Thursday, April 13, 2006

[Bisnis] 13 April 2006

News:
  • Ratusan perusahaan asal Indonesia masuk ‘daftar hitam’ Bank Dunia karena terkait kasus dugaan korupsi, sehingga tak bisa menerima atau mengerjakan proyek bantuan dari lembaga tersebut. Presiden Bank Dunia Paul Wolfowitz mengatakan lembaganya telah menjalin kerja sama dengan beberapa bank pembangunan seperti Asia Development Bank, America Development Bank, dan Africa Development Bank terkait informasi ratusan perusahaan asal Indonesia itu. Wolfowitz menjelaskan pengumuman nama-nama perusahaan itu, yang bisa dilihat di situs Bank Dunia, merupakan bagian dari informasi publik yang harus dipaparkan. Dengan demikian publik akan mengetahui siapa saja yang menjadi koruptor dan apa yang mereka korupsi.
  • Pertamina akhirnya menunda kenaikan harga elpiji (liquefied petroleum gas/LPG) untuk industri dan rumah tangga sampai batas waktu yang belum ditentukan. Pembatalan itu dilakukan karena masyarakat menentang keras rencana itu.
  • UOB Kay Hian Securities Singapura, OSK Securities Berhard, dan satu bank investasi dari Hong Kong berminat membeli 25% - 51% saham PT Trimegah Securities Tbk. Beberapa sumber Bisnis yang mengetahui transaksi itu mengatakan selain dari dua calon investor tersebut, satu pemodal dari Hong Kong juga mengincar saham Trimegah yang dimiliki oleh Pieter Tanuri karena dia ingin memfokuskan pada bisnis ban.
  • PT Matahari Prima Tbk menunjuk UBS Securities sebagai lead manager dan Credit Suisse Group sebagai book runner untuk membantu penerbitan surat utang senilai US$250 juta atau setara Rp 2,25 triliun (asumsi kurs Rp 9.000 per US$1) pada akhir bulan depan. Beberapa sumber Bisnis mengatakan obligasi itu, diperkirakan jatuh tempo pada lima tahun ke depan, akan dimanfaatkan peritel terbesar di Indonesia berdasarkan penjualan untuk membiayai ekspansinya.
  • PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menandatangani perjanjian fasilitas pinjaman sindikasi berjangka waktu lima tahun dengan Standard Chartered Bank, ABN Amro N.V., BCA, dan Calyon Deutschland ekuivalen US$158juta. Dalam rilis perseroan yang diterima kemarin disebutkan pinjaman sindikasi tersebut atas tiga jenis mata uang yaitu US$60 juta, Rp 350 miliar, dan 7,07 miliar Yen. Pinjaman US$60 juta diperoleh dari ABN Amro dan Standard Chartered Bank masing-masing US$30 juta. Utang 7,07 juta Yen didapat dari ABN Amro dan Calyon yang masing-masing mengucurkan 3,53 miliar yen. Dan BCA meminjamkan Rp 350 miliar. Pinjaman sindikasi itu akan digunakan untuk membiayai kembali (refinancing) utang Indocement dalam Master Facilities Agreement (MFA) dengan total ekuivalen US$380 juta.
  • PT Indosat Tbk kemarin melunasi pokok dan bunga obligasi pertamanya yang diterbitkan pada 2001 senilai total Rp 992,2 miliar. Pelunasan utang obligasi itu membuat total beban bunga perseroan akan berkurang Rp 170 miliar per tahun, mulai triwulan II/2006. Dalam rilis Indosat disebutkan utang obligasi yang dilunasi terdiri dari pokok obligasi pertama seri A senilai Rp 778,7 miliar dan bunga untuk periode terakhir Rp 36,01 miliar, serta pokok obligasi seri B Rp 172,8 miliar dan bunganya Rp 6,91 miliar.