Friday, June 30, 2006

[Bisnis] 30 Juni 2006

News:
  • PT Ciputra Development Tbk akan membawa anak perusahaan yang kini menggarap proyek di International City Development di Hanoi, Vietnam, go public di bursa efek Singapura dalam satu atau dua tahun mendatang. Sebelum rencana penawaran saham perdana (initial public offering) di bursa itu terwujud, Ciputra Development akan mengakuisisi lebih dahulu perusahaan terafiliasi dengan nilai aset Rp 6 triliun.
  • PT Ricky Putra Globalindo Tbk mendapatkan pinjaman US$7,5 juta dari Bank Ekspor Indonesia untuk menutupi biaya ekspansi tahun lalu. Selain itu, rapat umum pemegang saham (RUPS) yang berlangsung kemarin memutuskan tidak membagikan dividen dan mengembalikan seluruh laba tahun lalu sebagai investasi modal kerja dan ekspansi.
  • Rapat umum pemegang saham tahunan PT Adhi Karya Tbk menyetujui rencana pembagian dividen sebesar Rp 12,98 per saham atau 30% dari perolehan laba bersih 2005.
  • PT Kalbe Farma Tbk akan mengakuisisi produsen obat dan produk kesehatan asing di luar negeri untuk ekspansi usaha akibat persaingan di pasar domestik yang semakin ketat dan pertumbuhan yang melambat.
  • Setelah delapan tahun PT Gajah Tunggal Tbk tidak membagikan dividen, rapat umum pemegang saham (RUPS) kemarin menyetujui pembagian dividen sebesar Rp 5 per saham atau total Rp 15,84 miliar dari perolehan laba bersih tahun lalu.
  • PT United Tractors Tbk (UT) kemarin membagikan dividen sebesar Rp 110 per saham kepada seluruh pemegang saham. Dalam siaran pers yang diterima Bisnis kemarin disebutkan besaran dividen itu sesuai dengan kesepakatan yang diperoleh rata umum pemegang saham tahunan yang digelar pada 9 Mei 2006. UT merupakan distributor alat berat dan kontraktor penambangan dimana 58,45% dikuasai oleh PT Astra International Tbk. Secara keseluruhan, total nilai dividen yang dibagikan UT sebesar Rp 313 miliar atau 30% dari laba bersih perseroan tahun lalu. Emiten itu telah membayar dividen Rp 55 per saham dari laba bersih 2004.
  • Rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Indosat Tbk kemarin menyetujui pembagian dividen sebesar 50% dari laba bersih tahun lalu kepada pemegang saham. Jumlah dividen yang dibayarkan itu mencapai Rp 149,3 per saham seiring dengan pencapaian laba bersih Indosat pada 2005 yang besarnya mencapai Rp 1,62 triliun atau setara dengan Rp 309,04 per saham.

Thursday, June 29, 2006

[Bisnis] 29 Juni 2006

News:
  • Menneg BUMN Sugiharto akhirnya merestui transaksi penjualan 24,9% saham PT Semen Gresik Tk (SG) senilai US$337 juta milik Cemex Asia Holdings Ltd kepada kendaraan Grup Rajawali, Blue Valley Holdings Pte Ltd. Persetujuan itu merupakan hasil pertemuan selama satu jam kemarin siang antara eksekutif Grup Rajawali dan Sugiharto yang didampingi Deputi BUMN Roes Aryawijaya. Sedangkan wakil dari Grup Rajwali yang hadir dalam pertemuan itu adalah Managing Director & Chief Business Development PT Rajawali Corporation Darjoto Setyawan.
  • PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) memperkirakan laba bersih pada tahun ini lebih tinggi dari tahun lalu sebesar Rp 7,99 triliun.
  • PT Hotel Sahid Jaya Internasional Tbk berencana mencatatkan sahamnya (dual listing) di bursa saham Singpura pada kuartal II tahun depan. Presiden Direktur Sahid Jaya Indro Yuwono menjelaskan untuk mewujudkan rencana itu, perseroan akan melepas 160 miliar – 200 miliar saham dari portepel.

Wednesday, June 28, 2006

[Bisnis] 28 Juni 2006

News:
  • Merger antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang semula dijadwalkan Juni 2006 akhirnya diundur hingga 2007, karena harus mengikuti ketentuan yang berlaku.
  • Grup Rajawali menunda pembayaran sebesar US$339 juta kepada Cemex Asia Holding karena perjanjian hukum yang belum tuntas. Managing Director & Chief Business Development PT Rajawali Corporation Darjoto Setyawan mengatakan terdapat keterlambaran dalam dokumentasi hukum pada transaksi ini.
  • Rencana penawaran umum terbatas (rights issue) senilai Rp 1 triliun PT Matahari Putra Prima Tbk tertunda setelah rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 29 Juni 2006 ditunda. Penundaan RUPSLB tersebut dikarenakan pihak management masih menunggu clearance dari Bapepam.

Tuesday, June 27, 2006

[Bisnis] 27 Juni 2006

Market Reviews:
  • Kondisi bursa Jakarta masih belum pulih. Tekanan jual terhadap saham blue chips terus berlanjut. Pelaku pasar enggan mengambil posisi karena pasar kekurangan insentif penggerak. Mereka hanya melakukan jual beli spekulatif di saham pilihan yang berprospek baik. Kecenderungan itu sejalan dengan perkembangan pasar global yang belum stabil. Bayang-bayang kenaikan suku bunga Fed ternyata terus menghantui aktivitas transaksi di BEJ. Hal itu mendorong investor membuang saham kapitalisasi besar, sehingga IHSG melemah 6,311 poin atau 0,49% menjadi 1.283,853.
  • Pada perdagangan hari pertama minggu ini, situasi bursa tampak sepi dan kurang atraktif. Kenyataan tersebut bisa dilihat dari volume saham berpindahtangan di BEJ yang hanya 1,670 miliar unit senilai Rp 696 miliar. Investor tetap menanti keputusan The Fed soal suku bunga AS meski mereka sudah memperkirakan berapa besar kenaikkannya. Di mata pelaku pasar, kebijakan suku bunga ketat yang diterapkan Bank Sentral AS akan berimbas ke pasar modal dunia, termasuk Jakarta. Bagaimanapun, pasar ekuiti sangat rentan terhadap naik turunnya suku bunga AS. Harga saham anjlok bila bunga Fed naik.
  • Di bagian lain, fluktuasi tajam rupiah ikut menghambat pergerakan saham Bisnis ke teritori positif. Pemodal khawatir, instabilitas rupiah terhadap dolar AS bakal memangkas pendapatan maupun laba emiten tahun ini. Kurs rupiah awal minggu ini bertengger di level Rp 9.393 per dolar AS, bahkan sempat merosot pada posisi Rp 9.400.

