Friday, May 12, 2006

[Bisnis] 12 Mei 2006

News:
  • Federal Reserve menaikkan suku buunga utama AS menjadi 5%, sekaligus menyatakan kenaikan itu mungkin bukan yang terakhir setelah kebijakan tersebut diadopsi berturut-turut selama hampir dua tahun terakhir. Kendati begitu, the Fed menegaskan kenaikan bunga berikutnya akan sangat tergantung pada data ekonomi. Pernyataan tersebut juga mengisyaratkan kemungkinan bank sentral AS itu akan menghentikan siklus kenaikan.
  • Mata uang rupiah ditutup melemah tipis dari Rp 8.722 menjadi Rp 8.730 per dolar AS pada perdagangan kemarin, menyusul kenaikan tingkat suku bunga the Fed menjadi 5% dari posisi sebelumnya 4,75%.
  • PT Aneka Tambang (Antam) Tbk akan meningkatkan porsi sahamnya di Chemical Grade Alumina Tayan melalui program pembelian kembali (buyback).
  • PT Bursa Efek Jakarta menerima dokumen dari PT Bank Bukopin terkait rencananya untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO). Bukopin berencana melepas 30% sahamnya ke pasar saham sebagai bagian dari upaya untuk menambah modal.
Market Reviews:
  • Sentimen jual beli investor terhadap saham unggulan masih berlanjut. Beberapa saham Bisnis yang berkinerja baik dan prospektif tetap diburu pemodal sehingga kursnya menguat signifikan. Dampak penurunan suku bunga BI Rate dan SBI kembali berimbas ke pasar saham. Laju pergerakan saham blue chips semakin tak terbendung. Apalagi kenaikan suku bunga Fed sesuai dengan ekspektasi pasar yakni sebesar 25 basis poin di posisi 5,0%. Selain itu, aksi korporasi yang dilakukan sejumlah emiten ikut menggairahkan bursa. IHSG terkerek 13,661 poin atau 0,89% di 1.553,061.
  • Kegiatan transaksi berlangsung marak dengan volume saham berpindahtangan mencapai 6,610 miliar saham senilai Rp 3,2 triliun. Investor asing masih agresif memburu saham unggulan sehingga terjadi net buying sebesar Rp 166 miliar. Perbedaan suku bunga BI Rate dan tingkat bunga Fed yang masih cukup besar yakni 7,5% membuat investor di pasar saham maupun rupiah tetap menarik. Pelaku pasar tak menyiakan kesempatan dimana mereka aktif memburu saham unggulan untuk jangka panjang. Asing tetap menganggap harga saham di Jakarta lebih atraktif dibanding bursa regional lainnya. Kecenderungan itu bisa diamati dari pembelian atas sejumlah saham kapitalisasi besar, seperti Semen Gresik, Bank Mandiri, Medco, dan lainnya. Harga saham pilihan yang mahal dan overbought ternyata tidak mengurungkan animo investor memburunya.
  • Sentimen positif pasar terus berhembus di lantai bursa. Saham-saham unggulan Bisnis tetap diakumulasi inevstor untuk investasi jangka panjang. Akibatnya, indeks BI-40 terdongkrak 0,90% pada 433,258. kondisi makro ekonomi yang stabil disertai terobosan proaktif Bank Indonesia memangkas BI Rate telah menaikkan indeks. Perlu diingat bahwa maraknya perburuan pemodal terhadap saham unggulan berhasil melonjakkan IHSG lebih dari 70 poin. Pemodal optimistis, otoritas moneter akan konsekuen menurunkan tingkat suku bunganya hingga level wajar. Keyakinan tersebut mendorong mereka bertransaksi di saham Bisnis sampai kemarin. Kinerja emiten BEJ bakal ‘bersinar’ tahun ini jika suku bunga BI Rate maupun SBI terus turun.

Thursday, May 11, 2006

[Bisnis] 11 Mei 2006

News:
  • PT Energi Mega Persada Tbk bakal menerbitkan surat utang senilai US$600 juta, setara Rp 5,25 triliun, bertenor tujuh tahun pada akhir bulan ini atau awal Juni yang hasilnya untuk membiayai kembali utangnya. Untuk melaksanakan emisi obligasi itu, Energi dikabarkan dibantu oleh tiga bank investasi asing yaitu Credit Suisse, Deutsche Bank, dan UBS Securities.
  • Bank Indonesia memastikan tidak akan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) tahun ini. Bank sentral menilai likuiditas perbankan saat ini dinilai masih mencukupi. Di sisi lain, kalangan perbankan berharap BI mulai mempertimbangkan menurunkan GWM, agar bank mampu mengurangi biaya dana (cost of fund) dan menurunkan suku bunga kredit.
  • Pemegang saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk menyepakati untuk membagikan dividen tahun buku 2005 sebesar Rp 233,53 miliar atau 50% dari laba bersih Rp 467,1 miliar. Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa yang digelar kemarin, BUMN tambang itu juga mendapat persetujuan untuk membentuk perusahaan patungan untuk pembangunan PLTU Banjarsari, Sumatera Selatan. Pada perusahaan patungan tersebut, perseroan akan menjadi pemegang 41% saham, PT Navigat Innovative Indonesia 39%, dan selebihnya dimiliki PT Pembangkit Jawa-Bali. Pembangunan PLTU Banjarsari itu akan menelan investasi US$241 juta, termasuk bunga US$17 juta yang dibayarkan selama masa pembangunan.
Market Reviews:
  • Minat beli investor asing terhadap saham unggulan Bisnis masih kuat. Momentum positif penurunan BI Rate menjadi 12,5% serta penguatan rupiah terus dimanfaatkan pemodal bertransaksi di saham Bisnis. Pemodal juga berspekulasi terhadap saham lapis kedua yang memiliki isu menarik. Ini merupakan apresiasi investor atas berbagai informasi positif yang berhembus di bursa. Pelaku pasar semakin agresif berinvestasi di pasar modal karena suku bunga BI Rate cenderung turun. Bagaimanapun, tingkat suku bunga yang rendah berpotensi menggairahkan pasar modal. Investor asing terus menambah portofolionya di BEJ karena menjanjikan return yang tinggi. Harga saham blue chips yang cenderung mahal bukan menjadi hambatan bagi investor untuk mengakumulasinya.
  • Optimisme pasar yang diikuti ekspektasi kuat telah berhasil mendongkrak indeks komposit ke level signifikan. Hampir setiap pekan, IHSG mencatat rekor baru di BEJ. Bahkan pada transaksi Rabu kemarin, indeks komposit masih menguat 6,777 poin atau 0,44% di posisi 1.539,401. Pemodal asing tampil sebagai penggerak bursa dengan membukukan net buying sebesar Rp 376 miliar. Mereka tak ingin menyiakan kesempatan menambah investasinya di bursa Jakarta. Selain prospektif, peluang asing meraih keuntungan di pasar saham masih terbuka. Faktor ini yang menyulut asing berburu saham unggulan kendati sebagian kursnya sudah relatif mahal. Perburuan asing tersebut diikuti sebagian investor institusi lokal, sehingga laju penguatan saham Bisnis tak terbendung. Indeks BI-40 naik 0,41% pada 429,360. Akumulasi jual beli ikut merambah ke saham pilihan lapis kedua dan tiga.
  • Sidang The Fed dalam rangka menetapkan tingkat suku bunga AS tak menghalangi investor masuk bursa. Pasalnya, pertemuan Bank Sentral AS itu telah diantisipasi pemodal beberapa waktu lalu. Sebaliknya, momentum kenaikan suku bunga Fed justru disikapi pemodal dengan menambah portofolionya di BEJ.

