Monday, May 08, 2006

[Bisnis] 8 Mei 2006

News:
  • Kinerja sejumlah emiten sektor ritel pada triwulan pertama tahun ini masih terkendala oleh lemahnya daya beli konsumen, namun ada harapan pemulihan pada kuartal kedua. Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan menurunkan tingkat suku bunga dalam waktu dekat, diharapkan bisa memulihkan daya beli masyarakat dan kembali menggenjot pertumbuhan sektor ritel. Dari 10 perusahaan ritel terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, baru enam emiten yang telah mengumumkan laporan keuangan per 31 Maret 2006. keenam emiten tersebut adalah PT Alfa Retailindo Tbk, PT Hero Supermarket Tbk, PT Mitra Adiperkasa Tbk, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, PT Sona Topas Tourism Industry Tbk, dan PT Rimo Catur Lestari Tbk. PT Great River International Tbk kemungkinan tidak menyampaikan laporan keuangan 2005 karena laporan keuangan tahun sebelumnya belum disampaikan. Tiga emiten lainnya, yakni PT Matahari Putra Prima Tbk, PT Metro Supermarket Realty Tbk, dan PT Toko Gunung Agung Tbk belum menyampaikan laporan keuangan.
  • Saham PT Semen Gresik (Persero) Tbk kembali diperdagangkan di pasar reguler dan tunai Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada hari ini, setelah sebelumnya disuspensi selama sehari. Pada Jum’at pekan lalu, BEJ mensuspensi perdagangan saham Semen Gresik di pasar reguler dan tunai, namun tetap membuka perdagangan di pasar negosiasi, menyusul penjualan 24,9% saham Semen Gresik yang dimiliki Cemex SA kepada Grup Rajawali.
  • Harga saham di bursa Indonesia dinilai sudah terlalu mahal dibandingkan dengan bursa negara lainnya, sehingga investor asing dikhawatirkan menarik dananya untuk mencari pasar yang lebih murah. Dana investor asing maupun domestik yang membanjiri pasar saham Indonesia dalam beberapa bulan terakhir telah berhasil mengangkat indeks harga saham gabungan (IHSG) ke level tertinggi dan menjadi pasar saham terbaik di Asia Tenggara pada tahun ini. Namun hal itu sekaligus membuat harga saham-saham emiten di PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) menjadi lebih mahal dibandingkan bursa di kawasan Asia lainnya, sehingga tidak akan menarik lagi di mata para investor.
Market Reviews:
  • Potensi gain saham unggulan Bisnis masih cukup besar. Pelaku pasar diperkirakan kembali bermain selektif di saham blue chips minggu ini. Momentum penguatan rupiah serta masuknya dana asing ke pasar saham terus dimanfaatkan pemodal menambah portofolionya di bursa. Pemodal juga berharap agar Bank Indonesia segera menurunka suku bunga BI Rate maupun SBI dalam waktu dekat. Di sisi lain, apresiasi mata uang Asia terhadap dolar AS turut menyemarakkan pasar saham. Investor tetap bertransaksi di bursa meski suku bunga Fed kemungkinan akan dinaikkan menjadi 5,0%.
  • Sementara itu, perdagangan saham Bisnis pekan lalu berlangsung marak dan bergairah. Tarik menarik investor yang cukup kuat di saham kapitaliasasi besar membuat BEJ berfluktuasi tajam. Demo buruh yang berlangsung ricuh pada Rabu pekan lalu tak berdampak signifikan terhadap pasar saham maupun rupiah. Indeks BI-40 masih menguat 1,71% pada 411,338 dari sebelumnya di 404,399. Total volume saham Bisnis yang berpindahtangan 3,348 miliar unit senilai Rp 8,59 triliun. Investor asing mencatat net buying Rp 288 miliar dan kurs rupiah melemah tipi di level Rp 8.785 per dolar AS.
  • Sejak perdagangan awal pekan, pemodal antusias memburu saham unggulan penggerak bursa. Pemodal cenderung mengabaikan peringatan ‘hari buruh sedunia’ pada 1 Mei 2006. Antusias pemodal memburu saham Bisnis sempat melonjakkan IHSG di 1.499,071 pada Rabu 3 Mei. Ini adalah IHSG tertinggi sepanjang sejarah BEJ. Dalam sepekan, IHSG menguat 18,655 poin atau 1,27% dari 1.464,406 menjadi 1.483,061. Minggu ini pemodal masih akan mencermati sidang The Fed maupun pertemuan Dewan Gubernur BI. Pemodal akan memborong saham unggulan jika BI mempercepat penurunan BI Rate.