakan kurs saham blue chips yang sudah terlampau tajam. Bahkan berkurangnya insentif positif ikut mendorong pemodal mengamankan portofolionya. Selain itu, melemahnya kurs rupiah atas dolar turut menjatuhkan saham pilihan pekan lalu. Indeks BI-40 melemah 1,49% di 306,217 dari sebelumnya di titik 310,849. Total volume saham Bisnis yang diperjualbelikan 1,42 miliar unit senilai Rp 3,73 triliun.
  • Kalangan investor cukup agresif mendiskon sahamnya, terutama saham unggulan yang kursnya mahal dan overbought. Pelepasan saham tersebut dimaksudkan untuk menghindari risiko kerugian. Di samping itu, tekanan jual pemodal juga bertujuan membeli kembali di harga yang lebih murah. Berbagai saham kapitalisasi besar yang sudah jenuh beli segera dilepas investor. Koreksi teknikal pada bigshare tadi ikut menyeret kejatuhan indeks BEJ 16,642 poin atau 1,43% menjadi 1.143,426 dibanding sebelumnya di 1.160,068. Meski begitu, perdagangan berlangsung marak dan bergairah.
  • Disisi lain, pemodal juga mulai mewaspadai pelemahan rupiah atas dolar AS belakangan ini. Ada indikasi, tren apresiasi rupiah akan segera berakhir pasca naiknya lagi suku bunga Fed menjadi 4,25% pekan lalu. Begitu juga meningkatnya permintaan dolar AS di akhir tahun berpotensi menghambat penguatan rupiah di pasar valuta asing. Kenyataan tersebut pada akhirnya akan berimbas ke pasar modal dimana harga saham akan terkoreksi. Apalagi harag minyak dunia kembali melonjak di level US$69 per barel. Kenaikan harga minyak tadi langsung diantisipasi pemodal dengan mengamankan portofolionya.
  • Realitas tersebut menyulut investor melepas kembali sahamnya di BEJ sehingga koreksi indeks pun tak terelakan. IHSG bahkan gagal menembus level psikologis 1.185 pada akhir pekan lalu. Tak dapat diingkari transaksi saham minggu lalu berlangsung marak dan bergairah. Bahkan harga saham maupun indeks mengalami kenaikan sembilan hari berturut-turut, yakni dari transaksi 1 – 9 Desember 2005. Selama periode tersebut, asing juga membukukan net buying lebih dari Rp 1 triliun. Mata uang rupiah sempat menguat hingga Rp 9.600 per dolar AS.

Saturday, December 17, 2005

[Bisnis] 17 Desember 2005

  • Sidang Konferensi Tingkat Menteri ke-6 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terancam mengalami kemunduran menyusul penolakan para delegasi untuk bernegosiasi mengenai proposal subsidi pertanian dan bea masuk.
  • Pemerintah akan mengeluarkan peraturan pemerintah (PP) yang mengatur percepatan pelaksanaan penurunan pajak penghasilan (PPh) bagi perusahaan publik dari 30% menjadi 25% pada tahun depan.
  • PT Astra International Tbk memperkirakan rasio pembagian dividen tahun buku 2005 berkisar antara 30%-35%. Dividen itu akan diambil dari keuntungan perusahaan yang dibukukan tahun ini dimana laba bersih emiten itu diprediksi naik tipis dari posisi tahun ini sebesar Rp 5,4 triliun.

Friday, December 16, 2005

[Detik] Medco Bangun Pabrik Ethanol 2006

Perusahaan tambang PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melalui anak perusahaannya PT Medco Ethanol Indonesia akan membangun pabrik ethanol di Lampung tahun depan. Total investasi untuk proyek ini mencapai US$34,13 juta.

Untuk pembangunan dan pengoperasian pabrik tersebut, PT Medco Ethanol Indonesia dan PT Trada Bioenergy akan mendirikan perusahaan patungan yakni PT Medco Ethanol Lampung. PT Medco Ethanol Indonesia menguasai 85 persen dari kepemilikan perusahaan tersebut, sedangkan sisanya oleh PT Trada Bioenergy. Pembangunan konstruksi pabrik direncanakan akan dimulai pada triwulan III 2006. Pabrik ini diperkirakan akan mulai memproduksi ethanol berkualitas industri setahun kemudian pada akhir triwulan III 2007.

