Monday, January 23, 2006

[Bisnis] 23 Januari 2006

News:
  • PT Perusahaan Pengelola Aset akan menjual kepemilikan 28,39% sahamnya di Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) tahun ini. Pemegang saham BUMN tersebut telah memberikan persetujuannya. Persetujuan itu diperoleh dalam rapat umum pemegang saham pada 13 Januari lalu. Belum ditentukan jadwal persis rencana penjualan tersebut.
  • Para pemodal yang memiliki investasi di reksa dana Dana Unggul Investasi Terpercaya (DUIT) milik PT Eficorp Sekuritas, anak usaha Grup Texmaco, belum dapat mencairkan dana mereka sebesar Rp 124,92 miliar. Padahal pada April tahun lalu, Marimutu Sinivasan – pemilik Grup Texmaco – berjanji segera membayar dana para investor tersebut.
Market Reviews:
  • Krisis pembangunan senjata nuklir di Iran telah menjatuhkan bursa Jakarta pekan lalu. Pelaku pasar terus menyikapi ketegangan di kawasan Timur Tengah dengan mendiskon saham blue chips. Hampir semua investor regional membuang sahamnya sebagai antisipasi meningkatnya konflik antara AS dan Iran. Apalagi ketidakpastian di Timur Tengah itu telah memicu lonjakan harga minyak dunia ke level US$66 per barel. Hal itu membuat investor dunia, termasuk Jakarta panik menjual sahamnya. Dampaknya, mayoritas indeks bursa dunia terpangkas tajam minggu lalu.
  • Profit taking pemodal Jakarta juga dipicu memburuknya situasi geopolitik di Timur Tengah dan gejolak harga minyak dunia. Selain itu, fluktuasi rupiah yang cukup tajam dan sempat melemah hingga level Rp 9.505 per dolar AS ikut menjatuhkan saham Bisnis di bursa. Investor takut, kenaikan harga minyak dunia yang disulut ketegangan AS-Iran akan memangkas mata uang Asia. Perusahaan baal merevisi target laba maupun pendapatan tahun ini jika harga minyak dunia terus bergerak liar. Pasar saham maupun rupiah diperkirakan akan ‘buram’ apabila konflik Iran – AS berujung pada perang.
  • Di sisi lain, suku bunga AS yang kembali naik dikhawatirkan mendorong peningkatan suku bunga di dalam negeri. Memang, kebijakan bank sentral AS itu sudah diantisipasi pemodal namun tetap berimbas ke BI Rate dan SBI. Kemungkinan tersebut menyulut investor membuang saham blue chips pekan lalu. Derasnya sentimen jual pemodal menjatuhkan indeks BEJ 27,54 poin atau 2,20% menjadi 1.222,888 dibandingkan sebelumnya di level 1.250,428. Kejatuhan indeks komposit disulut anjloknya saham Bisnis. Indeks BI-40 merosot 2,20% pada 332,172 dari periode sebelumnya di 339,648. Pemodal tampak agresif mendiskon saham Bisnis untuk merealisasikan keuntungan temporer. Kecenderungan itu wajar karena secara teknis, mayoritas saham Bisnis sudah overbought.