Monday, June 26, 2006

[Bisnis] 26 Juni 2006

News:
  • PT Borneo Lumbung Energi kini memfinalisasi perolehan utang US$2,1 miliar dan US$700 juta berupa obligasi yang dapat ditukar guna melunasi transaksi pembelian saham tambang batu bara milik PT Bumi Resources Tbk pada akhir bulan ini.
  • PT Bank Bukopin akhirnya memangkas target perolehan dana yang akan diraup dari penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) menjadi hanya Rp 292,05 miliar dari prediksi semula Rp 717,20 miliar – Rp 1,06 triliun. Hal itu terjadi seiring dengan pengurangan jumlah saham yang akan dilepas ke publik dari 2,05 miliar saham menjadi 843 juta lembar karena kondisi bursa saham yang kurang kondusif. Harga penawaran saham Bukopin sudah ditetapkan Rp 350 per saham dari kisaran harga penawaran Rp 350 – Rp 520 per saham.
  • Rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Gudang Garam Tbk menyetujui pembagian dividen tahun ini sebesar 51% dari laba bersih tahun lalu atau sekitar Rp 962 miliar dimana tiap-tiap pemegang saham dibayarkan sebesar Rp 500 per saham. Pembayaran dividen itu lebih rendah dibandingkan tahun lalu dimana perusahaan membagikan sekitar 54% dari laba bersih 2004 sebagai dividen. Laba bersih perusahaan pada 2005 mencapai Rp 1,89 triliun, naik 5,5% dari perolehan 2004.
  • PT Astra Sedaya Finance Tbk membayar cicilan atas pokok obligasi amortisasi Astra Sedaya Finance IV pada 2004 seri D sebesar Rp 50 miliar yang akan dilakukan pada 26 Juni melalui Kustodian Sentral Efek Indonesia. Kepala Divisi Pencatatan Bursa Efek Surabaya (BES) Umi Kulsum mengatakan pembayaran tersebut sesuai dengan prospektus obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut pada 16 Maret 2004. setelah adanya pembayaran cicilan pokok tersebut, maka nilai nominal obligasi amortisasi Astra Sedaya Finance yang tercatat di BES terhitung 26 Juni berkurang menjadi Rp 150 miliar.
  • PT Swadharma Indotama Finance Tbk telah melunasi obligasi Swadharma Indotama Finance I pada 2000 dengan tingkat bunga tetap sebesar Rp 29 miliar pada 22 Juni. Dalam laporannya kepada Bursa Efek Surabaya disebutkan setelah adanya pembayaran cicilan pokok tersebut, maka nilai nominal obligasi Swadharma Indotama Finance I 2000 yang tercatat di BES berkurang menjadi Rp 121 miliar.
  • Perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta pekan lalu terlihat masih sepi dengan nilai transaksi hanya Rp 616,36 miliar karena investor melakukan konsolidasi setelah indeks harga saham gabungan (IHSG) bergejolak. Pada akhir pekan lalu, IHSG ditutup menurun 13,286 poin atau 1,02% ke level 1.290,164. Sejumlah 790,432 juta lembar saham diperjualbelikan dengan transaksi Rp 616,36 miliar dan frekuensi mencapai 6.976 kali.

Saturday, June 24, 2006

[Bisnis] 24 Juni 2006

News:
  • ABN Amro Asia Securities akhirnya memutuskan mundur dari posisinya sebagai penjamin pelaksana emisi penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) PT Bank Bukopin. Seorang eksekutif yang terlibat dalam transaksi ini menjelaskan ABN Amro bertugas memasarkan 55% dari 2,04 miliar saham Bank Bukopin di pasar international, sedangkan PT Indopremier Securities dan PT Bahana Securities memasarkan saham Bank Bukopin di pasar domestik.

Friday, June 23, 2006

[Bisnis] 23 Juni 2006

News:
  • Departemen Keuangan berencana memanfaatkan sebagian tabungan pemerintah di Bank Indonesia untuk menutup defisit APBN Perubahan 2006 yang membengkak menjadi Rp 42 triliun.
  • Kementerian Negara BUMN membuka kemungkinan dilakukan pengalihan utang PT Garuda Indonesia menjadi saham (debt-to-equity swap) untuk pinjaman yang dikategorikan bermasalah. Langkah tersebut untuk mengurangi beban utang BUMN penerbangan itu, namun hal itu diperkirakan akan mengubah komposisi kepemilikan saham di Garuda.
  • PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menerbitkan obligasi PLN VIII tanpa warkat yang berjumlah pokok Rp 2,2 triliun dan mulai diperdagangkan pada 22 Juni 2006 di Bursa Efek Surabaya (BES). Obligasi tersebut terdiri dari dua seri yaitu seri A dengan nilai nominal Rp 1,33 triliun dan berjangka waktu 10 tahun dengan tingkat suku bunga sebesar 13,6%. Untuk obligasi seri B sebanyak Rp 865 miliar dengan jangak waktu 15 tahun dan tingkat suku bunga tetap 13,75%. Dalam laporannya ke BES pada 21 Juni, PLN juga menyampaikan tentang penerbitan obligasi syariah ijarah PLN I dengan nilai nominal sebesar Rp 200 miliar dan jangka waktu 10 tahun. Cicilan fee ijarah sebesar Rp 6,8 miliar per triwulan.
  • PT Summarecon Agung Tbk menunda penerbitan obligasi II dengan tingkat suku bunga tetap, keputusan itu diambil karena kondisi pasar yang dinilai tidak kondusif.
  • PT Maspion Tbk membeli kembali sebagian obligasi I pada 2003 sebesar Rp 15 miliar yang dilaksanakan pada 19 Juni 2006. Kepala Divisi Pencatatan Bursa Efek Surabaya Umi Kulsum mengatakan setelah dibeli kembali, maka terhitung mulai 22 Juni 2006 nilai nominal yang tercatat di BES berkurang menjadi sebanyak Rp 385 miliar.
  • PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) membeli kembali saham sebanyak 1,5 juta lembar yang dilaksanakan pada 19 Juni dengan broker pelaksana Danareksa Sekuritas. Harga pembelian saham Rp 7.350 per lembar lebih rendah dibandingkan harga penutupan yaitu Rp 7.500 per lembar. Dari pembelian kembali saham tersebut, jumlah yang dibeli termasuk di New York Exchange menapai 32,04 juta lembar dan batas pembelian yang diizinkan mencapai 1 miliar lembar.
Market Reviews:
  • Sentimen regional berhasil memulihkan transaksi di bursa Jakarta. Pelaku pasar melakukan pembelian kembali terhadap sejumlah saham blue chips yang kursnya sudah murah. Pemodal optimistis, membaiknya pasar saham maupun mata uang Asia akan membangkitkan kembali gairah transaksi di pasar ekuiti. Keyakinan investor itu ditunjukkan dengan melakukan pembelian teknis terhadap saham kapitalisasi besar penggerak bursa. Di samping itu, berkurangnya tekanan terhadap bursa global sehubungna dengan akan dinaikkannya suku bunga AS turut mendongkrak saham blue chips di pasar regional.
  • Indeks komposit BEJ ditutup menguat 10,163 poin atau 0,79% menjadi 1.303,450. kelompok saham tambang, telekomunikasi serta semen tampil sebagai penggerak utama bursa Jakarta. Momentum pemulihan pasar global dan regional telah dimanfaatkan pemodal untuk memperbaiki harga saham Bisnis di BEJ. Mereka tak ingin menyiakan kesempatan di tengah pergerakan kurs rupiah yang mulai menguat terhadap dolar AS. Bahkan akumulasi antara sentimen positif regional dan aksi window dressing telah mengangkat indeks Bisnis ke wilayah positif. Indeks BI-40 naik 0,9% di 361,281. Pemodal asing melakukan pembelian kembali saham unggulan antara net buying sebesar Rp 91 miliar. Bagaimanapun, meredanya tekanan terhadap pasar regional berhasil menumbuhkan harapan dan motivasi pemodal bertransaksi di bursa.
  • Beberapa perusahaan besar melakukan window dressing menjelang publikasi laporan keuangan semester pertama 2006. tindakan pemodal dan perusahaan besar tersebut cukup wajar guna mempertahankan harga sahamnya agar tetap atraktif. Meski demikian, lonjakan indeks BEJ lebih dipicu oleh menguatnya bursa global dan mayoritas pasar regional kemarin. Seperti diketahui, selama perdagangan saham dua pekan terakhir, BEJ sangat dipengaruhi oleh fluktuasi bursa global maupun regional. Ini berkaitan dengan akan dinaikkannya suku bunga AS akhir bulan nanti. Namun, menjelang sidang Federal Reserve tersebut, harga saham blue chips di pasar regional mengalami pembalikan arah. Pemodal Asia aktif membeli kembali sahamnya guna memperbaiki harga sekaligus untuk investasi jangka panjang.