Sumber : www.detikfinance.com

[Bisnis] 16 Desember 2005

  • PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk telah mengakuisisi 100% saham PT Air Muring senilai US$6,2 juta (setara Rp 62 miliar dengan asumsi kurs Rp 10.000 per US$1) dari perusahaan publik di Lonton yang bernama Plantations Group Investment. Dalam membeli saham perusahaan perkebunan karet seluas 3.600 hektare, emiten itu memanfaatkan dana pinjaman dari konsorsium bank Austria RZB senilai total US$69 juta yang perjanjian kreditnya diharapkan dapat ditandatangani pada akhir bulan ini atau awal tahun depan.
  • PT Semen Cibinong Tbk menyediakan dana hingga US$20 juta untuk melaksanakan pembelian kembali (buyback) saham yang pembayarannya bakal dituntaskan pada 29 Desember. Proses pembelian kembali utang itu akan dilaksanakan melalui proses Dutch Auction, yaitu harga penawarannya sudah termasuk nilai nominal utang, bunga, break funding costs dan jumlah lainnya jika ada. Penyelesaian pembayaran transaksi itu akan dilaksanakan pada 29 Desember.
  • Belanja modal PT Semen Gresik (SG) tahun depan ditargetkan mencapai Rp 700 miliar yang sebagian diantaranya akan digunakan untuk pendanaan awal pembangunan pabrik baru.
  • PT Energi Mega Persada berencana melakukan penawaran umum terbatas (rights issue) untuk mengakuisisi 99,99% saham PT Tunas Harapan Perkasa (THP) pada awal tahun depan. THP merupakan perusahaan induk atas lima perusahaan yang memiliki minat kerja pada beberapa blok minyak dan gas bumi di Indonesia. Adapun blok yang akan dimiliki Energi pasca akuisisi ini adalah Blok Kerinci, Gebang, Bentu, dan Blok Gelam, yang kesemuanya ada di Sumatra, dan Blok Semberah di Kalimantan. Pembelian terhadap mayoritas saham THP ini akan mencakup pengambilalihan utang PT Mitra Andalan Mandiri (MAM), sehingga menjadikan akuisisi tersebut bernilai Rp 2,95 triliun. Energi akan menerbitkan 4,9 miliar [4.909.368.195] lembar saham pada harga Rp 770 untuk mendapatkan dana sebesar Rp 3,78 triliun.
  • Investor terus melakukan konsolidasi di bursa Jakarta. Berbagai saham blue chips kembali dilepas pemodal untuk merealisasikan keuntungan tersisa. Konsolidasi pasar tersebut merupakan strategi mendapatkan kembali saham blue chips di harga lebih murah. Karena secara teknis, harga saham maupun indeks komposit masih berpotensi turun sampai akhir minggu ini. Pelaku pasar memang tak ingin menanggung risiko besar sehingga mereka terus membuang sahamnya pada transaksi Kamis (15 Desember) kemarin. Profit taking tersebut wajar karena mayoritas saham Bisnis sudah relatif mahal.
