Saturday, April 01, 2006

[Bisnis] 1 April 2006

News:
  • PT Pertamina menaikkan harga jual sejumlah bahan bakar minyak untuk industri, kecuali minyak tanah, periode April 2006 yang berkisar 1,69% sampai dengan 4,08%. Juru bicara PT Pertamina Mochammad Harun menjelaskan faktor utama kenaikan harga itu karena meningkatnya harga Midd Oil Platt’s Singapore (MOPS) yang bervariasi antara 2,78% hingga 5,19%.
  • Pemerintah akan memangkas jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari 165 perusahaan saat ini menjadi hanya 25 perusahaan pada tahun 2020. Pemangkasan akan dilakukan melalui konsolidasi (merger), pembentukan holdings, likuidasi, divestasi, dan privatisasi.
  • PT Matahari Putra Prima Tbk menargetkan jadi perusahaan ritel terbesar dengan nilai pendapatan mencapai US$2 miliar pada 2010, dengan memperluas jaringan pemasaran. Omzet itu dua kali proyeksi pendapatan perusahaan tahun ini yang mencapai US$1 miliar atau setara dengan Rp 9 triliun. Sedangkan pada tahun lalau total pendapatan perusahaan mencapai Rp 7 triliun atau naik 23% dibandingkan tahun 2004.
Market Reviews:
  • Aksi window dressing membayangi perdagangan saham di BEJ pekan lalu. Sejumlah pemain besar aktif memborong saham blue chips guna mempertahankan kursnya di level signifikan. Hal ini berkaitan dengan berakhirnya perdagangan saham kuartal pertama 2006. Beberapa emiten berupaya mendongkrak sahamnya agar tetap atraktif dan sinkron dengan pertumbuhan keuangannya. Terobosan pemodal itu wajar karena transaksi hari Rabu kemarin merupakan hari terakhir di bulan Maret.
  • Pelaku pasar mulai mencermati kinerja keuangan emiten yang berakhir 30 Maret 2006. Beberapa saham emiten yang diyakini membukukan pertumbuhan kinerja positif aktif diakumulasi investor. Perburuan pemodal atas kelompok saham tersebut bisa dimaklumi. Pasalnya, pemodal tak ingin mengambil risiko di tengah penantian terhadap hasil keuangan emiten kuartal pertama 2006.
  • Seperti diketahui, setiap menjelang berakhirnya tahun buku biasanya terjadi pembelian saham dalam jumlah besar. Akumulasi beli investor bertujuan menjadia agar harga saham tetap berada di teritori positif. Bahkan, harga saham harus sebanding dengan pertumbuhan keuangan emiten tadi. Pembelian kembali emiten terhadap sahamnya sendiri atau window dressing mampu mengangkat indeks BI-40 sebesar 0,74% pada 363,583 dari sebelumnya di 360,889. Hari aktif bursa yang terbatas tidak menghalangi investor untuk mengakumulasi saham blue chips. Total volume saham Bisnis yang berhasil diperdagangkan sebanyak 995 miliar unit senilai Rp 2,51 triliun.
  • Kenaikan saham unggulan ikut mendorong indeks BEJ 11,600 poin atau 0,88% menjadi 1.322,974 dibandingkan sebelumnya di 1.311,374. Asing net buying Rp 27,90 miliar dan rupiah ditutup melemah di Rp 9.140 per dolar AS. Sentimen window dressing berhasil mendorong indeks komposit ke tingkat lebih tinggi. Pelaku pasar memanfaatkan momentum berakhirnya perdagangan kuartal pertama di BEJ dengan memborong saham blue chips yang berpotensi gain. Selain berupaya mendongkrak saham Bisnis agar tetap atraktif, pembelian investor atas saham Bisnis juga bertujuan mempertahankan indeks BEJ di level 1.325-an. Tindakan pemodal itu cukup rasional karena secara teknis harga saham blue chips sudah mahal dan overbought. Investor sengaja memoles harga saham agar tetap kompetitif hingga kuartal kedua nanti.
  • Selain diramaikan aksi window dressing, maraknya transaksi saham di BEJ sepekan juga sejalan dengan penguatan rupiah. Apresiasi rupiah mencapai Rp 9.025 per dolar AS mendorong investor berburu saham blue chips. Utamanya adalah saham emiten Bisnis yang diuntungkan penguatan rupiah tersebut. Dimata pemodal BEJ, apresiasi rupiah atas dolar AS belakangan ini akan mengurangi beban utang emiten. Bahkan kurs rupiah yang terus membaik diyakini bisa mempercepat emiten melakukan restrukturisasi utangnya dengan kreditur. Perusahaan publik diharapkan lebih leluasa dalam berekspansi.
  • Sementara itu, kenaikan suku bunga Fed yang sesuai dengan ekspektasi pasar sebesar 25 basis poin turut menyulut pemodal bermain selektif di saham blue chips. Investor berharap kenaikan suku bunga AS kali ini adalah yang terakhir sebagaimana sinyalemen Gubernur The Fed, ben Bernanke beberapa waktu lalu. Faktor ini pula yang menyulut investor terus bertransaksi di BEJ meski di hari terakhir perdagangan terjadi profit taking. Yang jelas, dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan suku bunga The Fed kurang signifikan.