Friday, April 07, 2006

[Bisnis] 7 April 2006

News:
  • Cemex Asia Holdings menawarkan 25,53% (151.431.705 lembar) saham PT Semen Gresik Tbk miliknya seharga US$500 juta, setara dengan Rp 29.716 per saham, kepada calon investor yang berminat membeli saham tersebut. Semula Cemex membeli 14% saham Semen Gresik pada September 1998 dengan harga US$1,38 per saham atau Rp 12.420 per lembar dengan asumsi kurs Rp 9.000 per US$. Produsen semen Meksiko itu menggelar penawaran tender dan berhasil membeli 6% saham Semen Gresik. Selebihnya dibeli Cemex melalui bursa saham hingga porsi kepemilikannya saat ini menjadi 25,53%. Bila saham Semen Gresik ditawarkan pada harga Rp 29.716 per lembar, Cemex akan meraup keuntungan 139,25% atau Rp 17.296 per saham.
  • Peningkatan rasio kredit bermasalah di perbankan yang terjadi sepanjang 2005 berlanjut memasuki triwulan pertama tahun ini. Bila pada akhir Desember tahun lalu NPL mencapai 8,3% pada Februari 2006 mencapai 9,3%.
  • PT Bursa Efek Jakarta dan PT Bursa Efek Surabaya akan mengagendakan pembahasan masalah merger dalam RUPS mereka yang akan digelar pertengahan Mei 2006. Dirut BEJ Erry Firmansyah mengatakan akan memasukkan agenda merger dengan BES dalam RUPS yang akan digelar pada 18 Mei, merujuk pada pernyataan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Darmin Nasution bahwa penggabungan dua bursa itu akan dilaksanakan tahun ini juga.
  • PT Bank Niaga Tbk akan menerbitkan obligasi sebesar Rp 1,5 triliun pada tahun ini untuk mengatasi ketidaksesuaian (mismatch) dalam mendanai kredit perumahan yang bersifat jangka panjang.
  • Perum Pegadaian menerbitkan obligasi XI senilai Rp 500 miliar berjangka waktu 10 tahun dengan tingkat bunga berkisar 13% - 13,25%. Dirut Perum Pegadaian Dedi Kusdedi mengatakan emisi obligasi itu merupakan salah satu upaya memenuhi kebutuhan modal ekspansi selama 2005 yang mencapai angka Rp 1 triliun. Kebutuhan dana tersebut di luar dari keperluan modal dari Surat Utang Pemerintah (SUP) 005.
  • Kebijakan yang mengharuskan valuasi berdasarkan nilai pasar wajar harga obligasi menjadi salah satu penyebab laba emiten perbankan – yang menempatkan dananya di surat berharga itu – menurun, selain faktor naiknya rasio kredit bermasalah.
  • Harga saham di bursa Indonesia meningkat dengan indeks harga saham gabungan ditutup menyentuh titik tertinggi pada hari kedua. Harga saham PT Bank Central Asia Tbk kemarin ditutup naik setelah bank itu mengatakan segera memangkas tingkat bunganya. “tingkat bunga yang lebih rendah berarti marjin laba bank itu akan bertambah karena permintaan terhadap pinjaman akan naik”. Harga saham PT Aneka Tambang Tbk dan PT International Nickel Indonesia Tbk meroket setelah harga nickel melonjak ke titik tertinggi. Indeks naik 10,41 atau 0,8% ke titik 1.355,01 pada penutupan kemarin, melampaui rekor pada penutupan hari sebelumnya yang hanya mencapai 1.344,6. Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah belum lama ini mengatakan bank sentral akan menurunkan tingkat suku bunga secara gradual awal Mei atau Juni jika inflasi dapat ditahan. BI memangkas prediksi inflasi tahun ini menjadi 7% dari 8%.
Market Reviews:
  • Perburuan investor terhadap saham blue chips masih berlanjut. Pelaku pasar tak menyiakan kesempatan dan terus berburu saham bisnis yang berpotensi gain. Isyarat Bank Indonesia untuk mempercepat penurunan suku bunga BI Rate kembali berimbas positif terhadap perdagangan saham di BEJ. Pasalnya, tingkat suku bunga di dalam negeri yang rendah akan menggairahkan investasi di pasar modal. Bahkan mengingkatnya cadangan devisa nasional mencapai US$41 miliar turut membangkitkan animo investor bertransaksi di bursa. Asing masih terus menambah portofolionya di BEJ.
  • Kecenderungan itu tidak lepas dari membaiknya makro ekonomi nasional. Bagaimanapun, kurs rupiah yang tetap stabil di level Rp 9.000 per dolar AS berpotensi mendongkrak kinerja emiten tahun ini. Apalagi bila Bank Indonesia segera menurunkan suku bunga lebih awal dan inflasi tetap terkendali. Kondisi tersebut akan menyemarakkan pasar saham. Sejumlah saham unggulan Bisnis kembali terkerek, sehingga mampu melambungkan IHSG ke level 1.355,013, menguat 10,413 poin. Rekor indeks kembali terpecahkan atau merupakan posisi tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
  • Bahkan indeks komposit masih berpotensi menguat ke tingkat lebih tinggi. Tentu dengan asumsi, fundamental ekonomi terus menunjukkan tren pertumbuhan. Apa pun alasannya, penguatan rupiah mencapai 6,9% selama triwulan I 2006 adalah prestasi yang menggembirakan. Memang, Bank Indonesia baru akan menurunkan suku bunga pada triwulan ketiga. Namun begitu, tidak tertutup kemungkinan pemangkasan BI Rate bisa lebih cepat. Faktor ini pula yang mendorong inevstro kembali memburu saham Bisnis meski sebagian sudah overbought. Dampaknya, indeks BI-40 terkerek 0,72% di 373,883.
  • Perdagangan saham di BEJ berlangsung marak dengan volume saham berpindahtangan mencapai 3,965 miliar lembar senilai Rp 1,9 triliun. Investor asing mencatat net buying Rp 169 miliar. Minat beli asing terhadap saham blue chips masih tinggi. Bahkan dana asing jangka pendek yang masuk ke Indonesia dewasa ini, antara lain ke pasar modal. Selain fundamental ekonomi yang baik, tingginya animo asing berburu saham unggulan juga dipicu harga saham di BEJ yang dinilai masih murah. Asing terus memindahkan portofolionya dari bursa Thailand dan Filipina ke Indonesia.