  • Derasnya aksi ambil untung di saham blue chips langsung merosotkan indeks BI-40 sebesar 1,80% pada 309,761. Sejak pembukaan perdagangan, investor aktif mendiskon saham pilihan penggerak bursa. Sentimen jual yang dimotori saham Telkom, Astra International, Bank Mandiri serta beberapa saham kapitalisasi besar lainnya turut memangkas indeks BEJ 17,754 poin atau 1,51% menjadi 1.155,964. Begitu juga indeks LQ45 terpuruk 1,70% di 252,256. Kegiatan transaksi tetap bergairah meski didominasi aksi ambil untung. Total saham berpindahtangan 2,164 miliar unit senilai Rp 1,0 triliun.
  • Perlu diingat bahwa lonjakan harga saham Bisnis yang terlampau tajam pekan lalu telah menyulut profit taking di bursa. Banyak saham unggulan yang sudah memasuki area jenuh beli sehingga potensi penguatan mulai terbatas. Momentum tersebut langsung diantisipasi pemodal dengan mengambil untung di BEJ. Terobosan pemodal itu wajar guna meminimalkan kerugian yang lebih besar. Bagaimanapun, laju kenaikan saham Bisnis yang terlampau cepat biasanya akan diikuti aksi ambil untung. Fenomena tersebut adalah kejadian normal di bursa. Apalagi dari sisi teknis, harga saham sudah overbought. Bahkan mayoritas saham unggulan terkoreksi dalam jumlah bervariasi. Hanya dua saham Bisnis yang berhasil membukukan kenaikan harga.
  • Pemodal tampak antusias mendiskon saham kapitalisasi besar dan beralih ke saham lapis kedua berharga murah. Pola switching tersebut sengaja dilakukan pemodal guna mempertahankan keuntungan di bursa. Konsolidasi pasar juga sejalan dengan berakhirnya euforia reshuffle kabinet. Perhatian pemodal saat ini terfokus pada window dressing di akhir tahun. Pasalnya, para pemain kuat termasuk perusahaan besar sedang bersiap membeli kembali sahamnya. Harus diakui bahwa tren penurunan indeks masih akan berlanjut. Setidaknya sampai perdagangan pekan depan. Realitas tersebut cukup beralasan karena sebagian besar saham blue chips dalam kondisi overbought.
  • Oleh sebab itu, investor diperkirakan melepas sahamnya sambil menanti munculnya sentimen positif segar di bursa. Dengan begitu, konsolidasi yang dilakukan pemodal pada dua hari belakangan ini cukup positif. Pasalnya, koreksi saham Bisnis akan menjadikan kursnya jauh lebih kompetitif.
  • Sementara itu, profit taking terhadap saham unggulan juga dipicu melemahnya kurs rupiah atas dolar AS. Pada transaksi kemarin, rupiah terdepresiasi di level Rp 9.838. Pelemahan rupiah tersebut wajar mengingat lonjakan kursnya yang signifikan saat perombakan kabinet SBY-Kalla minggu lalu.

