Monday, June 19, 2006

[Bisnis] 19 Juni 2006

News:
  • Standard Chartered Plc dan PT Astra Internasional Tbk mengisyaratkan akan menambah kepemilikannya di PT Bank Permata Tbk dengan membeli saham milik PT Perusahaan Pengelola Aset di bank tersebut. PT PPA berencana mendivestasi kepemilikannya sebesar 25,9% yang merupakan saham pemerintah di Bank Permata dan 5,53% di PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) untuk memenuhi target setoran ke APBN 2006.
  • Pemerintah Indonesia sebagai pemiliki sekitar 15% saham PT Indosat meminta dividen sebesar 50% atau Rp 812 miliar dari laba bersih tahun lalu yang mencapai Rp 1,62 triliun untuk disetorkan ke kas negara. Deputi BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi Roes Aryawijaya mengatakan permintaan itu akan diajukan dalam RUPS Indosat pada 29 Juni.
  • Perusahaan Malaysia Indocel Holding Sdn Bhd, pemegang mayoritas (56,92%) dari PT Excelcomindo Pratama Tbk, membeli kembali saham perusahaan itu dari AIF (Indonesia) Limited. Dalam keterbukaan informasinya kepada Bursa Efek Jakarta (BEJ), Direktur Indocel Yusof Annuar Yaacob menyatakan telah membeli sebanyak 195.605.400 lembar saham dari AIF pada 12 Juni lalu. Adapun harga pembelian saham transfer tersebut sebesar US$0,203 per saham atau total sekitar US$39,73 juta. Tujuan transaksi saham oleh Indocel tersebut adalah untuk meningkatkan kepemilikannya di Excelcomindo.
Market Reviews:
  • Aktivitas beli saham-saham unggulan yang mulai marak sejak dua hari terakhir membuat Indeks Harga Saham Gabungan sepekan naik 34,77 poin (2,73%) dari 1.274,753 menjadi 1.309,525. seiring dengan itu, indeks BI-40 juga naik 12,450 poin (3,556%) dari 350,096 menjadi 362,546. Saham-saham pilihan Bisnis yang mengalami kenaikan dalam sepekan antara lain Semen Gresik naik 5,31%, Telkom 6,38%, Perusahaan Gas Negara 9,22%, Astra International 1,60%, Unilever 5,70%, BRI 14,19%, BCA 5,03%, dan Astra Agro Lestari 2,36%. Tren pembalikan arah kenaikan harga saham-saham unggulan ini tidak terlepas dari berkurangnya kecemasan pasar akan kenaikan suku bunga Fed.
  • Sebelumnya, pasar memprediksikan bahwa Gubernur Federal Reserve Ben Bernanke akan terus menaikkan suku bunga guna meredam laju inflasi. Kekhawatiran pasar mereda setelah inflasi Amerika Mei lalu turun dari 0,6% menjadi 0,4% di tengah turunnya harga minyak dunia. Ini memberi indikasi kuat bagi pasar bahwa Federal Reserve besar kemungkinan akan menghentikan tren kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya pada 8 Agustus. Karena kepastian kenaikan suku bunga Fed akan berakhir. Selain itu, adanya pernyataan dari Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah bahwa beliau akan tetap komitmen untuk menurunkan patokan bunga BI (BI Rate) juga menambah semangat investor kembali masuk bursa. Kabarnya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate sebesar 50 basis poin bila inflasi akhir tahun bisa mencapai 7,3%.
  • Meski demikian, ditengah pesta Piala Dunia sepak bola yang masih berlangsung, tampaknya investor belum berani mengambil posisi beli untuk jangka panjang. Apalagi, pergerakan indeks bursa masih mengikuti tren bursa global dan regional dan ancaman perekonomian Amerika yang bakal tumbuh melamban. Setidaknya investor masih menunggu data-data ekonomi Amerika terbaru yang bisa dijadikan arah penentuan tren suku bunga di Amerika. Untuk itu, selektif beli tentunya masih diperlukan pada saham pilihan Bisnis. Tentunya pada saham emiten yang berfundamental kuat dan didukung adanya rencana korporasi. Seperti rencana PT Telkom menjual kepemilikan saham anak perusahaan ke publik di pasar modal.
  • Secara umum, arah pergerakan harga saham masih dipengaruhi tren rupiah dan sentimen global terhadap pasar modal di Indonesia. Meski ada tantangan dari pasar global, investor asing masih yakin Indonesia tetap memiliki momentum ekonomi yang kuat. Untuk itu, pasar yakin bila rupiah kembali menguat ke level 9.000-an, maka indeks saham Jakarta akan kembali rally menembus 1.350.