Thursday, March 23, 2006

[Bisnis] 23 Maret 2006

News:
  • Bank Indonesia mengumumkan lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) kemarin berhasil menyerap Rp 27,34 triliun dengan tingkat suku bunga rata-rata tertimbang SBI hasil lelang 12,73%. Suku bunga SBI tersebut lebih tinggi tiga basis poin dari minggu sebelumnya yang 12,70%. Jumlah yang diserap tersebut sama dengan jumlah penawaran yang masuk. Tingkat rata-rata tertimbang SBI tersebut tidak merupakan arah kebijakan BI, namun hanya mencerminkan keseimbangan proses penawaran dan permintaan pasar. Sejak penerapan inflation targeting framework (ITF) pada Juli 2005, arah kebijakan BI ditetapkan melalui besarnya BI Rate yang saat ini besarnya 12,75%.
  • Departemen Keuangan menawarkan penukaran sembilan obligasi negara yang akan jatuh tempo pada periode 25 Februari 2007 – 25 Juli 2009 dengan obligasi negara FR0022. Obligasi negara seri FR0022 merupakan surat utang negara berbunga tetap sebesar 12% dengan masa jatuh tempo 15 September 2011. harga penawaran seri FR0022 itu ditetapkan sebesar 99,48%. Sementara seri obligasi negara yang bisa ditawarkan pada lelang 23 Maret itu terdiri dari tiga seri berbunga tetap dan enam seri berbunga mengambang. Seri obligasi yang berbunga tetap dan mengambang itu adalah
    • Seri FR0029 dengan kupon 9,5% dan masa jatuh tempo 15 April 2007.
    • Seri FR0005 dengan kupon 12,25% dan masa jatuh tempo 15 Juli 2007.
    • Seri FR0002 dengan kupon 14% dan masa jatuh tempo 15 Juni 2009.
    • Seri VR0011 dengan kupon 12,92% dan masa jatuh tempo 25 Februari 2007.
    • Seri VR0012 dengan kupon 12,73% dan masa jatuh tempo 25 September 2007.
    • Seri VR0013 dengan kupon 12,915% dan masa jatuh tempo 25 Januari 2008.
    • Seri VR0014 dengan kupon 12,92% dan masa jatuh tempo 25 Agustus 2008.
    • Seri VR0015 dengan kupon 12,73% dan masa jatuh tempo 25 Desember 2008.
    • Seri VR0016 dengan kupon 12,91% dan masa jatuh tempo 25 Juli 2009.
  • Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menunggu laporan resmi dari PT Bumi Resources Ynk dan PT Energi Mega Persada Tbk mengenai berbagai aksi korporasi yang direncanakan.
  • Bapepam akan menggunakan sistem transaksi PT Bursa Efek Surabaya (BES) dalam pembentukan dan pencairan harga (price discovery) obligasi (bond) yang mencerminkan pasar.
  • Setelah tiga hari berturut-turut melonjak signifikan, indeks harga saham gabungan Bursa Efek Jakarta kembali melemah dan ditutup menurun 24,814 poin atau 1,87% ke level 1.302,328 karena alasan teknikal. Meski indeks turun sebesar 1,87%, data perdagangan saham di BEJ menunjukkan transaksi perdagangan saham masih ramai. Sejumlah 3,461 miliar saham telah diperjualbelikan senilai Rp 2,73 triliun. Harga 29 saham naik, 99 saham harganya turun, dan selebihnya 62 harga saham ditutup stagnan.
Market Reviews:
  • Koreksi tajam kurs Bumi Resources langsung memangkas saham unggulan Bisnis di bursa. Pelaku pasar antusias membuang saham BUMI karena dipicu kekhawatiran merosotnya kinerja emiten pasca pelepasan anak perusahaan pekan lalu. Bagaimanapun, penjualan saham perseroan di PT Arutmin, Kaltim Prima Coal, dan Indocoal Resources membuat BUMI kehilangan ‘mesin uang’ utamanya. Dengan demikian, pendapatan maupun laba perseroan akan berkurang di masa mendatang. BUMI mungkin hanya mengandalkan pemasukan dari merger dengan PT Energi Mega Persada.
  • Di sisi lain, lepasnya ‘lumbung’ pendapatan BUMI di tiga anak perusahaan berpotensi menghambat ekspansi. Perseroan sendiri berencana melakukan merger dengan mekanisme pertukaran saham atau share swap pada Juli nanti. Dari hasil merger tersebut, BUMI akan berinvestasi pada sektor baru bara cair guna mendongkrak pendapatan usahanya. Meski demikian, terobosan BUMI itu belum terealisir, sehingga investor takut memegang sahamnya lebih lama. Dampaknya, kurs BUMI anjlok tajam Rp 80 atau sekitar 8,16% menjadi Rp 900 per unit. Nilai transaksi BUMI mencapai Rp 866 miliar.
  • Derasnya aksi profit taking di saham BUMI ikut merambat ke saham blue chips lainnya. Koreksi harga tersebut mengakibatkan indeks BI-40 terpangkas 2,17% pada 357,756. Pemodal terus mendiskon saham unggulan yang kursnya sudah mahal dan overbought. Tindakan investor itu cukup rasional karena potensi penguatan saham kapitalisasi besar mulai terbatas. Ini akibat lonjakan harga saham yang sudah terlampau tinggi. Total volume saham Bisnis yang berpindahtangan 1,24 miliar unit senilai Rp 1,69 triliun. Asing net selling Rp 122 miliar dan rupiah menguat di Rp 9.088 per dolar AS.
  • Harus diakui, anjloknya saham BUMI kemarin seakan membalikkan euforia yang terjadi sebelumnya dimana saham tersebut menjadi ‘primadona’ bursa. Pelepasan aset BUMI di tiga anak perusahaan senilai US$3,2 miliar rupanya hanya berdampak temporer. Pelaku pasar mulai bersikap rasional terhadap keberhasilan BUMI meraup dana segar pekan lalu. Bahkan lonjakan kursnya yang fantastis langsung diikuti dengan koreksi tajam. Fenomena tersebut mengindikasikan saham BUMI akan kembali terpuruk di masa depan. Saham BUMI sempat menyentuh level tertinggi di Rp 1.070 per lembar.
  • Antusiasme pemodal membuang saham BUMI ikut berimbas ke saham kapitalisasi besar lainnya. Mayoritas saham unggulan terpangkas dalam jumlah bervariasi. Koreksi paling tajam menerjang saham Astra International, Inco, Gudang Garam, dan Bank BCA. Meski demikian, koreksi harga saham unggulan maupun indeks komposit kemarin lebih disulut faktor teknikal.