Wednesday, January 18, 2006

[Bisnis] 18 Januari 2006

News:
  • Bank Indonesia akan menambah kepemilikan obligasi negara hingga lebih dari lima kali lipat akan dipergunakan sebagai salah satu instrumen moneter. Deputi Senior Gubernur BI Miranda S Goeltom mengatakan bank sentral berencana memiliki obligasi negara hingga Rp 60 triliun.
  • Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta kembali dilanda aksi ambil untung oleh investor yang ingin segera merealisasikan keuntungan, sehingga turun 22,386 poin (1,81%) ke level 1.212,870. Data perdagangan saham BEJ mengungkapkan sejumlah 1,312 miliar saham diperjualbelikan dengan transaksi senilai Rp 1,27 triliun dan frekuensi mencapai 20.185 kali.
  • Barang dagangan yang bervariasi menjadi salah satu daya tarik investor. Meski produk derivatif kontrak opsi saham (KOS) belum sukses di pasar, Bursa Efek Jakarta kembali akan meluncurkan produk derivatif baru yaitu cover waran. Cover waran adalah produk derivatif yang diterbitkan oleh non-emiten atau institusi yang bukan penerbit saham. Waran didefinisikan sebagai opsi membeli sejumlah tertentu saham pada harga yang telah ditentukan dalam periode tertentu pada harga pembelian yang lebih tinggi daripada harga pasar berlaku. Perbedaannya dengan waran adalah, cover waran diterbutkan oleh non-emiten, sedangkan waran diterbitkan oleh emiten atau perusahaan yang mengeluarkan saham. Saham yang dipilih sebagai acuan cover waran ini, antara lain memiliki kapitalisasi pasar yang besar.
Market Reviews:
  • Tekanan jual investor terhadap saham unggulan tampak semakin deras. Pelaku pasar tidak berani memegang sahamnya dalam waktu lama. Aksi ambil untung selain dipicu lonjakan kurs saham Bisnis yang sudah tinggi, juga akibat melemahnya bursa regional dan kurs rupiah di pasar valas. Pemodal khawatir, kenaikan harga minyak dunia mencapai US$64 per barel yang disulut ketegangan di kawasan Timur Tengah akan terus berlanjut. Hal itu pada akhirnya memangkas harga saham maupun kurs rupiah. Kinerja emiten bakal terganjal jika harga minyak kembali bergolak.
  • Disisi lain, penguatan indeks BEJ yang terlampau cepat telah menyulut profit taking di bursa selama empat hari terakhir. Memang, secara teknis, mayoritas saham Bisnis sudah memasuki area jenuh beli atau overbought. Sehingga tekanan jual yang terus berlanjut adalah hal yang wajar. Namun begitu, sentimen negatif global yang ditandai ketegangan antara AS dan Iran soal pengembangan senjata nuklir berpotensi menyurutkan gairah investasi di pasar saham. Apalagi harga minyak dunia mulai merangkak naik yang mana akan mengganjal pendapatan maupun laba perusahaan besar.
  • Kekhawatiran pelaku pasar atas tersendatnya pasokan minyak mentah dunia tadi telah menyulut tekanan jual di BEJ kemarin. Indeks komposit terpangkas tajam 22,386 poin atau 1,81% menjadi 1.212,870. Sebagian besar saham blue chips dibuang investor sehingga kursnya merosot cukup dalam. Bahkan saham kapitaliasasi besar kembali menyumbang kemerosotan indeks kemarin. IHSG sempat terpuruk 30 poin sebelum menguat lagi menjelang penutupan Selasa kemarin. Kendati begitu, aktivitas transaksi bergairah dengan volume saham berpindahtangan 2,836 miliar unit senilai Rp 1,3 triliun.
  • Derasnya tekanan jual di saham unggulan ikut menjatuhkan indeks BI-40 sebesar 1,88% pada posisi 328,517. begitu juga indeks LQ45 merosot 2,08% di posisi 266,518. Jumlah saham Bisnis yang diperjualbelikan sebanyak 407 juta unit senilai Rp 983 miliar. Investor asing membukukan net buying Rp 87 miliar dan rupiah melemah tipis di posisi Rp 9.465 per dolar AS. Aksi ambil untung pemodal regional turut disikapi investor Jakarta dengan membuang saham blue chips.