Thursday, June 22, 2006

[Bisnis] 22 Juni 2006

News:
  • Pemerintah menetapkan defisit anggaran dalam APBN Perubahan 2006 sebesar 1,4% dari produk domestik bruto atau senilai Rp 42,4 triliun, membengkak dari semula 0,7% (Rp 22,43 triliun), sedangkan defisit pada RAPBN 2007 ditetapkan 0,9% PDB atau sebesar Rp 33,4 triliun. Menkeu Sri Mulyani menyatakan pembengkakan belanja negara terutama digunakan untuk menampung kenaikan anggaran pendidikan, bencana alam, subsidi PLN dalam rangka tidak dinaikkannya tarif dasar listrik, dan rehabilitasi Aceh, DI Yogyakarta, dan sekitarnya. Anggaran ini termasuk kenaikan Bantuan Langsung Tunai karena jumlah orang miskin bertambah, kenaikan subsidi pupuk, dan pengeluaran kenaikan suku bunga yang berasal dari SUN (surat utang negara) dalam negeri serta berbagai pengeluaran yang mencakup pinjaman luar negeri.
  • Pemerintah telah menetapkan 11 agen untuk penjualan obligasi ritel dengan total PAGU indikatif penjualan perdana ditetapkan sebesar Rp 2 triliun. Peluncuran penjualan perdana SUN ritel akan dilakukan hari ini di Jakarta.
  • Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) PT Polysindo Eka Perkasa Tbk kemarin memutuskan untuk mengkonversi utang perusahaan itu menjadi saham sebanyak 83,48 miliar saham atau senilai US$1,5 miliar. Dari 83,48 miliar saham tersebut sekitar 40,34 miliar merupakan saham bagi kreditor dengan jaminan dimana 4,39 miliar dialokasikan untuk manajemen. Sebanyak 43,14 miliar saham untuk kreditor tanpa jaminan, dimana 26,36 milar saham merupakan alokasi khusus untuk pemberi fasilitas modal kerja baru. Utang Polysindo hingga saat ini mencapai US$1,63 miliar dimana sekitar US$999 juta merupakan utang dengan jaminan dan US$630,6 juta berupa pinjaman tanpa jaminan.
  • PT Kalbe Farma Tbk akan mempercepat pembayaran utang sindikasi sebesar US$77 juta pada tahun ini untuk membebaskan dari ancaman gejolak mata uang rupiah. Rencana percepatan pelunasan utang itu membuat perseroan memutuskan tidak membagikan dividen tahun buku 2005, kendati membukukan labar bersih Rp 653,32 miliar.
  • Rencana perubahan bisnis anak perusahan PT British American Tobacco Indonesia Tbk (BAT) diperkirakan menelan biaya RP 23,85 miliar. Anak perusahaan, PT BAT Kareb, berencana mengubah kegiatan usaha dari semula pada bidang pengeringan tembakau menjadi produsen rokok putih. Biaya itu terdiri dari modal kerja sebesar Rp 6 miliar, investasi baru pabrik pengolahan tembakau Rp 13,2 miliar, dan tambahan modal kerja untuk meningkatkan volume produksi dan penjualan mencapai Rp 4,65 miliar. Sumber pendanaan itu akan diupayakan berasal dari sumber dana internal perusahaan.
Market Reviews:
  • Minimnya insentif positif di BEJ membuat pergerakan saham Bisnis datar dan kurang atraktif. Pelaku pasar tetap hati-hati dan selektif bertransaksi di saham unggulan. Sikap pemodal itu tidak lepas dari risiko investasi di pasar ekuiti yang masih tinggi. Memang, kenaikan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% sudah diantisipasi investor dunia jauh hari sebelumnya. Kendati begitu, dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan Bank Sentral AS terhadap pasar saham dan valas tetap signifikan. Karena, langkah The Fed itu akan diikuti bank sentral di belahan dunia lainnya.
  • Faktor ini pula yang mengakibatkan harga saham Bisnis dan kurs rupiah tidak stabil. Bahkan sebagian investor sengaja mengurangi transaksi dalam jumlah besar di saham blue chips. Akibatnya, indeks BI-40 bergerak datar dan ditutup melemah 0,26% di 358,039. kegiatan transaksi berlangsung sepi karena animo beli investor tidak terlampau tinggi. Kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga AS tampak masih menghantui investor dunia, termasuk Jakarta. Pasalnya, kenaikan suku bunga Fed akhir bulan ini bukanlah terakhir. Tekanan terhadap pasar ekuitas dan valas akan berlanjut. Investor asing tampak antusias membuang saham blue chips dengan net selling sebesar Rp 500 miliar. Berbagai saham kapitalisasi besar dilepas investor guna mendapatkan keuntungan temporer.