Wednesday, May 10, 2006

[Bisnis] 10 Mei 2006

News:
  • Bank Indonesia akan menginstruksikan kepada 10 bank yang saat ini memiliki modal jauh dibawah Rp 80 miliar untuk segera merger tahun depan. Bank sentral mencatat terdapat sekitar 20 bank yang memiliki modal di bawah Rp 80 miliar. Hingga akhir 2006, BI masih menyerahkan proses konsolidasi sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Tetapi hingga saat ini tanggapan dari perbankan belum menggembirakan. Padahal, dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API), bank sentral mensyaratkan pemenuhan modal minimum Rp 80 miliar pada 2007. Bank-bank yang bermodal kurang dari Rp 80 miliar adalah: Harda Internasional, Hagakita, UIB, IFI, Akita, Liman Internasional, Index Selindo, Windu Kentjana, Fama Internasional, Multi Arta Sentosa, Capital Indonesia, Mayora, Bisnis, Bintang Manunggal, Artos Indonesia, Mitra Niaga, Indomonex, Harmoni, dan Alfindo.
  • Pemerintah hanya bersedia menukarkan obligasi negara seri FR0036 senilai Rp 2,21 triliun dengan delapan obligasi negara yang akan jatuh tempo pada Februari 2007 – Juli 2009. Keterangan pers Departemen Keuangan menyebutkan jumlah total penawaran yang masuk pada lelang penukaran obligasi negara 9 Mei itu mencapai Rp 4,08 triliun. Sembilan obligasi yang bisa ditawarkan untuk dipertukarkan pada lelang itu terdiri dari tiga SUN berbunga tetap dan enam SUN berbunga mengambang mengikuti harga pasar. Namun, pemerintah memutuskan hanya mengambil delapan obligasi dari sembilan obligasi surat utang negara (SUN) yang dapat ditawarkan pda lelang tersebut. Satu surat utang yang tidak diambil pemerintah adalah seri FR0002 yang akan jatuh tempo pada 25 Juni 2009 dengan tingkat kupon 14% dan bunga berjalan Rp 5.906/unit. Sementara penawaran yang masuk untuk delapan obligasi negara mencapai Rp 3,757 triliun.
  • Setelah lima bulan terakhir bertahan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin akhirnya memutuskan penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin, dari 12,75% menjadi 12,50%. Penurunan BI Rate itu sebelumnya sudah diprediksi analis, mengingat inflasi tahunan hingga April 2006 mencapai 15,4% dengan inflasi bulanan hanya 0,05%. Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah menjelaskan, penetapan BI Rate 12,50% telah memperhitungkan rencana The Fed menaikkan suku bunga mencapai 5%. Selain itu interest differential rate masih cukup lebar dan menarik bagi masuknya modal asing ke Indonesia.
  • PT United Tractors Tbk akan membagikan dividen final Rp 110 per saham atau senilai total Rp 313,68 miliar dari laba bersih tahun lalu Rp 1,05 triliun. Rapat umum pemegang saham (RUPS) United Tractors kemarin menyetujui hal tersebut dan dividen akan dibagikan pada 29 Juni 2006. Para pemegang saham juga menetapkan pembukuan dana cadangan sebesar Rp 31,29 miliar.
  • PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menawarkan obligas sebesar Rp 2 triliun dengan tingkat imbal hasil (yield) antara 12,75% - 14,125%.
  • Perusahaan konstruksi perminyakan PT Perdana Karya siap untuk mencatatkan saham (listing) di Bursa Efek Jakarta tahun ini guna menghimpun dana sekitar Rp 10 miliar. Perusahaan dari Kalimantan Timur ini sedang mempersiapkan diri untuk mencatatkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) dengan menunjuk penjamin emisi PT Eurocapital Peregrine Securities.

