Wednesday, April 05, 2006

[Bisnis] 5 April 2006

News:
  • Rupiah, untuk pertama kali selama 17 bulan terakhir ini, mampu menembus level Rp 9.000 per dolar AS, sementara Bank Indonesia tetap akan mempertahankan suku bunga tinggi meski laju inflasi mulai terkendali. Nilai tukar rupiah pada sesi penutupan kemarin menguat menjadi 8.900 per dolar AS dari posisi sebelumnya 9.038, menyusul respons positif pasar atas realisasi inflasi Maret yang hanya 0,03%.
  • Departemen Keuangan akan menerbitkan dua surat utang negara (SUN) lagi pada 18 April dengan jumlah indikatif Rp 3 triliun, mundur dari rencana semula yang diagendakan pada 11 April. Dua obligasi negara yang ditawarkan pada investor itu adalah seri ‘obligasi lama’ FR0026 (re-opening) yang memiliki masa jatuh tempo delapan tahun dengan tingkat kupon 11% serta seri FR0036 yang merupakan penerbitan obligasi negara seri baru dengan masa jatuh tempo 11 tahun.
  • Sejumlah pelaku pasar memberikan rekomendasi beli untuk saham emiten semen, berpegang pada kinerja keuangan tiga perusahaan semen sepanjang tahun lalu dan harga sahamnya yang masih relatif murah.
  • Bapepam tidak akan mengizinkan bursa efek menjadi pemegang saham Bond Pricing Agency (BPA), lembaga baru yang akan dibentuk untuk menangani pelaporan dan analisis harga obligasi, untuk menghindari konflik kepentingan.
  • PT Indofood Sukses Makmur Tbk, produsen mi instan terbesar di dunia, menyewa ING Groep NV untuk mengatur pinjaman senilai US$100 juta atau Rp 910 miliar untuk membiayai kembali utangnya. Pinjaman itu akan mendukung pencairan obligasi yang diterbitkan oleh anak usahanya yang berbasis di Mauritius tersebut akan jatuh tempo pada Juni 2007.
  • Abu Dhabi Islamic Bank, salah satu bank terkemuka di Uni Emirat Arab diketahui berminat membuka bank syariah dengan cara membeli bank di Indonesia dalam waktu dekat ini. Tim khusus dari Abu Dhabi Islamic Bank (ADIB) akan datang ke Indonesia untuk mempelajari sistem perbankan di negeri ini.
Market Reviews:
  • Koreksi teknis tampak menghambat pergerakan saham Bisnis ke tingkat lebih tinggi. Pelaku pasar langsung merealisasikan keuntungannya yang diperoleh sebelumnya guna menghindari risiko. Pasalnya, sejumlah saham unggulan sudah relatif mahal dan cenderung overbought. Profit taking atas saham kapitalisasi besar berlangsung di tengah menguatnya kurs rupiah hingga level Rp 9.001 per dolar AS. Pemodal tampaknya tak ingin mengambil risiko. Mereka masih menanti langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga SBI hari ini. Dampaknya, indeks BI-40 turun 0,01% di 365,791.
  • Sejak pembukaan perdagangan, pergerakan saham Bisnis tampak datar dan kurang begitu atraktif. Kalangan investor berhati-hati dan selektif dalam mengambil posisi jual beli di saham blue chips. Sebaliknya, pemodal hanya melakukan switching guna mempertahankan keuntungan di bursa. Aksi jual beli teknikal itu bisa dimaklumi karena investor berupaya menghindari risiko. Bahkan apresiasi rupiah yang sempat mencapai Rp 8.995 per dolar AS kurang berdampak signifikan terhadap pasar saham. Akumulasi antara faktor teknikal dan kecemasan atas melonjaknya harga minyak dunia turut melemahkan indeks BEJ 2,865 poin atau 0,22% menjadi 1.326,448.