Thursday, June 22, 2006

[Bisnis] 22 Juni 2006

News:
  • Pemerintah menetapkan defisit anggaran dalam APBN Perubahan 2006 sebesar 1,4% dari produk domestik bruto atau senilai Rp 42,4 triliun, membengkak dari semula 0,7% (Rp 22,43 triliun), sedangkan defisit pada RAPBN 2007 ditetapkan 0,9% PDB atau sebesar Rp 33,4 triliun. Menkeu Sri Mulyani menyatakan pembengkakan belanja negara terutama digunakan untuk menampung kenaikan anggaran pendidikan, bencana alam, subsidi PLN dalam rangka tidak dinaikkannya tarif dasar listrik, dan rehabilitasi Aceh, DI Yogyakarta, dan sekitarnya. Anggaran ini termasuk kenaikan Bantuan Langsung Tunai karena jumlah orang miskin bertambah, kenaikan subsidi pupuk, dan pengeluaran kenaikan suku bunga yang berasal dari SUN (surat utang negara) dalam negeri serta berbagai pengeluaran yang mencakup pinjaman luar negeri.
  • Pemerintah telah menetapkan 11 agen untuk penjualan obligasi ritel dengan total PAGU indikatif penjualan perdana ditetapkan sebesar Rp 2 triliun. Peluncuran penjualan perdana SUN ritel akan dilakukan hari ini di Jakarta.
  • Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) PT Polysindo Eka Perkasa Tbk kemarin memutuskan untuk mengkonversi utang perusahaan itu menjadi saham sebanyak 83,48 miliar saham atau senilai US$1,5 miliar. Dari 83,48 miliar saham tersebut sekitar 40,34 miliar merupakan saham bagi kreditor dengan jaminan dimana 4,39 miliar dialokasikan untuk manajemen. Sebanyak 43,14 miliar saham untuk kreditor tanpa jaminan, dimana 26,36 milar saham merupakan alokasi khusus untuk pemberi fasilitas modal kerja baru. Utang Polysindo hingga saat ini mencapai US$1,63 miliar dimana sekitar US$999 juta merupakan utang dengan jaminan dan US$630,6 juta berupa pinjaman tanpa jaminan.
  • PT Kalbe Farma Tbk akan mempercepat pembayaran utang sindikasi sebesar US$77 juta pada tahun ini untuk membebaskan dari ancaman gejolak mata uang rupiah. Rencana percepatan pelunasan utang itu membuat perseroan memutuskan tidak membagikan dividen tahun buku 2005, kendati membukukan labar bersih Rp 653,32 miliar.
  • Rencana perubahan bisnis anak perusahan PT British American Tobacco Indonesia Tbk (BAT) diperkirakan menelan biaya RP 23,85 miliar. Anak perusahaan, PT BAT Kareb, berencana mengubah kegiatan usaha dari semula pada bidang pengeringan tembakau menjadi produsen rokok putih. Biaya itu terdiri dari modal kerja sebesar Rp 6 miliar, investasi baru pabrik pengolahan tembakau Rp 13,2 miliar, dan tambahan modal kerja untuk meningkatkan volume produksi dan penjualan mencapai Rp 4,65 miliar. Sumber pendanaan itu akan diupayakan berasal dari sumber dana internal perusahaan.
Market Reviews:
  • Minimnya insentif positif di BEJ membuat pergerakan saham Bisnis datar dan kurang atraktif. Pelaku pasar tetap hati-hati dan selektif bertransaksi di saham unggulan. Sikap pemodal itu tidak lepas dari risiko investasi di pasar ekuiti yang masih tinggi. Memang, kenaikan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% sudah diantisipasi investor dunia jauh hari sebelumnya. Kendati begitu, dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan Bank Sentral AS terhadap pasar saham dan valas tetap signifikan. Karena, langkah The Fed itu akan diikuti bank sentral di belahan dunia lainnya.
  • Faktor ini pula yang mengakibatkan harga saham Bisnis dan kurs rupiah tidak stabil. Bahkan sebagian investor sengaja mengurangi transaksi dalam jumlah besar di saham blue chips. Akibatnya, indeks BI-40 bergerak datar dan ditutup melemah 0,26% di 358,039. kegiatan transaksi berlangsung sepi karena animo beli investor tidak terlampau tinggi. Kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga AS tampak masih menghantui investor dunia, termasuk Jakarta. Pasalnya, kenaikan suku bunga Fed akhir bulan ini bukanlah terakhir. Tekanan terhadap pasar ekuitas dan valas akan berlanjut. Investor asing tampak antusias membuang saham blue chips dengan net selling sebesar Rp 500 miliar. Berbagai saham kapitalisasi besar dilepas investor guna mendapatkan keuntungan temporer.

Wednesday, June 21, 2006

[Bisnis] 21 Juni 2006

News:
  • Penutupan transaksi penjualan 24,9% saham PT Semen Gresik Tbk milik Cemex Asia Holdings Ltd kepada Grup Rajawali terancam batal karena sejumlah syarat belum bisa dipenuhi menjelang batas akhir 2 Juli. Managing Director dan Chief Business Development PT Rajawali Corporation Darjoto Setyawan mengatakan seluruh syarat penutupan transaksi itu seperti disepakati antara perusahaan tersebut dan Cemex harus sudah dipenuhi paling tidak seminggu sebelum 2 Juli. Sejumlah syarat yang harus dipenuhi, a.l. persetujuan secara tertulis dari pemerintah Indonesia terhadap transaksi tersebut, pencabutan proses arbitrase, pengakhiran transaksi jual beli bersyarat antara Cemex dan pemerintah yang ditandatangani pada 1998.
  • Manajemen Bank Agro optimistis langkah penjualan 40% saham bank tersebut akan memperbaiki struktur permodalan bank itu. Setelah rights issue, rasio kecukupan modal Bank Agro diperkirakan akan melampaui 20%. Direktur Utama PT Bank Agroniaga Tbk Adri Sujana Prawira mengatakan nilai buku dari 40% saham milik Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) di Bank Agro yang akan dijual mencapai Rp 156 miliar. Dalam rangka pelaksanaan aksi korporasi itu, Bank Agro akan terlebih dulu melakukan RUPS Luar Biasa pada 23 Juni. Jika disetujui pemegang saham, diharapkan dana hasil penjualan sudah dapat masuk ke kas perusahaan pada bulan berikutnya. Sebagian besar dana hasil penjualan saham itu akan digunakan manajemen Bank Agro untuk memperkuat permodalan. Sebagian kecil juga akan dimanfaatkan untuk membiayai ekspansi jaringan. Jika rights issue berhasil dilaksanakan, maka modal Bank Agro diperkirakan akan meningkat dari 17% posisi saat ini menjadi di atas 20%. Saat ini saham Bank Agro dipegang oleh Dapenbun (96%), PT Jamsostek (2,13%), Yayasan Sarana Wana Jaya (1,28%), dan masyarakat umum dengan kepemilikan dibawah 1% dengan persentase kepemilikan sebesar 0,59%.
  • Pemerintah memperkirakan obligasi ritel (Ori) tidak akan mengganggu obligasi korporasi, sementara BES menyatakan siap menjadi fasilitator perdagangan kendati biaya transaksi hanya Rp 20.000. Sebagian kalangan menilai obligasi ritel akan lebih memikat dibandingkan obligasi korporasi, karena pemerintah akan menawarkan imbal hasil (yield) yang lebih tinggi dari obligasi yang ada dengan mengacu pada surat utang negara.
Market Reviews:
  • Investor tetap selektif mengambil posisi di BEJ. Hal itu dilakukan pemodal menyusul sentimen negatif global yang masih belum surut. Pelaku pasar terus menanti aksi korporasi emiten serta informasi positif baru yang bisa mendongkrak indeks ke tingkat lebih tinggi. Selain itu, pemodal juga tetap mewaspadai dampak kenaikan suku bunga AS terhadap pasar saham maupun rupiah. Bagaimanapun, keputusan Bank Sentral AS menaikkan suku bunganya pada akhir bulan ini akan berimbas negatif terhadap pasar modal dunia, termasuk Jakarta. Oleh sebab itu, investor hanya fokus di saham blue chips.
  • Bahkan indeks komposit berfluktuasi cukup tajam hampir sepanjang perdagangan kemarin. Kecenderungan tersebut mengikuti naik turunnya saham kapitalisasi besar di bursa. Sementara itu, sinyalemen penurunan suku bunga oleh Bank Of Japan (BoJ) belum berdampak signifikan terhadap aktivitas transaksi di bursa Tokyo maupun pasar regional lainnya. Kalangan investor justru masih mengkhawatirkan perlambatan ekonomi AS serta kemungkinan naiknya kembali suku bunga Fed menjadi 5,25%. Perlu diingat inflasi di AS masih tinggi, sehingga pasar saham kurang atraktif lagi.
  • Pemodal umumnya hanya bermain jangka pendek di saham blue chips yang memiliki pertumbuhan fundamental baik. Pembelian kembali terhadap beberapa saham kapitalisasi besar pada penutupan transaksi kemarin membuat indeks BEJ hanya terkoreksi tipis 0,080 poin menjadi 1.294,970. kegiatan transaksi berlangsung cukup baik karena volume saham yang berpindahtangan mencapai 1,620 miliar unit senilai Rp 1,1 triliun. Investor asing membukukan net selling sebesar Rp 31 miliar dan rupiah relatif stabil di Rp 9.385 per dolar AS. Investor tetap bermain temporer di saham kapitalisasi besar. Harus diakui bahwa pergerakan kurs saham Bisnis masih belum stabil. Ini tidak terlepas dari perkembangan pasar global maupun regional yang belum menentu.