Tuesday, May 09, 2006

[Bisnis] 9 Mei 2006

News:
  • Departemen Keuangan kembali menawarkan penukaran sembilan obligasi negara yang akan jatuh tempo antara Februari 2007 – Juli 2009 dengan surat utang negara (SUN) FR0036. keterangan pers Departemen Keuangan menyebutkan lelang pembelian kembali sembilan seri SUN dengan cara penukaran (debt switching) itu direncanakan pada hari ini. Sembilan obligasi negara yang akan ditawarkan untuk dipertukarkan pada lelang itu terdiri dari tiga SUN berbunga tetap dan enam SUN berbunga mengambang mengikuti harga pasar. Tiga seri Sun berbunga tetap itu adalah FR0029 dengan masa jatuh tempo 15 April 2005, tingkat kupon 9,5%, FR0005 masa jatuh tempo 15 Juli 2007 tingkat bunga 12,25%, dan FR0002 dengan masa jatuh tempo 15 Juni 2009 dan tingkat kupon 14%. Sementara enam obligasi negara berbunga mengambang itu terdiri dari VR0011 masa jatuh tempo 25 Februari 2007 dan tingkat bunga 12,92%, VR0012 jatuh tempo 25 September 2007 dengan tingkat kupon 12,73%, VR0013 jatuh tempo 25 Januari 2008 dan tingkat kupon 12,64%. Selanjutnya, VR0014 jatuh tempo pada 25 Agustus 2008 tingkat kupon 12,92%, VR0015 jatuh tempo 25 Desember 2008 dan tingkat kupon 12,73%, dan VR0016 jatuh tempo 25 Juli 2009 dan tingkat kupon 12,64%.
  • Bank Indonesia optimistis penurunan suku bunga tidak akan menimbulkan pembalikan modal dari dana investasi jangka pendek yang saat ini banyak masuk ke Indonesia. Bank sentral sangat berhati-hati dalam mengambil kebijakan untuk menurunkan BI Rate dengan mempertimbangkan kondisi internal maupun eksternal seperti harga minyak, suku bunga The Fed, laju inflasi dan penguatan nilai tukar rupiah.
  • Asosiasi Pengelola Dana Pensiun Indonesia (ADPI) akan meluncurkan pedoman tata kelola dana pensiun yang baik (good pension fund governance) untuk meningkatkan kinerjanya. Pedoman tata kelola dana pensiun itu rencananya akan diterbitkan bulan ini, setelah selesai melakukan koordinasi dengan Depkeu.
  • Harga minyak kembali baik pada awal pekan ini di New York setelah Iran menolak panggilan PBB untuk mengadakan pembicaraan dengan Amerika Serikat dalam upaya penyelesaian perselisihan yang memanaskan hubungan kedua negara. Harga minyak untuk pengiriman Juni naik US$0,37 atau 0,5% menjadi US$70,56 per barel di transaksi elektronik New York Mercantile Exchange. Harga minyak sempat mencapai US$70,41 per barel di Singapura, 35% lebih tinggi jika dibandingkan harga tahun lalu. Sedangkan kontrak pembelian minyak naik sekitar US$0,25 atau 0,4% menjadi US$70,19 per barel 5 Mei lalu. Harga minyak pekan lalu juga sempat turun 6,3% setelah Departemen Energi Amerika Serikat melaporkan adanya peningkatan persediaan bensin untuk pertama kalinya dalam sembilan pekan. Harga minyak mentah telah naik sekitar 15% akibat perselisihan Iran dengan PBB, serta adanya serangan kaum militan Nigeria yang memotong produksi minyak negara tersebut. Harga minyak berjangka sempat mencapai rekor US$75,35 pada 21 dan 24 April yang merupakan nilai tertinggi sejak 1993.
  • Bank Mandiri hanya akan merestrukturisasi kredit PT Suba Indah jika perusahaan tersebut bersedia membayar Rp 300 miliar dari total utang Rp 500 miliar yang telah jatuh tempo pada 2004.
  • PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menerbitkan obligasi sebesar Rp 2 triliun yang terbagi untuk konvensional sebesar Rp 1,8 triliun dan obligasi syariah sebesar Rp 200 miliar. Direktur PT Trimegah Securities Tbk Desimon menuturkan obligasi konvensional akan ditawarkan untuk tenor 10 dan 15 tahun. Sedangkan obligasi syariah yang ditawarkan untuk tenor 10 tahun. PLN menunjuk tiga penjamin emisi yaitu PT Danareksa Sekuritas, PT Trimegah Securities Tbk, dan PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas Indonesia (AAA). Saat ini, PLN memerlukan sumber pendanaan di luar APBN untuk membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas 8.000 megawatt dalam waktu dua sampai tiga tahun ini. PLN juga berencana menerbitkan obligasi syariah (sukuk) US$2 miliar – US$2,5 miliar (setara dengan Rp 22,25 triliun) pada semester I tahun ini untuk membiayai pembangunan pembangkit listrik 2.000 MW dengan bahan bakar batu bara.
  • Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) menembus rekor terbaru lagi pada penutupan perdagangan kemarin ke level 1.507,926, akibat Moody’s Investors Services yang akan mendongkrak peringkat utang Indonesia. Indeks kemarin ditutup naik 24,87 poin atau 1,7% ke posisi 1.507,926 dengan total nilai transaksi Rp 2,64 triliun, volume transaksi 2,57 miliar lembar saham, dan volume 29.650 kali. Nilai transaksi saham di pasar reguler kemarin mencapai Rp 2,27 triliun dengan transaksi beli bersih pemodal asing Rp 4,71 miliar. Peningkatan peringkat terjadi berkat adanya perbaikan kondisi keuangan pemerintah. Bila hal itu terjadi, maka akan menjadi peningkatan peringkat pertama bagi Indonesia, sejak 2003. Peringkat kredit negara yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan Indonesia meminjam dengan tingkat bunga yang lebih rendah.
Market Reviews:
  • Kalangan investor semakin agresih memburu saham pilihan Bisnis di bursa. Perburuan pemodal dipicu optimisme pertumbuhan ekonomi serja kinerja emiten. Selain itu, ekspektasi penurunan suku bunga BI Rate turut membangkitkan animo investor bertransaksi di BEJ. Begitu juga stabilitas kurs rupiah dan inflasi telah berimbas positif terhadap pasar saham awal minggu ini. Hampir sebagian besar saham blue chips berhasil mengkontribusikan keuntungan signifikan kepada pemodalnya. Rencana Bank Sentral AS menaikkan suku bunganya justru disikapi pemodal memborong saham blue chips. Dampaknya, indeks BI-40 terdongkrak 1,85% pada 418,959. Berbagai sentimen positif yang berhembus di lantai bursa terus direspon pemodal memborong saham blue chips. Pemodal asing tetap antusias mengakumulasi saham pilihan meski mayoritas kursnya sudah mahal.
  • Asing berhasil mencatat net buying sebesar Rp 4 miliar dan rupiah stabil di level Rp 8.870 per dolar AS. Masuknya dana asing ke pasar modal telah menggairahkan bursa. Harus diakui bahwa harga saham blue chips yang overbought tidak menghalangi asing masuk bursa. Pasalnya, potensi gain saham Bisnis masih cukup besar. Seperti diketahui, kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia masih tinggi. Hal itu bisa diamati dari perburuan pemodal atas saham blue chips pada transaksi kemarin. Lonjakan kurs saham BUMN dan beberapa big share lainnya ikut melambungkan indeks BEJ 24,865 poin atau 1,68% menjadi 1.507,926. Perdagangan berlangsung marak dengan volume saham berpindahtangan mencapai 5,178 miliar unit senilai Rp 2,6 triliun.
  • Posisi IHSG saat ini adalah tertinggi sepanjang sejarah bursa Jakarta. Penguatan blu chips menyulut indeks BEJ menembus level psikologis 1.507. Harus diakui, lonjakan kurs saham unggulan telah mematahkan prediksi pada analis tentang harga saham di BEJ yang sudah mahal. Minat jual beli investor justru semakin tinggi menjelang kenaikan suku bunga AS minggu ini. Kecenderungan pasar tersebut mengindikasikan pemodal tidak takut terhadap harga saham yang mahal serta overbought. Apresiasi rupiah hingga level Rp 8.735 per dolar AS langsung disikapi pemodal memburu saham Bisnis yang diuntungkan.

