Thursday, May 04, 2006

[Bisnis] 4 Mei 2006

News:
  • Sebagian besar bank dalam daftar 10 bank beraset terbesar belum mampu memperbaiki kinerjanya pada triwulan pertama 2006. lima dari delapan bank, yang telah mempublikasikan kinerjanya, masih mencatat penurunan laba. Dua bank yakni Bank Mandiri dan Citibank hingga hari ini belum mempublikasikan kinerja keuangan triwulan pertama. Mandiri merupakan bank beraset terbesar di Indonesia dan Citibank merupakan bank terbesar kesepuluh per Desember 2005.
  • Bank Indonesia mengingatkan dana asing yang saat ini parkir di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat utang negara (SUN) agar segera dialihkan pada investasi langsung jangka panjang. Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah mengatakan pihaknya hingga kini masih menerima adanya dana asing berupa hot money yang ditempatkan di SBI sepanjang hanya untuk mencari keuntungan jangka pendek.
  • Pendiri PT Kalbe Farma Tbk kemarin malam telah melepas 5% - 6% sahamnya melalui skema penjualan secara langsung ke pasar pada level Rp 1.417 per saham, diskon 7,98% dari harga penutupan 2 Mei di Rp 1.540.
  • Dana asing masih menyerbu Bursa Efek Jakarta, sehingga indeks harga saham gabungan (IHSG) BEJ nyaris menembus level 1.500 atau ditutup naik 23,178 poin (1,57%) menjadi 1.499,071. Data perdagangan saham Bursa Efek Jakarta kemarin mencatat sebanyak 3,084 miliar saham telah diperjualbelikan di pasar reguler dengan transaksi senilai Rp 2,97 triliun dan frekuensi mencapai 30.135 kali. Harga 222 saham stagnan, 89 saham naik, dan sisanya 50 saham turun.
  • Morgan Stanley menyebutkan nilai tukar dolar AS terhadap valuta utama dunia lainnya berpotensi melemah, menyusul meningkatnya defisit transaksi berjalan Negeri Paman Sam itu. Indikasi suku bunga di masa depan menunjukkan bank sentral AS akan segera menghentikan kenaikan suku bunga yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir. Besarnya defisit transaksi berjalan AS, meliputi transaksi perdagangan, jasa dan investasi, mencapai US$804,9 juta pada 2005. Pelemahan dolar AS telah menyentuh rekor paling rendah baru dalam satu tahun terakhir. Hal itu disebabkan kekecewaan kalangan inevstor mengenai suku bunga AS yang tercermin dari pidato Gubernur bank sentral The Fed Ben Bernanke. Pada pidato tersebut, Bernanke memberikan tanda bahwa peningkatan suku bunga yang dimulai pekan lalu akan segera dihentikan sementara, namun dia tidak memberikan tanda-tanda untuk mencabut penghentian sementara tersebut.
  • Bank Indonesia disebut-sebut akan menjual NV Indover Bank – satu-satunya bank milik bank sentral – kepada PT Bank Ekspor Indonesia senilai US$40 juta. Penawaran ini jauh lebih rendah dari tender terbuka 2004 yang sempat diikuti 15 calon investor.
  • Pendapatan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mungkin menurun sebesar 3% jika pemerintah mengubaha cara perusahaan telepon mengenakan biaya sambungan ke jaringan saingannya. Sementara itu, Merrill Lynch & Co. menaikkan perkiraan harga saham Telkom karena perolehan laba bersih kuartal I/2006 yang jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan.
  • Laba bersih triwulan I PT Bank Mandiri Tbk tahun ini yang belum diaudit diprediksi mencapai Rp 600 miliar, naik tipis dibandingkan triwulan I 2005 Rp 519 miliar, tetapi setara dengan perolehan 12 bulan tahun lalu Rp 603,37 miliar. Lonjakan laba bank terbesar di Indonesia dengan total aset tahun lalu Rp 263,38 triliun tersebut berasal dari kinerja operasi selama tiga bulan pertama.