Tuesday, June 20, 2006

[Bisnis] 20 Juni 2006

News:
  • Pemerintah mengisyaratkan tidak akan melanjutkan amendemen UU Ketenagakerjaan, tetapi akan fokus menyelesaikan revisi UU Jamsostek guna penyelesaian permasalahan ketenagakerjaan dan perbaikan iklim investasi.
  • Mantan Chief Financial Officer PT Great River International Tbk (GRI) Eddy Gono tidak bersedia menandatangani laporan keuangan emiten itu periode 2004 dan 2003. akibatnya, rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) masih sulit digelar. Padahal RUPSLB itu merupakan satu kunci bagi Great River agar dapat menutup laporan keuangannya, menyepakati restrukturisasi utang, dan sekaligus memuluskan langkah investor strategis yang akan masuk ke emiten garmen itu.
  • PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) pada 15 Juni 2006 telah membeli kembali kepemilikan saham di Bursa Efek Jakarta sebanyak 2,5 juta saham. Broker pelaksana dilakukan oleh Danareksa Sekuritas dengan harga pembelian mencapai Rp 6.890 per lembar sedangkan harga penutupan sebelumnya mencapai Rp 6.750 per lembar. Telkom diizinkan membeli kembali saham sebanyak 1,007 miliar lembar dan total yang sudah dibeli kembali termasuk yang dilakukan di New York Stock Exchange mencapai 30,54 juta lembar, sehingga sisa pembelian mencapai 977,45 juta lembar. Sebelumnya Telkom membeli kembali saham di Bursa Efek Jakarta sebanyak 750.000 lembar atau sekitar 4,38% dari total saham beredar dengan harga pembelian Rp 6.867 per lembar.
  • Rapat umum pemegang saham PT Bimantara Citra Tbk menyetujui rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) 20% saham PT Indonesia Air Transport (IAT) tahun ini dengan memperoleh Rp 60 miliar – Rp 70 miliar.
  • Penawaran obligasi senilai Rp 1 triliun PT Jasa Marga mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 1,2 kali mesti penetapan imbal hasilnya sempat tertunda akibat kondisi pasar yang kurang konduksif. Jasa Marga juga meningkatkan imbal hasil obligasinya menjadi 13,5% dari kisaran penawaran semula 12,5% - 13,2%. Semula, Jasa Marga menawarkan bunga sebesar 12,5% - 13,2% untuk obligasi dengan tenor 10 tahun yang dialokasikan untuk refinancing utang BUMN itu. Bahana Securities bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi.
  • PT Astra Agro Lestari Tbk telah mendapatkan pinjaman siaga jangka pendek dari bank lokal dan bank asing sebesar Rp 500 miliar untuk peningkatan modal kerja tahun ini. Pinjaman siaga tersebut akan digunakan jika belanja modal (capital expenditure) tahun ini sebesar Rp 550 miliar telah habis terpakai untuk ekspansi pembukaan lahan baru dan pembangunan pabrik kelapa sawit.
Market Reviews:
  • Kondisi pasar global yang masih labil menyulut investor profit taking di BEJ. Pemodal tidak ingin mengambil risiko dan hanya bermain jangka pendek. Sikap pelaku pasar itu wajar karena bayang-bayang kenaikan suku bunga AS tetap menghantui bursa. Bagaimanapun, tingkat suku bunga saat ini sebesar 5,25% jelas tidak sesuai ekspektasi atau melampaui target The Fed yakni 4,75%. Jadi, potensi kenaikan suku bunga masih terbuka meski laju inflasi di AS melambat. Selain itu, minimnya informasi positif di tanah air membuat investor enggan memegang saham dalam waktu lebih lama.
  • Perlu diingat bahwa kebijakan suku bunga tinggi di AS masih akan menghantui aktivitas transaksi di pasar ekuiti dunia, termasuk Jakarta. Pasalnya, harga minyak dunia yang masih belum begitu stabil pada gilirannya akan memicu naiknya inflasi di AS. Bahkan perlambatan ekonomi negara adidaya tersebut tetap disikapi The Fed dengan menaikkan suku bunganya. Alternatif tersebut jelas akan ditempuh Bank Sentral guna meredam laju inflasi itu. Faktor ini pula yang membuat investor BEJ hati-hati mengambil posisi di bursa. Bahkan sebagian pemodal melepas kembali saham yang sudah menguat signifikan.
  • Dampaknya, indeks BEJ merosot 14,474 poin atau 1,11% menjadi 1.295,051 pada perdagangan hari pertama pekan ini. Transakssi sepi karena saham yang berpindahtangan hanya 1,643 miliar unit senilai Rp 843 miliar. Keraguan tampak terus membayangi investor Jakarta meski Bank Indonesia telah mengisyaratkan penurunan suku bunga BI Rate dalam waktu dekat. Kecenderungan pemodal itu bisa dimaklumi karena fluktuasi mata uang dunia terhadap dolar AS masih cukup tajam. Di sisi lain, lambannya aksi korporasi emiten membuat gerakan sahamnya tidak stabil. Laju Indeks Harga Saham Gabungan ikut terhambat.
  • Sementara itu, koreksi saham pilihan kapitalisasi besar menjadi pemicu penurunan indikator BEJ kemarin. Indeks BI-40 terkoreksi 0,96% pada 359,048. investor asing membukukan net selling Rp 55 miliar dan rupiah ditutup di Rp 9.358 per dolar AS. Harus diakui, instabilitas bursa juga dipicu ‘demam Piala Dunia’ di Jerman bulan ini. Sebagian pemodal cenderung mengikuti ‘judi bola’, sehingga aktivitas transaksi di pasar ekuitas menurun. Bahkan berbagai saham blue chips yang dianggap menguntungkan segera dilepas investor. Karena, instabilitas pasar global berpotensi menjatuhkan BEJ.

