Thursday, January 19, 2006

[Bisnis] 19 Januari 2006

News:
  • Setelah sempat difavoritkan Bank Mandiri, konsorsium Sampoerna Strategic akhirnya mengundurkan diri dari proses penawaran 100% saham PT Kiani Kertas menyusul ketidaksepakatan dengan kreditor terbesar itu.
  • Pengusaha Eka Tjipta Widjaja – mantan pemilik Bank Internasional Indonesia – diketahui berani ‘pasang badan’ terkait pengambilalihan 100% saham Bank Shinta Indonesia oleh kelompok usaha miliknya, Sinar Mas Group. Secara tersirat, Bank Indonesia mengakui Eka Tjipta telah menandatangani surat pernyataan tentang kesanggupannya untuk bertanggung jawab atas keberadaannya di Bank Shinta. Hal ini sesuai dengan aturan yang berlaku. Deputi Gubernur BI Siti Ch. Fadjrijah mengatakan berdasarkan peraturan Bank Indonesia mengenai uji kepatutan, seseorang yang pernah tidak lulus berhak mendapat kesempatan satu kali lagi untuk berkiprah di perbankan dengan lebih dulu membuat surat pernyataan.
  • Kejadian penting di kawasan regional menjadi pemicu utama penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta, sehingga kembali turun 19,674 poin (1,62%) ke level 1.193,196. Berdasarkan data perdagangan saham BEJ, sejumlah 762,26 juta lot saham telah diperjualbelikan dengan transaksi senilai Rp 1,045 triliun dan frekuensi transaksi mencapai 17.511 kali.
  • PT Branta Mulia Tbk akan membayar bunga ke-7 Obligasi Branta Mulia I tahun 2004 dengan tingkat bunga tetap sebesar Rp 7,56 miliar yang akan jatuh tempo hari ini. Sekretaris Perusahaan Branta Mulia Vonny Juwono menjelaskan pemegang obligasi yang berhak menerima pembayaran atas bunga ketujuh obligasi perseroan adalah yang namanya tercatat dalam daftar pemegang obligasi dalam penitipan kolektif PT Kustodian Sentral Efek Indonesia pada 9 Januari 2006. Kewajiban pembayaran kupon itu nilainya mencapai Rp 7,56 miliar, sedangkan kewajiban pajaknya Rp 471,562 juta.
Market Reviews:
  • Panik jual investor terhadap saham unggulan masih terus berlanjut di BEJ. Sentimen negatif regional dan pelemahan rupiah kembali menyulut kejatuhan saham Bisnis. Selain itu, antisipasi terhadap kenaikan suku bunga Fed dan meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran ikut mendorong investor melakukan profit taking. Pelaku pasar tak ingin mengambil risiko di tengah kondisi pasar yang kurang menguntungkan. Bagaimanapun, fluktuasi rupiah yang tajam atas dolar AS berpotensi menghambat gairah transaksi di BEJ. Kurs saham unggulan akan terus berguguran sampai akhir minggu ini.
  • Akumulasi berbagai sentimen negatif di atas menjatuhkan indeks BEJ 19,674 poin atau 1,62% menjadi 1.193,196. Investor cemas, berlanjutnya kontroversi pengembangan teknologi nuklir Iran bisa mengurangi pasokan minyak mentah di pasar dunia. Selain itu, suku bunga Fed bakal dinaikkan menjadi 4,50% seiring membaiknya data ekonomi AS bulan lalu. Hal ini bisa menyulut Bank Indonesia merevisi tingkat BI Rate maupun suku bunga SBI di dalam negeri. Kenyataan tersebut pada akhirnya akan memukul bursa saham karena investor makin agresif membuang saham di bursa Jakarta.
  • Sementara itu, profit taking terhadap saham blue chips masih berlangsung sampai perdagangan hari ketiga minggu ini. Berbagai saham kapitalisasi besar kembali dibuang investor sehingga kursnya terpangkas tajam. Indeks BI-40 anjlok 1,77% pada 322,702. Demikian halnya indeks LQ45 terpuruk 1,77% di titik 261,790. Pemodal panik, berlarutnya krisis nuklir di Iran bakal menyeret perang di kawasan Timur Tengah. Faktor ini pula yang menyulut investor regional mendiskon saham di bursa masing-masing. Selain itu, fluktuasi harga minyak dunia ikut menjatuhkan indeks bursa saham dunia.
  • Disisi lain, merosotnya kurs rupiah ke level Rp 9.505 per dolar AS ikut disikapi pemodal dengan melepas saham blue chips di BEJ. Pasalnya, depresiasi rupiah akan memicu naiknya suku bunga di dalam negeri. Apalagi bila yen terus melemah terhadap dolar AS dan krisis nuklir Iran tak segera berakhir.