Monday, May 08, 2006

[Bisnis] 8 Mei 2006

News:
  • Kinerja sejumlah emiten sektor ritel pada triwulan pertama tahun ini masih terkendala oleh lemahnya daya beli konsumen, namun ada harapan pemulihan pada kuartal kedua. Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan menurunkan tingkat suku bunga dalam waktu dekat, diharapkan bisa memulihkan daya beli masyarakat dan kembali menggenjot pertumbuhan sektor ritel. Dari 10 perusahaan ritel terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, baru enam emiten yang telah mengumumkan laporan keuangan per 31 Maret 2006. keenam emiten tersebut adalah PT Alfa Retailindo Tbk, PT Hero Supermarket Tbk, PT Mitra Adiperkasa Tbk, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, PT Sona Topas Tourism Industry Tbk, dan PT Rimo Catur Lestari Tbk. PT Great River International Tbk kemungkinan tidak menyampaikan laporan keuangan 2005 karena laporan keuangan tahun sebelumnya belum disampaikan. Tiga emiten lainnya, yakni PT Matahari Putra Prima Tbk, PT Metro Supermarket Realty Tbk, dan PT Toko Gunung Agung Tbk belum menyampaikan laporan keuangan.
  • Saham PT Semen Gresik (Persero) Tbk kembali diperdagangkan di pasar reguler dan tunai Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada hari ini, setelah sebelumnya disuspensi selama sehari. Pada Jum’at pekan lalu, BEJ mensuspensi perdagangan saham Semen Gresik di pasar reguler dan tunai, namun tetap membuka perdagangan di pasar negosiasi, menyusul penjualan 24,9% saham Semen Gresik yang dimiliki Cemex SA kepada Grup Rajawali.
  • Harga saham di bursa Indonesia dinilai sudah terlalu mahal dibandingkan dengan bursa negara lainnya, sehingga investor asing dikhawatirkan menarik dananya untuk mencari pasar yang lebih murah. Dana investor asing maupun domestik yang membanjiri pasar saham Indonesia dalam beberapa bulan terakhir telah berhasil mengangkat indeks harga saham gabungan (IHSG) ke level tertinggi dan menjadi pasar saham terbaik di Asia Tenggara pada tahun ini. Namun hal itu sekaligus membuat harga saham-saham emiten di PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) menjadi lebih mahal dibandingkan bursa di kawasan Asia lainnya, sehingga tidak akan menarik lagi di mata para investor.
Market Reviews:
  • Potensi gain saham unggulan Bisnis masih cukup besar. Pelaku pasar diperkirakan kembali bermain selektif di saham blue chips minggu ini. Momentum penguatan rupiah serta masuknya dana asing ke pasar saham terus dimanfaatkan pemodal menambah portofolionya di bursa. Pemodal juga berharap agar Bank Indonesia segera menurunka suku bunga BI Rate maupun SBI dalam waktu dekat. Di sisi lain, apresiasi mata uang Asia terhadap dolar AS turut menyemarakkan pasar saham. Investor tetap bertransaksi di bursa meski suku bunga Fed kemungkinan akan dinaikkan menjadi 5,0%.
  • Sementara itu, perdagangan saham Bisnis pekan lalu berlangsung marak dan bergairah. Tarik menarik investor yang cukup kuat di saham kapitaliasasi besar membuat BEJ berfluktuasi tajam. Demo buruh yang berlangsung ricuh pada Rabu pekan lalu tak berdampak signifikan terhadap pasar saham maupun rupiah. Indeks BI-40 masih menguat 1,71% pada 411,338 dari sebelumnya di 404,399. Total volume saham Bisnis yang berpindahtangan 3,348 miliar unit senilai Rp 8,59 triliun. Investor asing mencatat net buying Rp 288 miliar dan kurs rupiah melemah tipi di level Rp 8.785 per dolar AS.
  • Sejak perdagangan awal pekan, pemodal antusias memburu saham unggulan penggerak bursa. Pemodal cenderung mengabaikan peringatan ‘hari buruh sedunia’ pada 1 Mei 2006. Antusias pemodal memburu saham Bisnis sempat melonjakkan IHSG di 1.499,071 pada Rabu 3 Mei. Ini adalah IHSG tertinggi sepanjang sejarah BEJ. Dalam sepekan, IHSG menguat 18,655 poin atau 1,27% dari 1.464,406 menjadi 1.483,061. Minggu ini pemodal masih akan mencermati sidang The Fed maupun pertemuan Dewan Gubernur BI. Pemodal akan memborong saham unggulan jika BI mempercepat penurunan BI Rate.

Saturday, May 06, 2006

[Bisnis] 6 Mei 2006

News:
  • PT Medco Energi Internasional Tbk akan membagikan dividen separo, US$37,69 juta, dari laba bersih tahun lalu US$74,69juta dari tahun sebelumnya US$70,12juta. Sementara itu, manajemen juga mendapatkan persetujuan untuk mengubah mekanisme penjualan saham treasury, saham hasil pembelian kembali yang dilakukan sebelumnya. Porsi dividen tersebut sama dengan posisi tahun lalu.
  • Grup Rajawali, milik Peter Sondakh, berminat menambah kepemilikan saham PT Semen Gresik Tbk setelah merampungkan transaksi pembelian 24,9% saham BUMN semen itu dengan Cemex SA.
  • Rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Astra Graphia Tbk menyetujui usulan direksi perseroan untuk membagikan dividen sebesar Rp 25 per saham atau total Rp 34 miliar yang merupakan 100% dari laba bersih tahun lalu Rp 35,07 miliar setelah dikurangi dana cadangan. Presiden Direktur Astra Graphia Lukito Dewandaya mengatakan posisi kas perseroan yang mencapai Rp 130 miliar per akhir tahun lalu, menjadi salah satu pertimbangan untuk memberikan dividen hingga 100% dari laba bersih tahun lalu.
  • Seiring rencana penerbitan obligasi minimum Rp 300 miliar, PT Bakrieland Development Tbk juga bakal mengeluarkan surat utang US$100 juta pada semester I tahun ini guna membiayai percepatan ekspansi proyek properti.
  • PT Tunas Ridean Tbk akan membagikan dividen final tunai sebesar Rp 34 per saham atau total Rp 47,44 miliar, dan akan mengakuisisi satu perusahaan pada Juni. Direktur Tunas Ridean Miranti Andiyana mengatakan perseroan akan membagikan dividen sekitar 33% dari perolehan laba bersih tahun lalu yang sebesar Rp 143 miliar.

