Thursday, April 06, 2006

[Bisnis] 6 April 2006

News:
  • Penguatan rupiah hingga menembus level 9.000/US$ mengindikasikan sentimen kuat investor yang menghendaki perubahan pada perekonomian nasional, sementara Bank Indonesia akan mempercepat penurunan suku bunga secara bertahap.
  • Meski rencana induk pasar modal menyebutkan BEJ dan BES dimerger dua tahun lagi, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menegaskan merger dua bursa tersebut dituntaskan tahun ini. Ketua Bapepam Darmin Nasution mengatakan guna mewujudkan merger itu, direks Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) harus mendapatkan persetujuan dari pemegang sahamnya pada semester pertama tahun ini.
  • Rapat umum pemegang saham (RUPS) Bank Jabar menyetujui usulan manajemen untuk melepaskan saham melalui initial public offering (IPO) terbatas sebesar 20%, dengan proyeksi dana yang masuk Rp 1,6 triliun.
  • Pemerintah akan menggunakan haknya untuk membeli lebih dahulu (pre-emptive right) 25,53% saham PT Semen Gresik Tbk (SG) yang akan dilego oleh Cemex Asia Holdings. Menneg BUMN Sugiharto mengatakan pemerintah sebagai pemegang 51% saham Semen Gresik kini mengkaji secara hukum untuk menggunakan hak itu. Pre-emptive right adalah hak yang dimiliki pemegang saham di suatu perusahaan untuk membeli saham dari pemilik lainnya sebelum ditawarkan kepada pembeli lain.
  • PT Bank Bumi Arta Tbk (BBA) akan melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) untuk melepas 210 juta saham (9,1%) kepada publik. Dengan kisaran harga penawaran sebesar Rp 150 – Rp 250 per saham, maka dana segar yang akan dihimpun perseroan dari publik akan berjumlah sekitar Rp 31,5 miliar – Rp 52,5 miliar. Menurut Dirut BBA Rachmat Mulia Suryahusada, 70% perolehan dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan pemberian pinjaman.
Market Reviews:
  • Kondisi makro ekonomi yang membaik dengan ditandai penguatan rupiah atas dolar AS, turunnya inflasi, serta stabilitas suku bunga SBI telah menggairahkan transaksi di BEJ. Pelaku pasar antusias memburu saham blue chips yang berfundamental baik dan prospektif. Perburuan pemodal terfokus pada saham emiten yang diuntungkan oleh apresiasi rupiah terhadap dolar AS. Selain itu, beberapa saham lapis kedua ikut dibeli investor, sehingga kursnya naik cukup tinggi. Penguatan rupiah hingga Rp 8.990 per dolar AS secara langsung akan memangkas beban utang emiten.
  • Tingginya animo investor memborong saham unggulan dan lapis kedua mampu mendongkrak indeks BI-40 sebesar 1,47% pada posisi 365,791. Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi nasional menyulut investor menambah portofolionya di BEJ. Bagaimanapun, tren penguatan rupiah atas dolar AS belakangan ini mengindikasikan makro ekonomi yang membaik. Di sisi lain, laju inflasi Maret yang terkendali di level 0,03% mempertebal keyakinan pemodal bahwa target inflasi 2006 sebesar 9% bisa tercapai. Inflasi year on year 15,74% dan diperkirakan terus turun sampai akhir tahun ini.
  • Sementara itu, kurs rupiah yang tetap bertengger di level Rp 9.000 per dolar AS akan mengurangi biaya operasional perusahaan. Utamanya adalah emiten yang memiliki impor bahan baku tingga dalam kegiatan produksi. Bahkan utang dolar emiten pun akan terpangkas signifikan apabila kurs rupiah tetap stabil di level Rp 9.000 per dolar AS. Perusahaan yang saat ini sedang melakukan restrukturisasi turut menikmati keuntungan akibat apresiasi rupiah atas dolar AS yang terus berlanjut. Di mata pemodal, penguatan rupiah adalah kesempatan terbaik untuk menambah portofolio di saham unggulan Bisnis.
  • Lonjakan harga yang dimotori kelompok saham perbankan ikut melambungkan indeks BEJ 18,152 poin atau 1,37% menjadi 1.344,600. IHSG kembali mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Pemodal masih antusias memborong saham unggulan untuk investasi jangka panjang. Momentum penguatan rupiah, terkendalinya laju inflasi serta stabilnya suku bunga SBI dimanfaatkan pemodal berburu saham blue chips. Kalangan investor optimistis, Bank Indonesia akan tetap mempertahankan BI Rate di level 12,75% sehingga investasi di pasar saham terus marak.