Thursday, December 15, 2005

[Detik] Indofood Tunda Emisi Obligasi IV Rp 2,5 Triliun

PT Indofood Sukses Makmur Tbk membatalkan rencana penerbitan obligasi IV sebesar Rp 2,5 triliun pada tahun ini. Penerbitan obligasi rupiah ini masih menunggu hingga tahun depan. Hal ini disebabkan kondisi pasar obligasi tahun ini yang kurang mendukung. Selain itu, perseroan juga telah mampu mengurangi beban utang melalui buyback Eurobond sebesar US$310 juta.

Sumber : www.detikfinance.com

[Bisnis] 15 Desember 2005

  • Bank Indonesia akan mempertahankan tingkat bunga BI Rate meskipun bank sentral AS (The Fed) kembali menaikkan Fed Fund sebesar 25 basis poin menjadi 4,25%. Deputi Gubernur BI Aslim Tadjuddin menyatakan tingkat bunga BI Rate sebesar 12,75% dibandingkan bunga Fed sebesar 4,25% masih memiliki interest rate differential yang cukup menarik, yaitu 8,5%.
  • Anak perusahaan PT Bumi Resources Tbk, PT Arutmin Indonesia, dikabarkan berebut proyek untuk memasok batu bara kalori rendah yang diharapkan menjadi tambahan pendapatan sebesar US$96 juta. Tender untuk memasok batu bara itu digelar oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan volume 4,8 juta ton per tahun. Tambahan pendapatan itu bakal diperoleh Arutmin dengan menggunakan asumsi harga batu bara kalori rendah tersebut sekitar US$20 per ton. Dalam mengincar proyek tersebut, anak perusahaan Bumi ini bersaing dengan lima produsen batu bara lainnya seperti PT Mantimin Coal Mining, PT Berau Coal, PT Pendopo Energi Batubara, PT Baramutiara Prima, dan PT Surya Sakti Dharmakencana.
  • Direksi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pekan depan menagih janji manajemen PT Excelcomindo Pratama Tbk untuk menambah jumlah saham yang dimiliki pemodal publik. Pemegang saham perusahaan seluler itu yaitu Telekom Malaysia melalui Indocel Holdin Sdn menyatakan tidak dapat menjual saham Excelcomindo ke publik karena mereka dilarang melepas saham itu selama setahun. BEJ meminta Excelcomindo untuk menambah kepemilikan saham publik, setelah sebagian besar saham yang beredar di publik beralih ke pemegang saham pengendali pasca pencatatan perdana saham pada 29 September 2005.
  • Tiga calon penasihat keuangan yaitu Citigroup, PT BNI Securities, dan Rotschild Indonesia berpeluang menangangi proses pembentukan induk BUMN pertambangan. Sumber di internal tim pembentukan perusahaan induk BUMN pertambangan mengatakan tiga perusahaan tersebut memiliki nilai tertinggi dalam salah satu kriteria. Selain Citigroup, BNI Securities, dan Rotschild, saat ini terdapat dua kandidat lainnya yang mengikuti proses pemilihan penasihat keuangan itu terdiri dari PT Bahana Securities dan PT Danareksa Sekuritas.
  • Koreksi teknikal yang terjadi di sejumlah saham blue chips telah menjatuhkan bursa Jakarta. Pelaku pasar sengaja melepas saham Bisnis untuk merealisasikan keuntungan temporer. Secara teknis, harga saham maupun indeks sudah terlampau tinggi dan cenderung overbought. Hal ini akibat lonjakan kurs yang berlangsung selama sembilan hari berturut-turut. Pemodal tak ingin mengambil risiko sehingga mereka segera menjual saham pilihan yang bisa mendatangkan keuntungan. Sentimen jual pemodal merupakan konsolidasi menyusul harga saham yang sudah mahal.
  • Akibatnya, indeks komposit BEJ jatuh 8,309 poin atau 0,70% menjadi 1.173,718. Kejatuhan indeks dipicu anjloknya berbagai saham kapitalisasi besar penggerak bursa. Kalangan investor tak menyiakan kesempatan dengan mendiskon saham unggulan di BEJ. Profit taking terutama menerjang saham blue chips yang kursnya telah meningkat tajam di perdagangan pekan sebelumnya. Aksi ambil untung itu wajar karena ditilik dari sisi teknikal, mayoritas saham unggulan sudah memasuki area jenuh beli. Dengan begitu, investor segera membuang sahamnya dan akan membeli lagi di harga yang lebih murah.
  • Rally panjang di BEJ akhirnya berhenti seiring dengan merosotnya berbagai saham unggulan kapitalisasi besar. Bahkan derasnya tekanan jual di saham Bisnis mengakibatkan indeks BI-40 terkoreksi 0,65% pada 315,445. Total volume saham yang diperjualbelikan 269 juta unit senilai Rp 802 miliar. Kegiatan transaksi tetap bergairah meski dibayangi profit taking. Investor asing net selling Rp 16 miliar dan rupiah relatif stabil di Rp 9.790 per dolar AS. Pemodal lepas saham besar dan beralih ke second liner.