Friday, May 05, 2006

[Bisnis] 5 Mei 2006

News:
  • Cemex SA, raksasa semen terbesar ketiga di dunia, akhirnya sepakat untuk menjual kepemilikan 24,9% saham PT Semen Gresik Tbk pada harga US$2,28 per saham, setara Rp 20.018 per saham, diskon 28% dari harga pasar tertinggi kepada Grup Rajawali. Perusahaan semen Meksiko itu, seperti dikutip Bloomberg, menjual saham tersebut setelah langkah mengendalikan Semen Gresik terhambat. Menurut syarat dalam perjanjian jual beli saham itu, transaksi senilai US$337 juta itu tergantung pada persetujuan pemerintah Indonesia dan terpenuhinya beberapa kondisi lainnya.
  • Rapat umum pemegang saham Bank Lippo memutuskan untuk tidak membagikan dividen kepada pemegang saham bank publik untuk laba tahun buku 2005. keputusan ini merupakan rekomendasi komisaris sebagai upaya memperkuat posisi permodalan perusahaan.
  • Setelah mendekati level US$75 per barel, harga minyak kembali turun ke level US$71. penurunan harga itu terjadi setelah munculnya laporan pemerintah AS yang menunjukkan pertumbuhan persediaan bensin untuk pertama kalinya selama sembilan pekan terakhir.
  • Meski indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta terus menguat, dalam hitungan US$, posisinya hingga kini belum kembali ke posisi sebelum krisi ekonomi 1997, tertinggal oleh Thailand dan Korea Selatan, dua negara yang juga terkena krisis. Sejumlah analis mengatakan beberapa faktor seperti depresiasi rupiah yang cukup dalam, valuasi saham yang lebih rendah dibandingkan bursa di kawasan, dan hilangnya kepastian sehingga perusahaan sulit melakukan perhitungan bisnis saat ini, yang berakibat pada lambatnya pertumbuhan usaha menjadi penyebab belum pulihnya indeks.
  • Direksi baru PT Danareksa tidak akan mengakui pemotongan pokok utang (haircut) yang diberikan direksi sebelumnya kepada PT Tri Daya Esta, apabila debitor itu tidak menunjukkan itikad baik dalam menyelesaikan utangnya hipngga akhir Juni 2006.
  • PT Timah Tbk akan membagikan dividen sebesar Rp 50,76 miliar atau 50% dari saldo laba tahun lalu Rp 107,5 miliar dikurangi dengan laba dari penjualan aset Rp 5,98 miliar. Dividen sebesar Rp 100,85 per lembar saham itu akan dibagikan pada 23 Juni 2006. besaran dividen 50% yang disetujui rapat umum pemegang saham (RUPS) Timah itu, jauh lebih besar dibandingkan dengan yang diajukan perseroan kepada pemegang saham yaitu 30%.
Market Reviews:
  • Kenaikan indeks yang sudah cukup tinggi mendorong pelaku pasar kembali merealisasikan keuntungan jangka pendek di sebagian saham pilihan Bisnis. Sepanjang perdagangan Kamis, investor antusias melepas berbagai saham unggulan mengingat secara teknis harganya sudah mahal. Beberapa saham pilihan tidak luput dari ajang profit taking menyebabkan indeks BI-40 pada akhir perdagangan kemarin terpangkas 0,879% atau 3,653 poin menjadi 411,979. pada kurun yang sama indeks BEJ melemah 0,983% atau 14,739 poin ke posisi 1.484,332. Sementara indeks LQ45 loss 0,808% atau 2,696 poin menjadi 331,156. Dari 40 saham pilihan Bisnis, tercatat sebanyak 16 saham terkoreksi, 13 saham menguat dan selebihnya stagnan. Aksi jual terjadi di tengah kegiatan transaksi yang berlangsung marak.
  • Situasi ini terlihat dari volume saham Bisnis yang berhasil dipindahtangankan investor mampu mencapai 909,101 juta lembar atau seluruhnya membukukan nilai transaksi sebesar Rp 2,200 triliun. Melemahnya saham telekomunikasi juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap koreksi indeks BEJ. Posisinya yang sudah jenuh beli membuat investor engga memegang saham unggulan dan cenderung mengambil posisi aman. Kemarin, saham Telkom ditutup melemah sebesar Rp 200 menjadi Rp 7.600. Sementara saham pilihan Bisnis yang turut dilepas investor antara lain Semen Gresik, Astra International, Unilever Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central Asia, Aneka Tambang, Medco Energi International, Timah, Petrosea, Bimantara Citra, dan seterusnya. Pada kurun itu tercatat saham Semen Gresik membukukan loss tertinggi atau terkoreksi Rp 3.500 menjadi Rp 24.500 per unit.
  • Seiring dengan itu investor juga masih selektif mengambil posisi beli sehingga sebagian saham Bisnis lain cenderung bergerak menguat di kisaran bervariasi. Kalangan investor tetap meningkatkan spekulasi di berbagai saham unggulan yang berpeluang menguat dan didukung isu menarik. Dengan demikian animo beli saham kelompok Bisnis masih tetap tinggi. Investor juga terlihat antusias mengakumulasi berbagai saham pilihan yang mampu meramaikan aktivitas di lantai bursa. Bagaimanapun juga situasi BEJ yang kondusif tidak terlepas dari ekspektasi investor yang tinggi terhadap laporan keuangan emiten kuartal pertama 2006, indikasi percepatan penurunan tingkat suku bunga maupun kecenderungan apresiasi nilai tukar rupiah. Maraknya antusias beli tampak terjadi pada sejumlah saham unggulan seperti beberapa saham sektor pertambangan, rokok, farmasi, serta makanan dan minuman.

