Wednesday, June 14, 2006

[Bisnis] 14 Juni 2006

News:
  • Departemen Keuangan menerbitkan kembali obligasi negara seri FR0026 dan FR0037 senilai Rp 3,10 triliun, atau lebih tinggi dari jumlah indikatif yang dikeluarkan sebesar Rp 2 triliun pada lelang 13 Juni. Jumlah nominal surat utang negara (SUN) yang dimenangkan pemerintah pada lelang itu masing-masing Rp 1,97 triliun untuk seri FR0026 dan Rp 1,15 triliun untuk seri FR0037. Jumlah penawaran untuk seri FR0026 mencapai Rp 2,54 triliun dengan imbal hasil (yield) terendah 12,87% dan tertinggi yang masuk 14%. Sementara jumlah penawaran yang masuk untuk seri FR0037 mencapai Rp 1,27 triliun dengan imbal hasil terendah 13,31% dan tertinggi 14,5%.
  • Sentimen negatif kembali menekan IHSG Bursa Efek Jakarta, merosot 36,54 poin (2,87%) ke level 1.236, sementara BI menilai pelemahan rupiah hanya temporer meski penurunannya telah melewati batas psikologis Rp 9.500 per US$. Sejumlah 1,75 miliar saham telah diperjualbelikan dengan transaksi senilai Rp 1,56 triliun dan frekuensi mencapai 15.923 kali. Hanya tujuh saham yang harganya naik, sedangkan harga 107 saham turun dan 227 saham lainnya tetap. Data perdagangan BEJ menunjukkan asing masih membukukan net selling, transaksi jual lebih besar daripada transaksi beli, sebesar Rp 56 miliar.
  • Obligasi Astra Sedaya Finance VII sebanyak enam seri dengan tingkat bunga tetap mulai dicatatkan dan diperdagangkan melalui Bursa Efek Surabaya (BES) hari ini. Obligasi tersebut terdiri dari seri A dan B masing-masing bernilai nominal Rp 75 miliar dengan tingkat bunga 13,05% dan 13,2%. Untuk seri A berjangka waktu 370 hari, sedangkan seri B 18 bulan. Seri C bernilai Rp 125 miliar dengan tingkat bunga 13,625% jatuh tempo 24 bulan. Seri D dan E yang bernilai nominal Rp 100 miliar dan Rp 150 miliar, dengan tingkat bunga 14% dan 14,1% berjangka waktu 30 bulan dan 36 bulan. Sedangkan seri F bernilai nominal Rp 50 miliar dengan tingkat bunga 14,2%.
  • PT Asahimas Flat Glass Tbk akan membagikan dividen Rp 34,7 miliar atau Rp 80 per saham dari laba bersih tahun lalu. Dalam siaran pers yang diterima Bisnis awal pekan ini disebutkan dari laba bersih 2005 Asahimas yang mencapai Rp 212 miliar, sekitar Rp 4,25 miliar dialikoasikan sebagai dana cadangan umum. Rencana itu telah disetujui oleh rapat umum pemegang saham (RUPS) yang digelar pada Jumat pekan lalu. RUPS juga menyetujui pembukuan Rp 173,6 miliar dari laba bersih 2005 sebagai laba ditahan. Pada triwulan I tahun ini, laba bersih Asahimas Flat mencapai Rp 13 miliar, turun dari posisi triwulan I 2005 yang mencapai Rp 56 miliar.
Market Reviews:
  • Instabilitas pasar global dan regional kembali menekan BEJ. Pelaku pasar terus membuang saham blue chips sehingga kursnya terpangkas signifikan. Bayang-bayang kenaikan suku bunga Fed masih menghantui investor dunia, termasuk Jakarta. Selain itu, perlambatan ekonomi AS dan global serta fluktuasi harga minyak dunia ikut mengganjal pergerakan harga saham di bursa. Bahkan lonjakan inflasi di AS telah menimbulkan kekhawatiran pemodal dunia terhadap naiknya suku bunga Fed akhir bulan ini. Kenyataan tersebut membuat investasi di pasar modal menjadi kurang stabil. Indeks komposit BEJ kembali terpangkas tajam 36,542 poin atau 2,87% menjadi 1.236,568. Berbagai saham blue chips dibuang investor guna mendapatkan keuntungan temporer.
  • Pemodal masih mencemaskan dampak kenaikan suku bunga AS terhadap perekonomian global. Pasar ekuitas dunia pun bakal terpukul jika Bank Sentral AS kemabli mengetatkan suku bunganya. Di sisi lain, menguatnya dolar AS terhadap mata uang regional ikut membayangi aktivitas transaksi di pasar modal. Pelaku pasar cemas, apresiasi dolar yang diikuti kenaikan suku bunga Fed akan memangkas kinerja emiten. Panik jual investor terutama menerjang saham pilihan kapitalisasi besar. Bahkan mayoritas saham blue chips kursnya terpangkas sehingga indeks BI-40 anjlok 3,16% di level 338,639. Total volume saham Bisnis yang berhasil diperjualbelikan 419 juta unit senilai Rp 1,14 triliun.
  • Ketakutan pemodal atas kenaikan suku bunga dolar AS telah menekan semua mata uang dunia, kemarin. Kurs rupiah sempat anjlok hingga Rp 9.510 sebelum akhirnya ditutup pada Rp 9.485 per dolar AS. Bagaimanapun, suku bunga tinggi disertai penguatan dolar AS atas mata uang dunia membuat pasar modal tidak menarik.