Tuesday, June 20, 2006

[Bisnis] 20 Juni 2006

News:
  • Pemerintah mengisyaratkan tidak akan melanjutkan amendemen UU Ketenagakerjaan, tetapi akan fokus menyelesaikan revisi UU Jamsostek guna penyelesaian permasalahan ketenagakerjaan dan perbaikan iklim investasi.
  • Mantan Chief Financial Officer PT Great River International Tbk (GRI) Eddy Gono tidak bersedia menandatangani laporan keuangan emiten itu periode 2004 dan 2003. akibatnya, rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) masih sulit digelar. Padahal RUPSLB itu merupakan satu kunci bagi Great River agar dapat menutup laporan keuangannya, menyepakati restrukturisasi utang, dan sekaligus memuluskan langkah investor strategis yang akan masuk ke emiten garmen itu.
  • PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) pada 15 Juni 2006 telah membeli kembali kepemilikan saham di Bursa Efek Jakarta sebanyak 2,5 juta saham. Broker pelaksana dilakukan oleh Danareksa Sekuritas dengan harga pembelian mencapai Rp 6.890 per lembar sedangkan harga penutupan sebelumnya mencapai Rp 6.750 per lembar. Telkom diizinkan membeli kembali saham sebanyak 1,007 miliar lembar dan total yang sudah dibeli kembali termasuk yang dilakukan di New York Stock Exchange mencapai 30,54 juta lembar, sehingga sisa pembelian mencapai 977,45 juta lembar. Sebelumnya Telkom membeli kembali saham di Bursa Efek Jakarta sebanyak 750.000 lembar atau sekitar 4,38% dari total saham beredar dengan harga pembelian Rp 6.867 per lembar.
  • Rapat umum pemegang saham PT Bimantara Citra Tbk menyetujui rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) 20% saham PT Indonesia Air Transport (IAT) tahun ini dengan memperoleh Rp 60 miliar – Rp 70 miliar.
  • Penawaran obligasi senilai Rp 1 triliun PT Jasa Marga mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 1,2 kali mesti penetapan imbal hasilnya sempat tertunda akibat kondisi pasar yang kurang konduksif. Jasa Marga juga meningkatkan imbal hasil obligasinya menjadi 13,5% dari kisaran penawaran semula 12,5% - 13,2%. Semula, Jasa Marga menawarkan bunga sebesar 12,5% - 13,2% untuk obligasi dengan tenor 10 tahun yang dialokasikan untuk refinancing utang BUMN itu. Bahana Securities bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi.
  • PT Astra Agro Lestari Tbk telah mendapatkan pinjaman siaga jangka pendek dari bank lokal dan bank asing sebesar Rp 500 miliar untuk peningkatan modal kerja tahun ini. Pinjaman siaga tersebut akan digunakan jika belanja modal (capital expenditure) tahun ini sebesar Rp 550 miliar telah habis terpakai untuk ekspansi pembukaan lahan baru dan pembangunan pabrik kelapa sawit.
Market Reviews:
  • Kondisi pasar global yang masih labil menyulut investor profit taking di BEJ. Pemodal tidak ingin mengambil risiko dan hanya bermain jangka pendek. Sikap pelaku pasar itu wajar karena bayang-bayang kenaikan suku bunga AS tetap menghantui bursa. Bagaimanapun, tingkat suku bunga saat ini sebesar 5,25% jelas tidak sesuai ekspektasi atau melampaui target The Fed yakni 4,75%. Jadi, potensi kenaikan suku bunga masih terbuka meski laju inflasi di AS melambat. Selain itu, minimnya informasi positif di tanah air membuat investor enggan memegang saham dalam waktu lebih lama.
  • Perlu diingat bahwa kebijakan suku bunga tinggi di AS masih akan menghantui aktivitas transaksi di pasar ekuiti dunia, termasuk Jakarta. Pasalnya, harga minyak dunia yang masih belum begitu stabil pada gilirannya akan memicu naiknya inflasi di AS. Bahkan perlambatan ekonomi negara adidaya tersebut tetap disikapi The Fed dengan menaikkan suku bunganya. Alternatif tersebut jelas akan ditempuh Bank Sentral guna meredam laju inflasi itu. Faktor ini pula yang membuat investor BEJ hati-hati mengambil posisi di bursa. Bahkan sebagian pemodal melepas kembali saham yang sudah menguat signifikan.
  • Dampaknya, indeks BEJ merosot 14,474 poin atau 1,11% menjadi 1.295,051 pada perdagangan hari pertama pekan ini. Transakssi sepi karena saham yang berpindahtangan hanya 1,643 miliar unit senilai Rp 843 miliar. Keraguan tampak terus membayangi investor Jakarta meski Bank Indonesia telah mengisyaratkan penurunan suku bunga BI Rate dalam waktu dekat. Kecenderungan pemodal itu bisa dimaklumi karena fluktuasi mata uang dunia terhadap dolar AS masih cukup tajam. Di sisi lain, lambannya aksi korporasi emiten membuat gerakan sahamnya tidak stabil. Laju Indeks Harga Saham Gabungan ikut terhambat.
  • Sementara itu, koreksi saham pilihan kapitalisasi besar menjadi pemicu penurunan indikator BEJ kemarin. Indeks BI-40 terkoreksi 0,96% pada 359,048. investor asing membukukan net selling Rp 55 miliar dan rupiah ditutup di Rp 9.358 per dolar AS. Harus diakui, instabilitas bursa juga dipicu ‘demam Piala Dunia’ di Jerman bulan ini. Sebagian pemodal cenderung mengikuti ‘judi bola’, sehingga aktivitas transaksi di pasar ekuitas menurun. Bahkan berbagai saham blue chips yang dianggap menguntungkan segera dilepas investor. Karena, instabilitas pasar global berpotensi menjatuhkan BEJ.