Monday, April 17, 2006

[Bisnis] 17 April 2006

News:
  • PT Bumi Resources Tbk bakal membeli kembali (buyback) sahamnya maksimum 10% dari jumlah saham yang beredar di bursa pada harga maksimum Rp 1.200 per saham dan akan membagikan dividen Rp 100 – Rp 200 per saham. Corporate Finance Manager PT Danatama Makmur Vicky Ganda Saputra, penasihat keuangan emiten itu, mengatakan Bumi sudah memasukkan prospektus buyback kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) pada kamis, pekan lalu.
  • Rencana PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menerbitkan obligasi Rp 2,5 triliun yang sempat tertunda tahun lalu, bakal dilanjutkan bulan depan. Dananya untuk membiayai pembangunan sejumlah pembangkit listrik medio tahun ini. PLN menunjuk tiga penjamin emisi yaitu PT Danareksa Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Tbk, dan PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas Indonesia (AAA). Semula, PLN berencana menerbitkan obligasi Rp 2,5 triliun tahun lalu. Namun, akibat kenaikan tingkat bunga, BUMN itu sempat memangkas nilai emisi obligasinya menjadi hanya Rp 1,7 triliun. Namun, hingga Desember tahun lalu, rencana itu belum terlaksana. Surat utang yang akan diterbitkan itu merupakan obligasi PLN yang kedelapan dengan tenor di atas lima tahun. Rencananya, hasil emisi obligasi itu dimanfaatkan PLN untuk investasi baru setelah dilakukan pembiayaan kembali (refinancing) proyek PLTG Muara Tawar.
  • Bank NISP menjajaki kemungkinan merger dengan bank OCBC (Overseas Chinese Banking Corporation ) Indonesia, menyambut penerapan kebijakan single presence Bank Indonesia. Sebagaimana diketahui, BI berencana mengeluarkan kebijakan single presence untuk mempercepat konsolidasi perbankan nasional. Nantinya, dengan kewajiban ‘satu pemilik satu bank’, tak akan ada lagi satu kekuatan pengendali di beberapa bank. Menghadapi itu, beberapa bank yang dimiliki satu perusahaan diketahui siap melakukan merger atau akuisisi.
  • PT Summarecon Agung Tbk akan menerbitkan obligasi Rp 300 milliar yang akan digunakan untuk membeli lahan baru untuk mengembangkan bisnis properti. Perusahaan properti itu telah menunjuk PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas (AAA Sekuritas) sebagai penjamin emisi.
  • PT Federal International Finance (FIF), anak perusahaan PT Astra International Tbk, menaikkan nilai emisi obligasi keenamnya menjadi Rp 600 miliar dari rencana sebelumnya Rp 500 miliar. Penawaran obligasi tersebut mengalami kelebihan permintaan hingga lima kali atau sekitar Rp 3 triliun.
  • PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk sedang mengkaji lagi rencana penerbitan obligasi III untuk mendanai kredit kendaraan setelah menuntaskan emisi obligasi II senilai Rp 750 miliar.
  • Pemegang saham mayoritas PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, Paulus Tumewu, menjajaki rencana pelepasan sahamnya karena ketatnya persaingan di bisnis ritel dan persoalan pajak.
Market Reviews:
  • Ekspektasi pemodal terhadap pembagian dividen oleh para emiten BEJ berhasil mengangkat saham Bisnis ke level cukup tinggi. Pelaku pasar aktif memborong saham blue chips, sehingga kursnya meningkat cukup tinggi. Sentimen beli terutama menyentuh saham emiten BUMN dan beberapa kapitalisasi besar lainnya. Kalangan investor optimistis, perusahaan ‘plat merah’ akan memberikan dividen yang besar kepada pemegang sahamnya. Pasalnya, beberapa emiten BUMN berhasil membukukan pertumbuhan laba cukup tinggi, setidaknya pada tahun buku 2005.
  • Harus diakui, motivasi mendapatkan dividen sebagai pemicu utama investor memburu saham blue chips minggu lalu. Bahkan momentum itu telah dimanfaatkan pemodal untuk menyiasati berkurangnya sentimen positif di BEJ. Bagaimanapun, dampak perbaikan makro ekonomi terhadap transaksi di pasar saham mulai berkurang. Apalagi, hari aktif transaksi di BEJ pekan lalu relatif terbatas. Kenyataan tersebut tidak disia-siakan pemodal dimana mereka agresif memburu saham emiten yang diyakini membagikan dividen 2005. faktor dividen berpotensi mendongkrak harga saham Bisnis. Indeks BI-40 menguat 1,44% pada posisi 381,325 dari sebelumnya di 375,885. Total volume saham Bisnis yang diperjualbelikan mencapai 1,215 miliar unit senilai Rp 3,41 triliun. Kegiatan transaksi berlangsung marak karena dipicu ekspektasi pembagian dividen 2005. bahkan tingginya animo investor memborong saham BUMN dan beberapa bigshare ikut mendongkrak indeks BEJ ke level signifikan.