Thursday, May 04, 2006

[Bisnis] 4 Mei 2006

News:
  • Sebagian besar bank dalam daftar 10 bank beraset terbesar belum mampu memperbaiki kinerjanya pada triwulan pertama 2006. lima dari delapan bank, yang telah mempublikasikan kinerjanya, masih mencatat penurunan laba. Dua bank yakni Bank Mandiri dan Citibank hingga hari ini belum mempublikasikan kinerja keuangan triwulan pertama. Mandiri merupakan bank beraset terbesar di Indonesia dan Citibank merupakan bank terbesar kesepuluh per Desember 2005.
  • Bank Indonesia mengingatkan dana asing yang saat ini parkir di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat utang negara (SUN) agar segera dialihkan pada investasi langsung jangka panjang. Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah mengatakan pihaknya hingga kini masih menerima adanya dana asing berupa hot money yang ditempatkan di SBI sepanjang hanya untuk mencari keuntungan jangka pendek.
  • Pendiri PT Kalbe Farma Tbk kemarin malam telah melepas 5% - 6% sahamnya melalui skema penjualan secara langsung ke pasar pada level Rp 1.417 per saham, diskon 7,98% dari harga penutupan 2 Mei di Rp 1.540.
  • Dana asing masih menyerbu Bursa Efek Jakarta, sehingga indeks harga saham gabungan (IHSG) BEJ nyaris menembus level 1.500 atau ditutup naik 23,178 poin (1,57%) menjadi 1.499,071. Data perdagangan saham Bursa Efek Jakarta kemarin mencatat sebanyak 3,084 miliar saham telah diperjualbelikan di pasar reguler dengan transaksi senilai Rp 2,97 triliun dan frekuensi mencapai 30.135 kali. Harga 222 saham stagnan, 89 saham naik, dan sisanya 50 saham turun.
  • Morgan Stanley menyebutkan nilai tukar dolar AS terhadap valuta utama dunia lainnya berpotensi melemah, menyusul meningkatnya defisit transaksi berjalan Negeri Paman Sam itu. Indikasi suku bunga di masa depan menunjukkan bank sentral AS akan segera menghentikan kenaikan suku bunga yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir. Besarnya defisit transaksi berjalan AS, meliputi transaksi perdagangan, jasa dan investasi, mencapai US$804,9 juta pada 2005. Pelemahan dolar AS telah menyentuh rekor paling rendah baru dalam satu tahun terakhir. Hal itu disebabkan kekecewaan kalangan inevstor mengenai suku bunga AS yang tercermin dari pidato Gubernur bank sentral The Fed Ben Bernanke. Pada pidato tersebut, Bernanke memberikan tanda bahwa peningkatan suku bunga yang dimulai pekan lalu akan segera dihentikan sementara, namun dia tidak memberikan tanda-tanda untuk mencabut penghentian sementara tersebut.
  • Bank Indonesia disebut-sebut akan menjual NV Indover Bank – satu-satunya bank milik bank sentral – kepada PT Bank Ekspor Indonesia senilai US$40 juta. Penawaran ini jauh lebih rendah dari tender terbuka 2004 yang sempat diikuti 15 calon investor.
  • Pendapatan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mungkin menurun sebesar 3% jika pemerintah mengubaha cara perusahaan telepon mengenakan biaya sambungan ke jaringan saingannya. Sementara itu, Merrill Lynch & Co. menaikkan perkiraan harga saham Telkom karena perolehan laba bersih kuartal I/2006 yang jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan.
  • Laba bersih triwulan I PT Bank Mandiri Tbk tahun ini yang belum diaudit diprediksi mencapai Rp 600 miliar, naik tipis dibandingkan triwulan I 2005 Rp 519 miliar, tetapi setara dengan perolehan 12 bulan tahun lalu Rp 603,37 miliar. Lonjakan laba bank terbesar di Indonesia dengan total aset tahun lalu Rp 263,38 triliun tersebut berasal dari kinerja operasi selama tiga bulan pertama.
  • Sepanjang kuartal I/2006, obligasi korporasi memberikan total tingkat pengembalian (return) lebih tinggi dibandingkan surat utang negara (SUN). Hasil riset PT Danareksa Sekuritas menunjukkan indeks total return obligasi korporasi dalam tiga bulan pertama tahun ini mencapai 9,52% atau naik tajam dari 2,79% pada periode yang sama tahun lalu. Indeks total return obligasi negara untuk kuartal I/2006 sebesar 8,91% atau naik dari 0,4% pada kuartal I/2005.
  • Pergerakan nilai aktiva bersih (NAB) lima reksa dana PT BNI Securities hinggal kuartal pertama ini meningkat dengan tingkat pemulihan (recovery rate) 53,37% hingga 145% dibandingkan posisi terendah pada 5 September 2005. Kelima reksa dana itu adalah BNI Dana Plus, BNI Dana Merah Putih, BNI Dana Berbunga Dua, BNI Dana Syariah, dan BNI Dana Lancar. Masing-masing reksa dana itu memiliki recovery rate 60,29%, 145%, 53,37%, 62% dan 60,75%.
Market Reviews:
  • Lonjakan saham blue chips berhasil menyemarakkan bursa Jakarta. Indeks harga saham gabungan terus mendekati level psikologis 1.500. Kondisi makro ekonomi yang terus membaik disertai mengalirnya dana asing ke pasar modal mendongkrak saham pilihan bisnis ke tingkat signifikan. Pelaku pasar optimistis, apresiasi rupiah atas dolar AS yang berlanjut dan terkendalinya laju inflasi akan menyulut Bank Indonesia mempercepat pernurunan tingkat suku bunga BI Rate dan SBI. Di sisi lain, meningkatnya cadangan devisa Indonesia menjadi US$42,85 juta ikut menggairahkan BEJ.
  • Akumulasi berbagai sentimen positif di atas mampu mendongkrak IHSG 23,178 poin atau 1,57% menjadi 1.499,071. Total volume saham yang berpindah tangan di BEJ mencapai 7,274 miliar lembar dengan nilai transaksi Rp 3,6 triliun. Mayoritas saham kapitalisasi besar mencatat kenaikan kurs signifikan. Pemodal agresif memburu saham blue chips untuk investasi jangka panjang. Perburuan investor atas shaam pilihan Bisnis dipicu penguatan rupiah maupun aspek fundamental emiten yang memang solid. Selain itu, harapan pemodal terhadap turunnya suku bunga BI Rate turut mengangkat saham pilihan Bisnis.
  • Indeks BI-40 berhasil meroket 1,80% pada posisi 415,632. Kalangan investor seakan tak menghiraukan aksi demo buruh di depan gedung MPR/DPR yang berlangsung ricuh. Mereka yakin pihak keamanan mampu meredam gejolak buruh tersebut. Bahkan unjuk rasa buruh tidak akan menghambat aktivitas ekonomi karena hanya bersifat temporer. Hal ini pula yang mendorong invetsor asing memborong saham blue chips di BEJ. Asing membukukan net buying sebesar Rp 162 miliar, sedangkan rupiah menguat di level Rp 8.775 per dolar AS. Secara umum, transaksi berlangsung marak dan bergairah.
  • Sejak pembukaan transaksi sesi pertama, indeks BEJ terus menunjukkan tren naik. Pelaku pasar antusias mengakumulasi berbagai saham unggulan dengan memanfaatkan sentimen positif makro ekonomi. Disamping itu, keputusan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di level 12,75% turut membangkitkan animo investor bertransaksi di bursa. Bagaimanapun, stabilitas suku bunga SBI yang diikuti penguatan rupiah dan turunnya inflasi bakal menggairahkan pasar modal. Faktor ini yang menyulut investor antusias memborong berbagai saham blue chips pada transaksi Rabu.