  • Sepanjang kuartal I/2006, obligasi korporasi memberikan total tingkat pengembalian (return) lebih tinggi dibandingkan surat utang negara (SUN). Hasil riset PT Danareksa Sekuritas menunjukkan indeks total return obligasi korporasi dalam tiga bulan pertama tahun ini mencapai 9,52% atau naik tajam dari 2,79% pada periode yang sama tahun lalu. Indeks total return obligasi negara untuk kuartal I/2006 sebesar 8,91% atau naik dari 0,4% pada kuartal I/2005.
  • Pergerakan nilai aktiva bersih (NAB) lima reksa dana PT BNI Securities hinggal kuartal pertama ini meningkat dengan tingkat pemulihan (recovery rate) 53,37% hingga 145% dibandingkan posisi terendah pada 5 September 2005. Kelima reksa dana itu adalah BNI Dana Plus, BNI Dana Merah Putih, BNI Dana Berbunga Dua, BNI Dana Syariah, dan BNI Dana Lancar. Masing-masing reksa dana itu memiliki recovery rate 60,29%, 145%, 53,37%, 62% dan 60,75%.
Market Reviews:
  • Lonjakan saham blue chips berhasil menyemarakkan bursa Jakarta. Indeks harga saham gabungan terus mendekati level psikologis 1.500. Kondisi makro ekonomi yang terus membaik disertai mengalirnya dana asing ke pasar modal mendongkrak saham pilihan bisnis ke tingkat signifikan. Pelaku pasar optimistis, apresiasi rupiah atas dolar AS yang berlanjut dan terkendalinya laju inflasi akan menyulut Bank Indonesia mempercepat pernurunan tingkat suku bunga BI Rate dan SBI. Di sisi lain, meningkatnya cadangan devisa Indonesia menjadi US$42,85 juta ikut menggairahkan BEJ.
  • Akumulasi berbagai sentimen positif di atas mampu mendongkrak IHSG 23,178 poin atau 1,57% menjadi 1.499,071. Total volume saham yang berpindah tangan di BEJ mencapai 7,274 miliar lembar dengan nilai transaksi Rp 3,6 triliun. Mayoritas saham kapitalisasi besar mencatat kenaikan kurs signifikan. Pemodal agresif memburu saham blue chips untuk investasi jangka panjang. Perburuan investor atas shaam pilihan Bisnis dipicu penguatan rupiah maupun aspek fundamental emiten yang memang solid. Selain itu, harapan pemodal terhadap turunnya suku bunga BI Rate turut mengangkat saham pilihan Bisnis.
  • Indeks BI-40 berhasil meroket 1,80% pada posisi 415,632. Kalangan investor seakan tak menghiraukan aksi demo buruh di depan gedung MPR/DPR yang berlangsung ricuh. Mereka yakin pihak keamanan mampu meredam gejolak buruh tersebut. Bahkan unjuk rasa buruh tidak akan menghambat aktivitas ekonomi karena hanya bersifat temporer. Hal ini pula yang mendorong invetsor asing memborong saham blue chips di BEJ. Asing membukukan net buying sebesar Rp 162 miliar, sedangkan rupiah menguat di level Rp 8.775 per dolar AS. Secara umum, transaksi berlangsung marak dan bergairah.
  • Sejak pembukaan transaksi sesi pertama, indeks BEJ terus menunjukkan tren naik. Pelaku pasar antusias mengakumulasi berbagai saham unggulan dengan memanfaatkan sentimen positif makro ekonomi. Disamping itu, keputusan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di level 12,75% turut membangkitkan animo investor bertransaksi di bursa. Bagaimanapun, stabilitas suku bunga SBI yang diikuti penguatan rupiah dan turunnya inflasi bakal menggairahkan pasar modal. Faktor ini yang menyulut investor antusias memborong berbagai saham blue chips pada transaksi Rabu.