Monday, June 19, 2006

[Bisnis] 19 Juni 2006

News:
  • Standard Chartered Plc dan PT Astra Internasional Tbk mengisyaratkan akan menambah kepemilikannya di PT Bank Permata Tbk dengan membeli saham milik PT Perusahaan Pengelola Aset di bank tersebut. PT PPA berencana mendivestasi kepemilikannya sebesar 25,9% yang merupakan saham pemerintah di Bank Permata dan 5,53% di PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) untuk memenuhi target setoran ke APBN 2006.
  • Pemerintah Indonesia sebagai pemiliki sekitar 15% saham PT Indosat meminta dividen sebesar 50% atau Rp 812 miliar dari laba bersih tahun lalu yang mencapai Rp 1,62 triliun untuk disetorkan ke kas negara. Deputi BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi Roes Aryawijaya mengatakan permintaan itu akan diajukan dalam RUPS Indosat pada 29 Juni.
  • Perusahaan Malaysia Indocel Holding Sdn Bhd, pemegang mayoritas (56,92%) dari PT Excelcomindo Pratama Tbk, membeli kembali saham perusahaan itu dari AIF (Indonesia) Limited. Dalam keterbukaan informasinya kepada Bursa Efek Jakarta (BEJ), Direktur Indocel Yusof Annuar Yaacob menyatakan telah membeli sebanyak 195.605.400 lembar saham dari AIF pada 12 Juni lalu. Adapun harga pembelian saham transfer tersebut sebesar US$0,203 per saham atau total sekitar US$39,73 juta. Tujuan transaksi saham oleh Indocel tersebut adalah untuk meningkatkan kepemilikannya di Excelcomindo.
Market Reviews:
  • Aktivitas beli saham-saham unggulan yang mulai marak sejak dua hari terakhir membuat Indeks Harga Saham Gabungan sepekan naik 34,77 poin (2,73%) dari 1.274,753 menjadi 1.309,525. seiring dengan itu, indeks BI-40 juga naik 12,450 poin (3,556%) dari 350,096 menjadi 362,546. Saham-saham pilihan Bisnis yang mengalami kenaikan dalam sepekan antara lain Semen Gresik naik 5,31%, Telkom 6,38%, Perusahaan Gas Negara 9,22%, Astra International 1,60%, Unilever 5,70%, BRI 14,19%, BCA 5,03%, dan Astra Agro Lestari 2,36%. Tren pembalikan arah kenaikan harga saham-saham unggulan ini tidak terlepas dari berkurangnya kecemasan pasar akan kenaikan suku bunga Fed.
  • Sebelumnya, pasar memprediksikan bahwa Gubernur Federal Reserve Ben Bernanke akan terus menaikkan suku bunga guna meredam laju inflasi. Kekhawatiran pasar mereda setelah inflasi Amerika Mei lalu turun dari 0,6% menjadi 0,4% di tengah turunnya harga minyak dunia. Ini memberi indikasi kuat bagi pasar bahwa Federal Reserve besar kemungkinan akan menghentikan tren kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya pada 8 Agustus. Karena kepastian kenaikan suku bunga Fed akan berakhir. Selain itu, adanya pernyataan dari Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah bahwa beliau akan tetap komitmen untuk menurunkan patokan bunga BI (BI Rate) juga menambah semangat investor kembali masuk bursa. Kabarnya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate sebesar 50 basis poin bila inflasi akhir tahun bisa mencapai 7,3%.
  • Meski demikian, ditengah pesta Piala Dunia sepak bola yang masih berlangsung, tampaknya investor belum berani mengambil posisi beli untuk jangka panjang. Apalagi, pergerakan indeks bursa masih mengikuti tren bursa global dan regional dan ancaman perekonomian Amerika yang bakal tumbuh melamban. Setidaknya investor masih menunggu data-data ekonomi Amerika terbaru yang bisa dijadikan arah penentuan tren suku bunga di Amerika. Untuk itu, selektif beli tentunya masih diperlukan pada saham pilihan Bisnis. Tentunya pada saham emiten yang berfundamental kuat dan didukung adanya rencana korporasi. Seperti rencana PT Telkom menjual kepemilikan saham anak perusahaan ke publik di pasar modal.
  • Secara umum, arah pergerakan harga saham masih dipengaruhi tren rupiah dan sentimen global terhadap pasar modal di Indonesia. Meski ada tantangan dari pasar global, investor asing masih yakin Indonesia tetap memiliki momentum ekonomi yang kuat. Untuk itu, pasar yakin bila rupiah kembali menguat ke level 9.000-an, maka indeks saham Jakarta akan kembali rally menembus 1.350.

Saturday, June 17, 2006

[Bisnis] 17 Juni 2006

News:
  • Jajaran direktur PT Semen Gresik Tbk akan dirombak setelah pemegang 24,9% saham baru resmi masuk BUMN semen tersebut menggantikan posisi Cemex Asia Holdings Ltd. RUPS tahunan Semen Gresik dijadwalkan pada 30 Juni tetapi tidak mempunyai agenda perubahan susunan direksi. Rapat itu akan membahas persetujuan laporan tahunan direksi perseroan, pengesahan perhitungan tahunan pada 2005, dan penetapan penggunaan laba 2005 termasuk pembagian dividen tahun buku 2005.
  • Perum Pegadaian mengusulkan penghapusan uang pinjaman dan sewa modal untuk golongan A kepada nasabah yang terkena musibah di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Direktur Utama perum Pegadaian Deddy Kusdedi menyatakan kebijakan ini masih dalam tahap usulan karena penghapusan tersebut sama artinya dengan penghapusan aset Pegadaian.

Friday, June 16, 2006

[Bisnis] 16 Juni 2006

News:
  • Meskipun tidak dapat memenuhi keingian Menneg BUMN Sugiharto, Cemex Asia Holdings Limited menyatakan siap membahas dengan Pemerintah Indonesia mengenai pencabutan proses arbitrase dan persoalan hukum yang ada.
  • RUPS Bank Artha Graha yang berlangsung kemarin memutuskan untuk tidak membagikan dividen kepada seluruh pemegang sahamnya atas laba bersih tahun buku 2006 yang mencapai Rp 22,6 miliar. Laba tersebut selanjutnya digunakan untuk memperkuat posisi permodalan perusahaan.
  • PT Petrosea Tbk telah membeli kembali 177.500 saham dalam waktu yang berbeda secara bertahap. Dalam laporannya kepada Bursa Efek Jakarta (BEJ) disebutkan pada 9 Juni 2006 perusahaan itu membeli sekitar 57.500 saham pada harga Rp 6.500 dan 25.000 saham pada harga Rp 6.450. Pembelian itu kembali dilakukan lagi pada 12 Juni sebanyak 25.000 saham dengan harga Rp 6.400 per saham dan 25.000 saham dengan harga Rp 6.450. Pada 13 Juni, Petrosea membeli kembali sebanyak 30.000 saham pada harga Rp 6.350 dan 15.000 lembar ada harga Rp 6.150 per saham.
  • PT Bakrie Telecom Tbk memproyeksikan belanja modal (capital expenditure/Capex) sebesar Rp 1,3 triliun pada tahun ini yang akan dialokasikan untuk memperkuat jariangan layanan telekomunikasi kepada pelanggan.
  • Pembayaran amortisasi kedelapan obligasi PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk II/1997 sebesar Rp 10,08 miliar akan dilakukan pada 20 Juni 2006 melalui PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Kadiv Perdagangan Surat Utang Bursa Efek Surabaya (BES) Erna Dewayani menjelaskan setelah pembayaran amortisasi tersebut, maka nilai nominal obligasi CMNP II yang tercatat di BES terhitung sejak 20 Juni 2006 berkurang menjadi sebesar Rp 100,80 miliar.
  • Pembayaran amortisasi ke-13 Obligasi Eka Gunatama Mandiri I/2003 dengan tingkat bunga meningkat dalam restrukturisasi berkode sebesar Rp 9,67 miliar juga akan dilakukan pada 20 Juni 2006 melalui KSEI. Setelah adanya pembayaran amortisasi tersebut, maka nilai nominal obligasi Eka Gunatama Mandiri I yang tercatat di BES terhitung sejak 20 Juni 2006 berkurang menjadi sebesar Rp 95,59 miliar.
  • Rencana pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi obligasi di luar pasar over the counter (OTC) akan membuat harga patokan (benchmark) menjadi lebih baik, wajar, dan transparan. Direktur Utama Bursa Efek Surabaya (BES) Bastian Purnama mengatakan selama ini agak sulit diketahui harga yang berlaku di pasaran dan berapa nilai transaksi yang terjadi, karena sedikit yang melaporkannya.

