Saturday, April 22, 2006

[Bisnis] 22 April 2006

News:
  • Dirut PLN Eddie Widiono ditetapkan sebagai tersangka kasus tindak pidana korupsi Rp 122 miliar dalam proyek pengadaan mesin pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) di Borang, Sumatera Selatan. Meski sudah berstatus tersangka, tim penyidik belum melakukan penahanan terhadap orang nomor satu di BUMN kelistrikan itu.
  • Ketua Bapepam Darmin Nasution resmi menduduki jabatan baru sebagai Dirjen Pajak, sementara Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Anwar Suprijadi sebagai Dirjen Bea dan Cukai. Posisi Darmin sebagai Ketua Bapepam digantikan oleh Ahmad Fuad Rahmany, yang sebelumnya menjabat sebagai Bendahara Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh (BRR). Pergantian para pejabat eselon I di lingkungan Departemen Keuangan itu dikukuhkan melalui Keppres No. 45/M/2006 tertanggal 20 April 2006.
  • PT Bank Negara Indonesia Tbk diketahui merencanakan menggandeng satu investor asal Kuwait untuk mengoperasikan bank berbasis syariah di Indonesia.
  • Indeks harga saham gabungan (IHSG) kemarin ditutup menurun 5,24 poin (0,4%) ke level 1.459,29 dari 1.464,53 pada hari sebelumnya, namun penurunan tersebut tidak didukung oleh nilai transaksi yang besar. Penurunan indeks kemarin disebabkan oleh aksi ambil untung dari sejumlah pemodal domestik, setelah IHSG bergerak naik secara signifikan dalam tujuh hari berturut-turut. Total nilai transaksi di PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) kemarin turun menjadi Rp 2,51 triliun dari Rp 3,7 triliun pada perdagangan sebelumnya. Namun investor asing masih membukukan nilai transaksi beli bersih sebesar Rp 381,53 miliar dengan total nilai transaksi beli Rp 983,12 miliar dan transaksi jual Rp 601,59 miliar.
  • PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) membukukan kenaikan laba bersih 30% menjadi Rp 7,99 triliun dalam laporan keuangan tahun 2005 yang belum diaudit, dari Rp 6,13 triliun pada tahun sebelumnya.
  • Dana Pensiun Telkom dalam tiga bulan pertama tahun ini menaikkan nilai aset kelolaannya 10% menjadi Rp 6 triliun dibandingkan akhir tahun lalu karena keuntungan perdagangan obligasi.
Market Reviews:
  • Aksi profit taking pemodal mulai melanda saham unggulan Bisnis. Beberapa pemodal berupaya merealisasikan keuntungan temporer atas saham kapitalisasi besar penggerak bursa. Tindakan ambil untung tersebut cukup wajar mengingat lonjakan kurs saham Bisnis sepanjang pekan ini sudah terlampau tajam. Momentum akhir pekan dimanfaatkan pelaku pasar untuk melakukan konsolidasi di saham unggulan. Pelepasan saham Bisnis bertujuan mendapatkan gain di depan mata. Pemodal umumnya tak ingin mengambil risiko, sehingga mereka melepas terlebih dahulu saham yang berpotensi gain. Dampaknya, indeks BI-40 terkoreksi 0,69% pada posisi 403,979. Tekanan jual terutama menerjang saham Astra International, Telkom, Bank Mandiri, dan beberapa lainnya. Pemodal sengaja membuang saham unggulan kapitaliasi besar di atas guna meminimalkan risiko di BEJ.
  • Bahkan sebagian investor berupaya mengalihkan portofolionya ke saham pilihan yang kursnya masih murah dan belum bergerak. Aksi switching tersebut dilakukan pemodal untuk mempertahankan keuntungan di bursa. Total volume saham Bisnis yang berhasil diperjualbelikan 497 juta unit senilai Rp 1,49 triliun. Harus diakui, koreksi saham unggulan di akhri pekan mengindikasikan potensi penguatan kursnya mulai terbatas. Sinyal penurunan harga saham Bisnis sebenarnya sudah terlihat sejak transaksi Kamis, ketika IHSG gagal menembus level tertinggi di 1.490-an. Pemodal melakukan profit taking untuk mempertahankan keuntungan di saham Bisnis. Alternatif tersebut diambil karena bursa Jakarta akan memasuki periode konsolidasi. Bagaimanapun, kenaikan IHSG yang mencapai 75 poin pada perdagangan minggu ini sudah terlampau tinggi. Karena itu perlu konsolidasi, sehingga tetap menarik.
  • Sementara itu, derasnya tekanan jual di saham Astra International dan Telkom ikut menjatuhkan indeks BEJ 5,240 poin atau 0,36% menjadi 1.459,288. kendati terkoreksi aktivitas perdagangan tetap bergairah dengan volume saham berpindahtangan 5,217 miliar unit senilai Rp 2,5 triliun. Bahkan investor asing masih mencatat net buying sebesar Rp 381 miliar. Begitu juga, kurs rupiah ditutup menguat di posisi Rp 8.870 per dolar AS. Pemodal cenderung mengambil ‘nafas’ baru sebelum mereka melanjutkan pembelian saham pekan depan. Hal ini wajar karena minat beli asing di BEJ masih tinggi.