Tuesday, April 18, 2006

[Bisnis] 18 April 2006

News:
  • Pemerintah membentuk konsorsium BUMN dan swasta untuk menggarap proyek mass rapid transport (MRT) satu jalur sepanjang 15,4 km dengan biaya sekitar US$550 juta. Proyek yang diberi nama Jakarta Metro System itu akan membentang dari Lebak Bulus sampai dengan Bunderan Hotel Indonesia. Proyek itu terdiri dari under ground lines dan elevated lines dengan 11 stasiun. Konsorsium itu terdiri dari 14 perusahaan yaitu PT Adhi Karya, PT Wijaya Karya, PT Hutama Karya, PT Pembangunan Perumahan, PT Waskita Karya, PT Indah Karya, PT Pradha, PT Wiratman Lan Industry, PT Inka, PT Bukaka Trans System, PT Kereta Api, PT Indonesia Transit Central (ITC), PT Global Protec Energy, dan PT Danareksa Sekuritas.
  • Cardig International Group (CIG) secara resmi mengambil alih 100% saham maskapai penerbangan Mandala Airlines yang selama ini dikuasai oleh Yayasan Dharma Putra Kostrad. Pengambilalihan salah satu maskapai penerbangan tertua di Indonesia itu direncanakan sejak lama, namun transaksi pembelian saham oleh Cardig baru efektif dilakukan pada 12 April 2006.
  • PT Lippo Karawaci Tbk berencana membagikan dividen Rp 58,7 miliar atau 16,34% dari laba bersih tahun lalu yang mencapai Rp 359 miliar. Dalam siaran pers yang diterima Bisnis disebutkan selain menyetujui rencana pembagian dividen, rapat umum pemegang saham (RUPS) dan rapat umum luar biasa yang digelar kemarin juga menyetujui rencana pemecahan nilai nominal saham perseroan serta rencana restrukturisasi guna meningkatkan kinerja. Nominal saham Lippo Karawaci yang semula Rp 500 per saham akan dipecah menjadi Rp 250 per saham.
  • PT Bank Lippo Tbk berencana menerbitkan obligasi subordinasi US$150 juta atau setara dengan Rp 1,35 triliun (dengan asumsi Rp 9.000 per US$1) bulan depan untuk meningkatkan modal bank tersebut. Beberapa bankir investasi yang mengetahui rencana transaksi tersebut mengatakan Bank Lippo juga telah mengirimkan proposal permintaan kepada sejumlah bank investasi sebagai seleksi awal menjadi pengatur penerbitan surat utang itu.
  • Harga minyak dunia di New York, kemarin menembus level US$70 per barel, di tengah kekhawatiran perubahan kandungan bensin yang dapat mengganggu pasokan bahan bakar menjelang periode puncak penggunaan kendaraan di AS. Sementara Indonesia bakal mendesak negara-negara pengekspor minyak (OPEC) agar meningkatkan produksinya guna menekan harga minyak dunia. Peningkatan harga minyak juga disebabkan gangguan pasokan komoditas Iran, di tengah perkembangan kasus penelitian nuklir negara itu.
Market Reviews:
  • Potensi gain dari saham unggulan Bisnis masih cukup besar. Hal itu tercermin dari animo investor terhadap saham blue chips pada perdagangan awal minggu ini. Beberapa saham kapitalisasi besar kembali diakumulasi investor untuk investasi jangka panjang. Kecenderungan tersebut dipicu optimisme penurunan suku bunga BI Rate serta penguatan rupiah atas dolar AS. Pelaku pasar tak ingin menyiakan kesempatan, sehingga mereka terus bermain selektif di saham unggulan. Selain faktor suku bunga BI Rate dan rupiah, aksi beli investor disulut keinginan untuk mendapatkan dividen 2005.
  • Dibagian lain, penantian investor terhadap masuknya dana asing ke pasar modal turut mendorong pembelian saham Bisnis di bursa. Kalangan investor melakukan trading temporer guna mendapatkan keuntungan jangka pendek. Terobosan pemodal itu wajar mengingat potensi penguatan saham blue chips masih terbuka meski mulai terbatas. Bahkan sebagian pemodal cenderung melepas saham kapitalisasi besar dan beralih ke saham lapis kedua. Bagaimanapun stabilitas kurs rupiah di level Rp 8.985 per dolar AS, turunnya inflasi, serta kemungkinan turunnya BI Rate berpotensi menaikkan saham Bisnis.
  • Pada transaksi Senin 17 April, indeks BI-40 ditutup menguat 0,35% pada 382,677. Total volume saham Bisnis yang berhasil diperjualbelikan sebanyak 476 juta unit senilai Rp 896 miliar. Momentum penguatan rupiah atas dolar AS terus dimanfaatkan pemodal memburu saham blue chips. Bahkan beberapa saham pilihan yang diuntungkan penguatan rupiah serta lonjakan harga minyak dunia kembali diapresiasi investor BEJ. Begitu juga saham emiten yang membukukan pertumbuhan laba tinggi pada tahun 2005. Secara teknis, saham Bisnis sudah overbought namun tetap menarik.
  • Penguatan harga yang dimotori saham pertambangan dan perbankan ikut menaikkan indeks BEJ 4,663 poin atau 0,34% menjadi 1.386,785. Level IHSG kembali tertembus dan mencatat rekor baru dalam sejarah bursa Jakarta. Ada indikasi Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga BI Rate secara bertahap. Kebijakan otoritas moneter tersebut diyakini pemodal akan berimbas positif terhadap pasar saham. Oleh sebab itu, mereka terus menambah portofolionya di bursa. Sementara itu, aksi korporasi yang dilakukan sejumlah emiten dengan membagikan dividen kepada pemegang sahamnya ikut mempertahankan IHSG di teritori positif. Pemodal tetap optimis, emiten BUMN akan memberikan dividen yang besar.