Wednesday, December 14, 2005

[Bisnis] 14 Desember 2005

  • Putera Sampoerna telah menyetorkan dana US$300 juta (setara Rp 3 triliun dengan asumsi kurs Rp 10.000 per 1US$) ke rekening PT Bank Mandiri Tbk untuk mengikuti proses pembelian 100% saham di PT Kiani Kertas. Seiring dengan itu, pemegang saham PT Kiani Kertas yakni PT Fayola Investment Ltd dan konsorsium Deutsche Bank dan United Fiber System (UFS) telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat untuk pembelian 100% saham di perusahaan kertas itu senilai US$200 juta.
  • ConocoPhillips akhirnya sepakat membeli Burlington Resources Inc., perusahaan gas alam, senilai US$35,6 miliar secara tunai dan melalui pembelian saham. Tawaran yang diajukan Chairperson James Mulva tersebut bertujuan meningkatkan cadangan gas alam dan daya saing perusahaan.
  • Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) meminta kemungkinan kesediaan PT Bank Mandiri Tbk dan PT Nikko Securities untuk mengkonversi utang PT Great River International Tbk menjadi kepemilikan saham.
  • Volume Surat Utang Negara seri FR0031 yang tercatat dan dapat diperdagangkan di PT Bursa Efek Surabaya terhitung 14 Desember, bertambah menjadi Rp 7,22 triliun. Peningkatan volume itu terjadi menyusul pelaksanaan program pertukaran obligasi (debt switch) oleh pemerintah senilai Rp 5,67 triliun belum lama ini. Obligasi tersebut diterbitkan pada 13 Desember.
  • Perburuan saham blue chips masih berlanjut di BEJ. Pelaku pasar kembali memborong saham unggulan untuk jangka panjang. Faktor akhir tahun tampaknya tidak disia-siakan pemodal Jakarta. Hal itu bisa diamati dari penguatan beberapa saham kapitalisasi besar seperti Telkom, Bank Danamon, Bank Mandiri, Bank BRI, serta Gudang Garam. Optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi dan isu individual emiten terus menggairahkan pasar. Sementara kemungkinan naiknya lagi suku bunga Fed tampak tidak menghalangi investor berburu saham.
  • Penguatan harga saham Bisnis mampu mendongkrak indeks BEJ menembus level psikologis 1.182,028 atau naik tipis 7,021 poin. Minat jual beli investor terhadap saham unggulan tetap kuat. Akumulasi beli terus dimotori asing dan sejumlah pemain lokal. Ekspektasi terjadinya window dressing di akhir tahun mendorong pelaku pasar berburu saham di bursa. Stabilitas rupiah dan suku bunga di dalam negeri tetap memicu investor bertransaksi di bursa. Pemodal optimistis mampu meraih keuntungan signifikan tahun ini. Lonjakan saham kapitalisasi besar menaikkan indeks BI-40 sebesar 0,69% di titik 317,513.
  • Total volume saham Bisnis yang berpindahtangan mencapai 254 juta unit senilai Rp 697 miliar. Investor asing net buying Rp 40 miliar dan rupiah ditutup di posisi RP 9.782 per dolar AS. Kegiatan transaksi berlangsung marak dengan aksi jual beli yang berimbang. Keputusan pemerintah mempertahankan suku bunga BI Rate di level moderat disertai meningkatnya cadangan devisa menjadi US$33,396 miliar mampu membangkitkan animo investor berburu saham di bursa. Selain itu, stabilitas makro ekonomi, politik, dan keamanan nasional turut mendongkrak indeks ke level signifikan.
  • Sementara itu, keputusan lembaga pemeringkat internasional, Standard & Poor’s menaikkan peringkat Telkom berhasil melonjakkan saham BUMN itu ke level signifikan. Kurs Telkom menguat Rp 150 di posisi Rp 6.150 per unit dengan nilai transaksi Rp 173 miliar. Lonjakan saham BUMN telekomunikasi tersebut langsung diikuti saham Bank Danamon, Gudang Garam, Bimantara, serta Perusahaan Gas Negara. Hal ini mengakibatkan indeks komposit tetap bertengger di teritori positif. Investor asing tampak masih antusias memborong saham blue chips.

[Detik] Fed Menaikkan bunga ke 4,25%

Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) melanjutkan rangkaian kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin untuk ke-13 kalinya menjadi 4,25%. Keputusan kenaikan suku bunga benchmark AS itu diambil dalam pertemuan Federal Open Market Committe (FOMC) yang berlangsung Selasa (13/12/2005) waktu AS. Namun Fed juga memberi sinyal akan menghentikan rangkaian kenaikan suku bunganya untuk persiapan sebelum lengsernya Gubernur Fed Alan Greenspan.

Dalam pernyataan hasil FOMC dikatakan bahwa sebuah kebijakan lanjutan yang lebih tegas masih diperlukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan stabilitas inflasi tetap seimbang. Hal ini mengindikasikan paling tidak Bank Sentral AS masih akan menaikkan suku bunga AS paling tidak satu kali lagi sebelum Greenspan pensiun Januari 2006.

sumber: www.detik.com