Thursday, June 15, 2006

[Bisnis] 15 Juni 2006

News:
  • Consultative Group for Indonesia (CGI) menawarkan komitmen utang dan hibah pada tahun anggaran 2006 sebesar US$5,4 miliar. Dana tersebut terdiri dari US$3,9 miliar yang masuk APBN dan sekitar US$1,5 miliar lewat jalur non-APBN.
  • PT Bumi Resources Tbk akan membeli PT Energi Mega Persada Tbk (EMP) dengan menerbitkan 14,4 miliar saham baru senilai Rp 11,52 miliar. Dalam rencana mereg perseroan tersebut EMP akan bubar demi hukum tanpa dilakukan likuidasi terlebih dahulu. Sementara semua aktiva dan pasiva perseroan akan beralih menjadi milik Bumi. Penggabungan keduanya akan dilakukan menggunakan dasar laporan keuangan per 31 Maret 2006. masing-masing perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam RUPSLB yang akan digelar pada 28 Juli 2006.
  • Manajemen PT Sumalindo Lestari Jaya memutuskan mengubah rasio penawaran umum terbatas kedua dengan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue), karena terjadi penambahan jumlah saham akibat konversi utang menjadi saham. Eksekutif yang mengetahui transaksi itu mengatakan Sumalindo mengubah rasio menjadi 6:1 dengan harga Rp 1.000 per saham, dan pemegang enam saham lama berhak membeli satu saham baru yang akan dikeluarkan dari portepel, dari semula 11:2. Alasan perubahan itu adalah penambahan jumlah saham setelah salah satu kreditor Sumalindo yaitu Three Six Nine Limited mengubah piutangnya menjadi saham emiten itu.
  • PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) tetap akan menghapuskan perdagangan saham (delisting) PT Bukaka Teknik Utama Tbk dari bursa saham jika perusahaan itu hingga akhir Juli 2006 tidak dapat menyampaikan laporan keuangan audit yang tidak beropini disclaimer. Keputusan BEJ tersebut dilandasi oleh laporan keuangan perseroan yang diaudit periode 2000-2005 atau enam tahun berturut-turut dengan opini disclaimer dari kantor akuntan publik.
  • PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) membeli kembali saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebanyak 750.000 lembar atau sekitar 4,38% dari total saham yang beredar dengan harga pembelian Rp 6.867 per lembar. Transaksi tersebut dilaksanakan pada 12 Juni 2006 dengan broker pelaksana PT Danareksa Sekuritas. Pada perdagangan sebelumnya, saham Telkom ditutup pada level Rp 7.050 per lembar. Jumlah total yang telah dibeli kembali termasuk di New York Stock Exchange (NYSE) sebanyak 24,29 juta lembar dan jumlah maksimal yang diizinkan 1,007 miliar. Sisa dari jumlah maksimal pembelian yang diizinkan menjadi 983,7 juta.
Market Reviews:
  • Tekanan jual investor terhadap saham unggulan mulai mereda. Hal itu sejalan dengan membaiknya transaksi di sejumlah bursa regional, kemarin. Pelaku pasar menanti munculnya insentif positif segar yang bisa memulihkan BEJ. Termasuk langkah otoritas moneter mendongkrak kurs rupiah di pasar valuta asing. Bagaimanapun, koreksi harga yang menimpa saham blue chips belakangan ini sudah terlampau tajam. Beberapa pemodal mencoba membeli kembali saham Bisnis untuk memperbaiki harga meski terbatas. Bahkan sejumlah saham blue chips tidak mengalami perubahan harga atau stagnan.
  • Indeks komposit BEJ hanya terkoreksi tipis 2,370 poin atau 0,19% menjadi 1.234,198. Perhatian pemodal cenderung tertuju pada sidang CGI dan dampaknya terhadap perekonomian nasional. Mereka juga terus mencermati perkembangan pasar global sebelum mengambil posisi jula beli dalam jumlah besar di BEJ. Panik jual terhadap saham pilihan mulai berkurang karena harga saham yang relatif murah. Investor tetap menanti aksi korporasi emiten yang bisa menggerakkan kembali kursnya ke posisi lebih tinggi. Aktivitas jual beli atas saham unggulan cukup berimbang. Pemodal tampak masih wait and see menyusul kondisi rupiah yang belum stabil.
  • Di sisi lain, pelaku pasar juga menanti pengumuman data ekonomi AS dan perkembangan pasar regional. Apapun alasannya, bayang-bayang kenaikan suku bunga AS diperkirakan tetap menghantui pasar saham dunia hingga akhir bulan ini. Apalagi dengan pergerakan dolar AS yang cenderung menguat terhadap hampir semua mata uang regional kemarin. Kenyataan ini berpotensi menghambat laju saham unggulan Bisnis.

Wednesday, June 14, 2006

[Bisnis] 14 Juni 2006

News:
  • Departemen Keuangan menerbitkan kembali obligasi negara seri FR0026 dan FR0037 senilai Rp 3,10 triliun, atau lebih tinggi dari jumlah indikatif yang dikeluarkan sebesar Rp 2 triliun pada lelang 13 Juni. Jumlah nominal surat utang negara (SUN) yang dimenangkan pemerintah pada lelang itu masing-masing Rp 1,97 triliun untuk seri FR0026 dan Rp 1,15 triliun untuk seri FR0037. Jumlah penawaran untuk seri FR0026 mencapai Rp 2,54 triliun dengan imbal hasil (yield) terendah 12,87% dan tertinggi yang masuk 14%. Sementara jumlah penawaran yang masuk untuk seri FR0037 mencapai Rp 1,27 triliun dengan imbal hasil terendah 13,31% dan tertinggi 14,5%.
  • Sentimen negatif kembali menekan IHSG Bursa Efek Jakarta, merosot 36,54 poin (2,87%) ke level 1.236, sementara BI menilai pelemahan rupiah hanya temporer meski penurunannya telah melewati batas psikologis Rp 9.500 per US$. Sejumlah 1,75 miliar saham telah diperjualbelikan dengan transaksi senilai Rp 1,56 triliun dan frekuensi mencapai 15.923 kali. Hanya tujuh saham yang harganya naik, sedangkan harga 107 saham turun dan 227 saham lainnya tetap. Data perdagangan BEJ menunjukkan asing masih membukukan net selling, transaksi jual lebih besar daripada transaksi beli, sebesar Rp 56 miliar.
  • Obligasi Astra Sedaya Finance VII sebanyak enam seri dengan tingkat bunga tetap mulai dicatatkan dan diperdagangkan melalui Bursa Efek Surabaya (BES) hari ini. Obligasi tersebut terdiri dari seri A dan B masing-masing bernilai nominal Rp 75 miliar dengan tingkat bunga 13,05% dan 13,2%. Untuk seri A berjangka waktu 370 hari, sedangkan seri B 18 bulan. Seri C bernilai Rp 125 miliar dengan tingkat bunga 13,625% jatuh tempo 24 bulan. Seri D dan E yang bernilai nominal Rp 100 miliar dan Rp 150 miliar, dengan tingkat bunga 14% dan 14,1% berjangka waktu 30 bulan dan 36 bulan. Sedangkan seri F bernilai nominal Rp 50 miliar dengan tingkat bunga 14,2%.
  • PT Asahimas Flat Glass Tbk akan membagikan dividen Rp 34,7 miliar atau Rp 80 per saham dari laba bersih tahun lalu. Dalam siaran pers yang diterima Bisnis awal pekan ini disebutkan dari laba bersih 2005 Asahimas yang mencapai Rp 212 miliar, sekitar Rp 4,25 miliar dialikoasikan sebagai dana cadangan umum. Rencana itu telah disetujui oleh rapat umum pemegang saham (RUPS) yang digelar pada Jumat pekan lalu. RUPS juga menyetujui pembukuan Rp 173,6 miliar dari laba bersih 2005 sebagai laba ditahan. Pada triwulan I tahun ini, laba bersih Asahimas Flat mencapai Rp 13 miliar, turun dari posisi triwulan I 2005 yang mencapai Rp 56 miliar.
Market Reviews:
  • Instabilitas pasar global dan regional kembali menekan BEJ. Pelaku pasar terus membuang saham blue chips sehingga kursnya terpangkas signifikan. Bayang-bayang kenaikan suku bunga Fed masih menghantui investor dunia, termasuk Jakarta. Selain itu, perlambatan ekonomi AS dan global serta fluktuasi harga minyak dunia ikut mengganjal pergerakan harga saham di bursa. Bahkan lonjakan inflasi di AS telah menimbulkan kekhawatiran pemodal dunia terhadap naiknya suku bunga Fed akhir bulan ini. Kenyataan tersebut membuat investasi di pasar modal menjadi kurang stabil. Indeks komposit BEJ kembali terpangkas tajam 36,542 poin atau 2,87% menjadi 1.236,568. Berbagai saham blue chips dibuang investor guna mendapatkan keuntungan temporer.
  • Pemodal masih mencemaskan dampak kenaikan suku bunga AS terhadap perekonomian global. Pasar ekuitas dunia pun bakal terpukul jika Bank Sentral AS kemabli mengetatkan suku bunganya. Di sisi lain, menguatnya dolar AS terhadap mata uang regional ikut membayangi aktivitas transaksi di pasar modal. Pelaku pasar cemas, apresiasi dolar yang diikuti kenaikan suku bunga Fed akan memangkas kinerja emiten. Panik jual investor terutama menerjang saham pilihan kapitalisasi besar. Bahkan mayoritas saham blue chips kursnya terpangkas sehingga indeks BI-40 anjlok 3,16% di level 338,639. Total volume saham Bisnis yang berhasil diperjualbelikan 419 juta unit senilai Rp 1,14 triliun.
  • Ketakutan pemodal atas kenaikan suku bunga dolar AS telah menekan semua mata uang dunia, kemarin. Kurs rupiah sempat anjlok hingga Rp 9.510 sebelum akhirnya ditutup pada Rp 9.485 per dolar AS. Bagaimanapun, suku bunga tinggi disertai penguatan dolar AS atas mata uang dunia membuat pasar modal tidak menarik.