Wednesday, May 03, 2006

[Bisnis] 3 Mei 2006

News:
  • Pemerintah akan mengalihkan subsidi minyak tanah ke elpiji (liquefied petroleum gas) guna menekan membengkaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia.
  • Kinerja emiten perkebunan dalam tiga bulan pertama tahun ini diuntungkan oleh apresiasi rupiah, sehingga laba dan pendapatan emiten terdongkrak naik. Kinerja laba dan pendapatan triwulan satu tahun ini PT Astra Agro Lestari Tbk, PT PP London Sumatera Tbk, dan PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk menunjukkan pertumbuhan yang positif.
  • Lima bank syariah membentuk sindikasi guna memperkuat kapasitas pembiayaan syariah terhadap proyek-proyek dalam negeri berskala besar. Kesepakatan tersebut ditandatangani Bank Muamalat Indonesia (BNI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), Danamon Syariah, dan Bukopin Syariah di sela-sela pembukaan Indonesian Syariah Expo 2006, kemarin.
  • Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah mengisyaratkan akan menurunkan BI Rate pada Mei atau Juni, mengingat saat ini perbedaan suku bunga rupiah dan bunga di luar negeri masih terlalu besar. Hingga April 2006 BI mempertahankan BI Rate 12,75% sementara suku bunga The Fed pada level 4,75%. Tingkat BI Rate saat ini menawarkan interest differential rate 8%, sehingga mata uang rupiah sangat menarik untuk dimiliki.
  • PT BFI Finance Indonesia Tbk menunjuk PT Danareksa Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi maksimum Rp 300 miliar yang dananya sebagai salah satu sumber pembiayaan tahun ini.
Market Reviews:
  • Trading temporer tampak membayangi saham unggulan Bisnis kemarin. Pelaku pasar mengurangi transaksi dalam jumlah besar di saham blue chips dan beralih ke sejumlah saham second liner. Hal itu dilakukan pemodal di tengah menurunnya kinerja berbagai emiten BEJ pada kuartal I/2006. selain itu, lonjakan saham Bisnis yang sudah terlampau tajam membuat investor lebih hati-hati mengambil posisi di bursa. Sentimen inflasi April sebesar 0,05% serta kemungkinan berakhirnya kenaikan suku bunga Fed belum berhasil menyulut penguatan saham Bisnis ke tingkat lebih tinggi. Pemodal justru aktif merealisasikan keuntungan temporer terhadap saham kapitalisasi besar penggerak bursa. Padahal, di perdagangan sesi pertama, IHSG sempat menguat lebih dari 12 poin. Kecenderungan itu wajar karena pasar mulai kekurangan insentif positif segar.
  • Bahkan pelaku pasar sedikit kecewa terhadap kinerja keuangan beberapa emiten yang kurang menggembirakan di kuartal pertama tahun 2006. kekecewaan pemodal itu dilampiaskan dengan mendiskon saham unggulan yang sudah overbought. Kenyataan itu mengakibatkan indeks BI-40 terkoreksi 0,04% di 408,246. sementara itu, fluktuasi tajam atas saham unggulan ikut menghambat pergerakan indeks komposit BEJ. Sampai akhir perdagangan, IHSG turun tipis 0,562 poin menjadi 1.475,893. total volume saham yang berpindah tangan mencapai Rp 2,7 triliun. Investor asing mencatat net selling Rp 20 miliar dan rupiah menguat di posisi Rp 8.775 per dolar AS. Perlu diingatkan bahwa pemodal sengaja mengurangi aktivitasnya di BEJ dengan merealisasikan keuntungan temporer. Terobosan pemodal itu cukup rasional mengingat penguatan saham Bisnis mulai terbatas. BEJ mulai kehilangan sentimen penggerak pasar.

