Tuesday, April 25, 2006

[Bisnis] 25 April 2006

News:
  • Cemex Asia Holdings telah mencapai kesepakatan dengan Grup Rajawali untuk melepas 25,53% sahamnya di PT Semen Gresik Tbk. Perusahaan semen asal Meksiko itu diketahui telah bersedia melepas hak veto yang dimilikinya, sehingga penjualan terhadap Grup Rajawali tidak melibatkan keberadaan hak veto tersebut.
  • PT Astra Argo Lestari Tbk akan membagikan dividen Rp 325 per saham atau total Rp 511,79 miliar, hampir 65% dari laba bersih tahun lalu yang mencapai Rp 790,41 miliar.
  • PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) berencana menjual kepemilikan sahamnya di PT BNI Securities kepada investor strategis setelah restrukturisasi dan penyehatan sekuritas itu rampung. Beberapa eksekutif yang mengetahui transaksi itu mengatakan meski belum diputuskan secara pasti, BNI bakal melepas kepemilikan sahamnya di BNI Securities hingga 49%.
  • PT Bank Buana Indonesia Tbk menargetkan memperoleh tambahan dana Rp 823,5 miliar melalui penawaran umum saham terbatas (rights issue) ketiga yang rencananya efektif mulai 19 Mei mendatang. Sebanyak 915 juta lembar saham baru dengan nilai nominal Rp 250 dan nilai penawaran Rp 900 akan dijual bank publik itu. Penawaran ditargetkan dapat terealisasi pada triwulan II 2006.
  • PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk akan melunasi sisa pokok obligasi I yang jatuh tempo pada hari ini sebesar Rp 99 miliar, dari total emisi Rp 300 miliar pada 2003. Obligasi I Bank Bumiputera diterbitkan pada 25 April 2003 dengan nilai total pokok emisi sebesar Rp 300 miliar. Namun, perseroan telah melakukan pembelian kembali (buy back) sebesar Rp 201 miliar, sehingga pelunasan sisa pokok obligasi yang akan dilakukan hari ini tinggal Rp 99 miliar.
  • Kendati investor asing masih membukukan nilai transaksi beli positif (net buying) di PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), indeks harga saham gabungan (IHSG) kemarin ditutup turun 16,42 poin atau 1,13% menjadi 1.442,87 dari 1.459,29 pada akhir pekan lalu. Total nilai transaksi di BEJ kemarin mencapai Rp 2,12 triliun dengan volume transaksi 2,14 miliar saham dan frekuensi 25.675 kali. Total nilai transaksi beli investor asing Rp 689,13 miliar dan nilai transaksi jual Rp 684,65 miliar sehingga membukukan net buying sebesar Rp 4,49 miliar.
Market Reviews:
  • Investor kembali melepas saham blue chips yang masih berpotensi gain. Konsolidasi pasar tersebut dilakukan pemodal karena mayoritas saham bisnis sudah memasuki area jenuh beli (overbought). Selain itu, harga minyak dunia yang kembali melambung di level US$74 per barel ikut menyulut profit taking di bursa. Begitu juga, merosotnya bursa regional turut menjatuhkan saham Bisnis di BEJ. Aksi ambil untung pemodal cukup rasional mengingat kenaikan harga saham dan IHSG yang tajam pekan lalu. Pelaku pasar melakukan konsolidasi agar saham Bisnis tetap atraktif di masa depan.
  • Profit taking yang dimotori saham kapitalisasi besar telah merosotkan indeks BI-40 sebesar 1,19% pada 399,151. Pelaku pasar umumnya tak ingin mengambil risiko di bursa. Karena itu, mereka agresif membuang saham Bisnis guna mengamankan portofolionya. Terobosan investor tersebut dimaksudkan untuk membeli kemabli saham blue chips di harga lebih murah. Bagaimanapun, potensi penguatan saham Bisnis mulai terbatas. Secara teknis, mayoritas saham blue chips relatif mahal, sehingga sulit bergerak lebih tinggi. Total volume saham berpindahtangan 454 juta unit senilai Rp 1,17 triliun.
  • Di samping faktor teknis, merosotnya kurs saham unggulan juga dipicu anjloknya saham sejenis di mayoritas bursa regional. Koreksi tajam indeks Nikkei di bursa Tokyo mencapai 2,81% ikut berimbas ke bursa Jakarta. Begitu juga melemahnya indeks Hang Seng di bursa Hong Kong sebesar 1,22% serta anjloknya indeks Seoul 1,40% langsung menyulut investor merealisasikan keuntungan temporer di BEJ. Momentum pelemahan bursa Asia telah dimanfaatkan pemodal untuk melepas saham Bisnis yang bisa mendatangkan gain. Koreksi itu wajar karena bursa Asia telah menguat tajam pekan lalu.
  • Harus diakui, harga minyak dunia yang sempat melonjak hingga US$75 per barel telah mencemaskan investor di pasar modal. Pasalnya, lonjakan harga minyak yang dipicu krisis Iran dan Nigeria berpotensi memangkas harga saham ke tingkat lebih dalam. Bahkan fluktuasi harga minyak yang terus tajam bakal memangkas pendapatan maupun laba korporasi dunia tahun ini, termasuk emiten di BEJ. Apapun alasannya, harga minyak tinggi berpotensi mengganggu APBN pemerintah, terutama asumsi harga minyak. Pertumbuhan ekonomi nasional akan melambat jika harga minyak dunia tinggi.