Tuesday, June 13, 2006

[Bisnis] 13 Juni 2006

News:
  • PT Adhi Karya Tbk mengincar proyek monorel di Arab Saudi senilai US$2 miliar – US$3 miliar dan bekerja sama dengan Salam Inter Group membangun proyek infrastruktur di Timur Tengah. Selain itu, Adhi Karya diproyeksikan mengerjakan proyek superblok di Dubai maupun Qatar.
  • Kementerian BUMN menyiapkan opsi suntikan dana melalui BUMN Restructuring Fund untuk menyelamatkan PT Garuda Indonesia dan PT Merpati Nusantara Airlines mengingat pemerintah kesulitan menggunakan dana APBN maupun mempersiapkan letter of undertaking.
  • PT Berlian Laju Tanker Tbk akan menawarkan 525 juta – 775 juta lembar saham biasa di Singapore Exchange (SGX) yang berasal dari saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dan saham treasury yang diperkirakan pada akhir Juli. Rencana melaksanakan penawaran saham di bursa Singapura dari saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu itu, akan dimintakan persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa pada 21 Juni 2006.
  • Dolar AS menguat atas euro dan yen, seiring munculnya spekulasi laporan inflasi di Negeri Paman Sam. Kondisi itu diperkirakan dapat menjadi alasan The Fed menaikkan suku bunga untuk ke-17 kalinya sejak Juni 2004.
  • PT Bimantara Citra Tbk terpaksa menunda pembagian dividen tahun buku 2004 karena belum dipenuhinya sejumlah syarat yang ditetapkan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 6 mei yang lalu. Dirut Bimantara Hary Tanoesoedibjo mengatakan Bimantara harus menempuh beberapa tahap agar dapat membagikan dividen final. Tahapan itu adalah Bimantara atau PT Mobile-8 Telecom mendapatkan persetujuan dari beberapa pihak termasuk kreditor Mobile-8, pemegang saham Mobile-8 lainnya, dan Badan Koordinasi Penanaman Pasar Modal. Mobile-8 mendapatkan pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal atas pernyataan pendaftaran yang diajukan Mobile-8 terkait dengan upaya menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya di bursa efek Indonesia.
  • Perum Pegadaian kemarin melunasi nilai pokok obligasi kedelapan sebanyak lima seri yang dikeluarkan tahun 2001 dengan tingkat bunga tetap atau mengambang. Kadiv Pencatatan Bursa Efek Surabaya (BES) Umi Kulsum dan Kadiv Perdagangan Surat Utang Erna Dewayani dalam keterbukaan informasinya menyatakan Pegadaian akan melakukan amortisasi obligasi itu. Amortisasi obligasi itu terdiri dari Rp 11,94 miliar untuk seri A, dan Rp 65,8 miliar untuk seri B, sedangkan seri C, D, dan E masing-masing Rp 172,3 miliar, Rp 2 miliar, dan Rp 200 juta. Terhitung mulai 12 Juni 2006 obligasi tersebut tidak tercatat dan tidak dapat diperdagangkan lagi melalui BES dan atau dilaporkan perdagangannya melalui sarana yang disediakan BES.
  • PT Jaka Inti Realtindo berencana meningkatkan nilai nominal saham dengan menggabungkan nominal saham (reverse stock) sebanyak lima kali. Dalam keterbukaan informasinya kepada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), perusahaan properti ini menyatakan akan membahas peningkatan modal dasar serta penambahan seri sahamnya dalam rapat umum pemegang saham pada 30 Juni.
  • Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam & LK) akan memberikan sanksi bagi pihak yang tidak melaporkan transaksi obligasi yang dilakukan di luar bursa (over the counter/OTC) ke Bursa Efek Surabaya. Sanksi yang akan ditetapkan merujuk pada ketentuan pasar modal, pemberian sanksi merupakan upaya dari Bapepam agar kebijakan yang ditetapkan dapat berjalan optimal.
Market Reviews:
  • Aksi jual kembali mengganjal pergerakan indeks BI-40 di lantai bursa. Pemodal terlihat cukup antusias melepas berbagai saham unggulan untuk merealisasikan gain. Berkurangnya insentif positif di BEJ serta antisipasi kenaikan suku bunga The Fed ikut memicu tekanan jual di sejumlah saham pilihan. Sentimen jual tersebut merupakan konsolidasi investor atas melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sampai penutupan perdagangan kemarin sudha berada di level Rp 9.410. Spekulasi kenaikan suku bunga The Fed kiranya terus menguatkan posisi dolar AS terhadap beberapa mata uang di Asia maupun Euro. Investor pun mulai meninggalkan investasi saham dan beralih ke pasar uang. Kemarin, investor asing di BEJ membukukan total pembelian saham sebesar Rp 267,708 miliar dan penjualan sebesar Rp 262,404 miliar, sehingga hanya terjadi net buying Rp 5,304 miliar.
  • Sepanjang perdagangan Senin kemarin, pergerakan indeks saham pilihan Bisnis kembali terkoreksi 0,114% atau 0,398 poin ke level 349,698. Profit taking yang menerjang saham Bisnis itu ikut menekan Indeks Harga Saham Gabungan di BEJ sebesar 0,129% atau 1,643 poin menjadi 1.273,11. Indeks LQ45 loss 0,192% atau 0,537 poin ke 279,54. Melemahnya nilai tukar rupiah dikhawatirkan akan menjatuhkan pasar saham. Situasi tersebut juga semakin tertekan oleh memburuknya sentimen investor di bursa global maupun regional menyusul sejumlah sinyal yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi AS telah melamban.