Tuesday, May 02, 2006

[Bisnis] 2 Mei 2006

News:
  • Pemerintah bersikeras melanjutkan rencana amandemen UU No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan, meskipun DPR – atas desakan para buruh – memutuskan menolak amandemen UU tersebut. Mennakertrans Erman Suparno menegaskan keputusan amandemen sebuah UU tidak bisa diputuskan DPR melalui komitmen terhadap buruh, melainkan harus melalui mekanisme Dewan.
  • Tren penurunan harga masih tetap terjaga pada bulan keempat tahun ini, menyusul realisasi inflasi pada April yang hanya 0,05% dari bulan sebelumnya, seperti yang dilaporkan BPS. Panen raya pada Maret – April mengantarkan Indonesia pada angka inflasi bulanan yang relatif rendah bahkan paling kecil dalam tiga tahun terakhir dengan bulan yang sama. Inflasi bulan April mtm mencapai 0,05%, secara ytm 2,03% dan secara yoy 15,40%.
  • Sebagian besar emiten menunjukkan kinerja kuartal I/2006 yang mengecewakan, sebagai dampak dari kenaikan biaya produksi dan penurunan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM. Setidaknya empat dari sembilan emiten nonbank yang memiliki bobot yang besar pada indeks harga saham gabungan (IHSG), yang telah melaporkan keuangan kuartal I/2006, mencatat kinerja negatif dibandingkan periode yang sama dari tahun lalu. Namun, harga sebagian besar saham di lantai bursa itu masih mengalami pergerakan positif, akibat maraknya aliran dana masuk ke pasar saham dalam lebih dari tiga bulan terakhir.
  • PT Jasa Marga sedang menyeleksi 11 calon penjamin emisi obligasi Rp 1 triliun, mendahului rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) yang juga dijadwalkan tahun ini. Hasil penerbitan obligasi itu diperkirakan untuk kebutuhan pembiayaan kembali utang di bank agar mengurangi beban bunga. Beberapa penjamin emisi yang diundang Jasa Marga untuk mengikuti seleksi adalah PT Mandiri Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, PT BNI Securities, PT Bahana Securities, PT Andalan Artha Advisindo, PT Indopremier Securities, dan PT Citigroup.
  • Nilai tukar rupiah makin perkasa atas dolar AS hingga menyentuh level tertinggi dalam 23 bulan terakhir, sementara Yen Jepang menguat mencapai posisi tertinggi dalam enam bulan terakhir. Rupiah ditutup pada level Rp 8.769 atau menguat dibandingkan posisi akhir pekan lalu di Rp 8.805 per dolar AS.
Market Reviews:
  • Demonstrasi buruh berkaitan dengan peringatan ‘Hari Buruh se-Dunia’ pada Senin, 1 Mei 2006 tak berimbas negatif terhadap BEJ. Pelaku pasar tetap bertransaksi di BEJ. Maraknya aksi unjuk rasa buruh di depan Istana Negara menolak revisi UU No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan tidak menyurutkan animo inevstor bertransaksi di bursa. Sejumlah saham unggulan diborong pemodal sehingga berhasil membukukan kenaikan kurs cukup signifikan. Tekanan beli investor telah menaikkan indeks BEJ cukup tinggi. IHSG menguat 12,049 poin atau 0,82% menjadi 1.476,455.
  • Pelaku pasar berupaya membeli kemabli beberapa saham unggulan yang kursnya relatif murah. Sentimen jual beli berlangsung di tengah suasana demonstrasi buruh ‘menggoyang’ ibukota Jakarta. Meski demikian, pemodal berkeyakinan bahwa aksi unjuk rasa buruh akan berlangsung damai dan aman. Kesiapan dan partisipasi pihak keamanan mengawal demonstrasi buruh telah membangkitkan motivasi investor bertransaksi di bursa. Itu bisa diamati dari pembelian pemodal terhadap beberapa blue chips yang berfundamental baik. Mayoritas saham pilihan mencatat kenaikan kurs cukup signifikan. Total volume saham yang berhasil diperjualbelikan mencapai 3,605 miliar unit senilai Rp 1,7 triliun.
  • Kalangan investor menilai, unjuk rasa buruh menolak revisi undang-undang ketenagakerjaan hanya berlangsung temporer. Karena itu, dampaknya terhadap aktivitas ekonomi kurang begitu signifikan. Apalagi demonstrasi tersebut berjalan tertib dan aman. Faktor ini pula yang menyulut investor tetap bermain di saham pilihan Bisnis. Dampaknya, indeks BI-40 naik 0,99% pada posisi 408,433. indeks LQ45 meningkat 1,05% di 328,525. mata uang rupiah ditutup menguat di level Rp 8.764 per dolar AS. Perdagangan saham Bisnis hari ini akan kembali diramaikan oleh perburuan terhadap blue chips. Pelaku pasar diperkirakan terus memborong saham unggulan yang berfundamental baik dan prospektif. Saham emiten BUMN yang akan membagikan dividen bakal diburu. Selain itu, investor pun berspekulasi di saham lapis kedua.

Monday, May 01, 2006

[Bisnis] 1 Mei 2006

News:
  • Tiga perusahaan publik Grup Bakrie bakal menerbitkan surat utang (bond) senilai US$400 juta dan Rp 300 miliar, setara Rp 3,82 triliun, untuk membiayai kembali utangnya dan memenuhi kebutuhan modal kerja. Tiga emiten itu adalah PT Bakrie & Brothers Tbk, PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk, dan PT Bakrieland Development Tbk. Korporasi itu memanfaatkan tingkat bunga obligasi dolar yang rendah dan pasar surat utang domestik yang mulai kondusif seiring dengan kecenderungan penurunan tingkat suku bunga.
  • Amortisasi ketiga terhadap obligasi Indak Kiat I/1999 dan obligasi Pindo Deli I/1997 akan dilakukan pada hari ini. Kedua obligasi tersebut merupakan seri A dengan tingkat bunga mengambang. Amortisasi obligasi Indah Kiat sebesar Rp 25 miliar, sedangkan amortisasi obligasi Pindo Deli sebesar Rp 5 miliar. Kadiv Pencatatan PT Bursa Efek Surabaya Umi Kulsum dan Kadiv Perdagangan Surat Utang Erna Dewayani mengatakan dengan pembayaran amortisasi tersebut, maka obligasi Indah Kiat akan menjadi sebanyak Rp 413,06 miliar dan obligasi Pindo Deli sebesar Rp 82,52 miliar.
  • PT Bank Negara Indonesia Tbk menyalurkan dana senilai Rp 150 miliar untuk membiayai Program Pensiun Sukarela (PPS) bagi 550 karyawannya. Meski membebani keuangan, program yang dijalankan pada Februari 2006 itu dinilai berdampak positif bagi karyawan dan perusahaan secara jangka panjang.
  • PT BNI Securities, anak perusahaan yang dikendalikan 99,85% oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), bakal menawarkan saham perdana (initial public offering/IPO) dengan target perolehan dana maksimum Rp 500 miliar.
  • PT Pakuwon Jati Tbk pada 2007 berencana menerbitkan obligasi US$120 juta di luar negeri yang dananya untuk membayar utang korporasi dan menunjang ekspansi usaha di bidang properti.
  • PT Presedio Finance bekerja sama dengan PT Andalas Tuah Sakato (ATS), perusahaan milik pemerintah Provinsi Sumatera Barat, menyiapkan dana Rp 4 triliun – Rp 5 triliun untuk membeli 25,53% saham PT Semen Gresik yang kini dikuasai Cemex Asia Holdings. Bahkan dana yang disiapkan tersebut dapat bertambah sesuai dengan perkembangan harga saham Cemex yang berjumlah 151.431.705 lembar.
  • PT Bimantara Citra Tbk dan PT United Tractors Tbk per Maret tahun ini membukukan peningkatan laba bersih konsolidasi masing-masing sebesar 618% dan 65%, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laba bersih Bimantara pada triwulan I tahun ini meroket sebesar Rp 92,8 miliar menjadi Rp 107,8 miliar dari sebelumnya Rp 15 miliar. Sementara itu, United Tractors mencatatkan peningkatan laba bersih konsolidasi sebesar 65% dari Rp 235 miliar menjadi Rp 388 miliar. Laba kotor dan laba operasi perseroan naik masing-masing 23% dan 19% menjadi Rp 601 miliar dan Rp 425 miliar.