Wednesday, May 03, 2006

[Bisnis] 3 Mei 2006

News:
  • Pemerintah akan mengalihkan subsidi minyak tanah ke elpiji (liquefied petroleum gas) guna menekan membengkaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia.
  • Kinerja emiten perkebunan dalam tiga bulan pertama tahun ini diuntungkan oleh apresiasi rupiah, sehingga laba dan pendapatan emiten terdongkrak naik. Kinerja laba dan pendapatan triwulan satu tahun ini PT Astra Agro Lestari Tbk, PT PP London Sumatera Tbk, dan PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk menunjukkan pertumbuhan yang positif.
  • Lima bank syariah membentuk sindikasi guna memperkuat kapasitas pembiayaan syariah terhadap proyek-proyek dalam negeri berskala besar. Kesepakatan tersebut ditandatangani Bank Muamalat Indonesia (BNI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), Danamon Syariah, dan Bukopin Syariah di sela-sela pembukaan Indonesian Syariah Expo 2006, kemarin.
  • Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah mengisyaratkan akan menurunkan BI Rate pada Mei atau Juni, mengingat saat ini perbedaan suku bunga rupiah dan bunga di luar negeri masih terlalu besar. Hingga April 2006 BI mempertahankan BI Rate 12,75% sementara suku bunga The Fed pada level 4,75%. Tingkat BI Rate saat ini menawarkan interest differential rate 8%, sehingga mata uang rupiah sangat menarik untuk dimiliki.
  • PT BFI Finance Indonesia Tbk menunjuk PT Danareksa Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi maksimum Rp 300 miliar yang dananya sebagai salah satu sumber pembiayaan tahun ini.
Market Reviews:
  • Trading temporer tampak membayangi saham unggulan Bisnis kemarin. Pelaku pasar mengurangi transaksi dalam jumlah besar di saham blue chips dan beralih ke sejumlah saham second liner. Hal itu dilakukan pemodal di tengah menurunnya kinerja berbagai emiten BEJ pada kuartal I/2006. selain itu, lonjakan saham Bisnis yang sudah terlampau tajam membuat investor lebih hati-hati mengambil posisi di bursa. Sentimen inflasi April sebesar 0,05% serta kemungkinan berakhirnya kenaikan suku bunga Fed belum berhasil menyulut penguatan saham Bisnis ke tingkat lebih tinggi. Pemodal justru aktif merealisasikan keuntungan temporer terhadap saham kapitalisasi besar penggerak bursa. Padahal, di perdagangan sesi pertama, IHSG sempat menguat lebih dari 12 poin. Kecenderungan itu wajar karena pasar mulai kekurangan insentif positif segar.
  • Bahkan pelaku pasar sedikit kecewa terhadap kinerja keuangan beberapa emiten yang kurang menggembirakan di kuartal pertama tahun 2006. kekecewaan pemodal itu dilampiaskan dengan mendiskon saham unggulan yang sudah overbought. Kenyataan itu mengakibatkan indeks BI-40 terkoreksi 0,04% di 408,246. sementara itu, fluktuasi tajam atas saham unggulan ikut menghambat pergerakan indeks komposit BEJ. Sampai akhir perdagangan, IHSG turun tipis 0,562 poin menjadi 1.475,893. total volume saham yang berpindah tangan mencapai Rp 2,7 triliun. Investor asing mencatat net selling Rp 20 miliar dan rupiah menguat di posisi Rp 8.775 per dolar AS. Perlu diingatkan bahwa pemodal sengaja mengurangi aktivitasnya di BEJ dengan merealisasikan keuntungan temporer. Terobosan pemodal itu cukup rasional mengingat penguatan saham Bisnis mulai terbatas. BEJ mulai kehilangan sentimen penggerak pasar.