Monday, June 12, 2006

[Bisnis] 12 Juni 2006

News:
  • Harga surat utang negara (SUN) terus tertekan, bahkan menurun hingga 5% hanya dalam waktu sebulan terakhir ini karena kekhawatiran terhadap tingkat suku bunga global. Akibatnya, imbal hasil (yield) instrumen itu terus naik. Berdasarkan data perhimpunan pedagang surat utang negara (Himdasun), harga seluruh SUN nyari menurun tajam akibat aksi jual. Kebijakan bank sentral AS dan sejumlah bank sentral negara besar lainnya yang cenderung menaikkan tingkat suku bunga memicu para investor melakukan aksi jual pada instrumen investasi di bursa negara berkembang, termasuk Indonesia.
  • Anak perusahaan PT Krakatau Steel, PT KHI Pipe Industry, akan melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) kurang dari 40% saham pada 2006 untuk meningkatkan kinerja. Komisaris Utama PT Krakatau Steel Amir Sambodo mengatakan setelah anak perusahaan itu go public, Krakatau Steel berencana mencatatkan sahamnya di bursa.
  • Kalangan perbankan yang menurunkan tingkat bunga simpanan terpaksa menyesuaikan kembali sebagai respons terhadap keputusan LPS yang mempertahankan bunga pinjaman di level 12,5%.
  • Tekanan terhadap mata uang di kawasan Asia pekan ini diperkirakan masih berlangsung menyusul spekulasi terhadap kenaikan Fed Fund Rate 25 basis poin dari level 5% menjadi 5,25%. Sementara itu, Bank Indonesia diperkirakan menjaga rupiah agar tidak menembus level psikologis Rp 9.500 per dolar AS.
Market Reviews:
  • Pemodal BEJ masih akan mencermati perkembangan pasar global. Isu kenaikan suku bunga AS, lonjakan harga minyak dunia serta apresiasi dolar AS diperkirakan tetap membayangi aktivitas transaksi minggu ini. Kalangan investor hati-hati dan cenderung selektif mengambil posisi di bursa. Bahkan sebagian pemodal kemungkinan kembali mengalihkan portofolionya ke pasar valuta asing memanfaatkan penguatan rupiah. Pembelian dolar AS tersbeut akan kembali mengganjal kurs rupiah. BEJ masih tetap labil karena Bank Sentral AS akan segera menaikkan suku bunganya bulan ini.
  • Sementara itu, perdagangan saham di BEJ pekan lalu didominasi tekanan jual. Investor agresif membuang saham blue chips sehingga kursnya berguguran. Mayoritas saham Bisnis terpangkas dalam jumlah signifikan. Indeks BI-40 anjlok 6,35% pada 350,096 dari sebelumnya di level 373,836. Total volume saham Bisnis yang berpindahtangan 1,64 miliar unit senilai Rp 5,08 triliun. Investor asing mencatat net selling sebesar Rp 458 miliar dan kurs rupiah terpuruk di level Rp 9.425 per dolar AS. Instabilitas bursa global maupun regional telah menyeret kejatuhan saham pilihan Bisnis.
  • Panik jual tampak menghantui pelaku pasar dunia, termasuk investor BEJ. Pemicunya adalah pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, Ben Bernanke, soal kenaikan inflasi di AS dan perlambatan ekonomi negara tersebut. Pemodal langsung merespon ucapan Bernanke itu dengan mendiskon sahamnya di pasar ekuiti. Pasalnya, isyarat Gubernur The Fed tersebut mengindikasikan suku bunga AS akan segera dinaikkan untuk menghambat laju inflasi. Pasar modal dunia langsung bereaksi negatif, begitu juga pemodal di pasar valuta asing. Nilai mata uang maupun harga saham terpangkas tajam.
  • Di bagian lain, harga minyak dunia ikut melambung ke level US$72 per barel. Kenyataan tersebut membuat investor terus dilanda ketidakpastian berinvestasi. Pasalnya, perlambatan ekonomi AS secara langsung akan mengganjal pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk regional. Bahkan nilai ekspor perusahaan ke AS akan merosot jika dolar menguat terhadap mata uang regional. Kepanikan ikut menimpa pemodal BEJ dimana mereka agresif membuang saham emiten yang memiliki utang dolar tinggi. Akibatnya, indeks BEJ terpuruk 72,93 poin atau 5,41% dari posisi 1.347,686 menjadi 1.274,753.
  • Pada penutupan transaksi Jumat pekan lalu, indeks BEJ mengalami rebound namun kurang signifikan. Bayang-bayang pelemahan rupiah atas dolar AS serta tingginya harga minyak dunia membuat investor selektif bertransaksi di BEJ. Harus diakui, koreksi yang melanda saham unggulan pekan lalu tidak hanya disebabkan terpicu faktor global dan regional. Keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga BI Rate di level 12,5% ikut menyulut kekecewaan investor BEJ. Pasalnya, langkah otoriotas moneter itu tidak sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar. Mereka berharap BI Rate turun untuk mendongkrak sektor riil.

Saturday, June 10, 2006

[Bisnis] 10 Juni 2006

News :
  • Bank Indonesia masih menunggu keputusan akhir dari pemerintah sebelum mengeksekusi pembayaran utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF). Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono memastikan tidak ada masalah dengan urusan administrasi percepatan pembayaran utang kepada IMF, meski jadwal pelaksanaannya belum ditentukan.
  • Departemen ESDM menetapkan Agincourt Resources Limited dari Australia dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) – bersama konsorsiumnya yaitu perusahaan Afsel dan Malaysia – ikut lelang selanjutnya untuk menjadi pemegang hak eksplorasi tambang emas Martabe milik PT Newmont Horas Nauli (NHN).
  • Sejumlah mata uang Asia selama pekan ini mengalami pelemahan seiring dengan aksi penjualan investor asing terhadap beberapa saham lokal yang dipicu oleh spekulasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve. Peso Filipina dua hari yang lalu mencapai level paling rendah selama tahun ini, sedangkan nilai rupiah mencapai level paling rendah sejak Januari. Baht Thailand pada pertengahan pekan ini juga menyentuh level paling rendah selaam dua pekan terakhir seiring dengan pernyataan deputi gubernur bank sentral setempat tentang perlambatan pertumbuhan ekspor.
  • Pemerintah tidak keberatan jika Cemex Asia Holdings Ltd akhirnya menjual 24,9% sahamnya di PT Semen Gresik Tbk kepada Rajawali Corporation, asalkan dapat memenuhi tiga keinginan pemerintah.
  • PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk akan membagikan hampir seluruh laba bersih tahun lalu sebagai dividen tunai sebesar Rp 540 per saham atau total Rp 2,37 triliun. Pembagian dividen tersebut meliputi dividen interim sebesar Rp 340 per saham yang telah dibayarkan pada 27 Oktober 2005. sisanya sebesar Rp 200 per saham akan dibagikan pada pemegang saham pada 19 Juli 2006.
  • PT Matahari Putra Prima Tbk memutuskan menunda penjualan obligasi dengan nilai USD$200 juta karena kondisi pasar yang tidak menguntungkan. UBS, bank terbesar di Eropa dan Credit Suisse Group, bank terbesar kedua di Swiss, telah ditunjuk Matahari untuk mengatur penjualan surat utang itu.
Market Reviews:
  • Rebound yang melanda saham unggulan Bisnis berhasil menggairahkan BEJ. Pelaku pasar agresif memborong saham blue chips untuk memperbaiki harga agar tetap atraktif hingga pekan depan. Perburuan pemodal atas saham unggulan seiring dengan membaiknya pasar global maupun regional. Bahkan kurs rupiah yang cenderung menguat atas dolar AS ikut menyulut pembelian saham Bisnis di bursa. Saat ini adalah momentum yang tepat membeli kembali saham blue chips karena sebagian kursnya sudah relatif murah. Peluang investor mendapatkan keuntungan cukup terbuka.
  • Faktor akhir pekan telah dimanfaatkan pemodal untuk mengakumulasi saham pilihan penggerak bursa. Sentimen beli investor selain bertujuan memperbaiki harga saham, juga dimaksudkan untuk mempertahankan gairah perdagangan di BEJ. Bagaimanapun, prospek investasi di pasar saham masih cukup cerah setidaknya hingga akhir tahun ini. Antusiasme pemodal mengakumulasi saham Bisnis berhasil mendongkrak indeks BEJ 33,427 poin atau 2,69% menjadi 1.274,753. Kegiatan transaksi berlangsung marak dengan volume saham berpindahtangan 3,491 miliar unit senilai Rp 1,7 triliun.
  • Saham kapitalisasi besar, seperti Telkom, Bank BRI, Bank Mandiri, serta PGAS tampil sebagai motor utama BEJ dengan kenaikan kurs yang cukup tinggi. Pemodal aktif memborong kelompok saham tersebut untuk investasi jangka panjang. Bagaimanapun, koreksi yang berlangsung selama dua pekan terakhir membuat harga saham Bisnis lebih murah. Disisi lain, aspek fundamental emiten yang solid serta prospek usahanya yang cerah mampu membangkitkan animo investor membeli kembali di BEJ. Di mata pelaku pasar, potensi keuntungan di saham Bisnis cukup tinggi terutama dalam jangka panjang.
  • Sampai penutupan transaksi Jum’at kemarin, indeks BI-40 terkerek 2,85% pada posisi 350,096. situasi global dan regional kembali stabil langsung berimbas ke BEJ. Pemodal melakukan pembelian kembali secara teknikal atas saham blue chips yang bisa mendatangkan keuntungan.