Friday, June 23, 2006

[Bisnis] 23 Juni 2006

News:
  • Departemen Keuangan berencana memanfaatkan sebagian tabungan pemerintah di Bank Indonesia untuk menutup defisit APBN Perubahan 2006 yang membengkak menjadi Rp 42 triliun.
  • Kementerian Negara BUMN membuka kemungkinan dilakukan pengalihan utang PT Garuda Indonesia menjadi saham (debt-to-equity swap) untuk pinjaman yang dikategorikan bermasalah. Langkah tersebut untuk mengurangi beban utang BUMN penerbangan itu, namun hal itu diperkirakan akan mengubah komposisi kepemilikan saham di Garuda.
  • PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menerbitkan obligasi PLN VIII tanpa warkat yang berjumlah pokok Rp 2,2 triliun dan mulai diperdagangkan pada 22 Juni 2006 di Bursa Efek Surabaya (BES). Obligasi tersebut terdiri dari dua seri yaitu seri A dengan nilai nominal Rp 1,33 triliun dan berjangka waktu 10 tahun dengan tingkat suku bunga sebesar 13,6%. Untuk obligasi seri B sebanyak Rp 865 miliar dengan jangak waktu 15 tahun dan tingkat suku bunga tetap 13,75%. Dalam laporannya ke BES pada 21 Juni, PLN juga menyampaikan tentang penerbitan obligasi syariah ijarah PLN I dengan nilai nominal sebesar Rp 200 miliar dan jangka waktu 10 tahun. Cicilan fee ijarah sebesar Rp 6,8 miliar per triwulan.
  • PT Summarecon Agung Tbk menunda penerbitan obligasi II dengan tingkat suku bunga tetap, keputusan itu diambil karena kondisi pasar yang dinilai tidak kondusif.
  • PT Maspion Tbk membeli kembali sebagian obligasi I pada 2003 sebesar Rp 15 miliar yang dilaksanakan pada 19 Juni 2006. Kepala Divisi Pencatatan Bursa Efek Surabaya Umi Kulsum mengatakan setelah dibeli kembali, maka terhitung mulai 22 Juni 2006 nilai nominal yang tercatat di BES berkurang menjadi sebanyak Rp 385 miliar.
  • PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) membeli kembali saham sebanyak 1,5 juta lembar yang dilaksanakan pada 19 Juni dengan broker pelaksana Danareksa Sekuritas. Harga pembelian saham Rp 7.350 per lembar lebih rendah dibandingkan harga penutupan yaitu Rp 7.500 per lembar. Dari pembelian kembali saham tersebut, jumlah yang dibeli termasuk di New York Exchange menapai 32,04 juta lembar dan batas pembelian yang diizinkan mencapai 1 miliar lembar.
Market Reviews:
  • Sentimen regional berhasil memulihkan transaksi di bursa Jakarta. Pelaku pasar melakukan pembelian kembali terhadap sejumlah saham blue chips yang kursnya sudah murah. Pemodal optimistis, membaiknya pasar saham maupun mata uang Asia akan membangkitkan kembali gairah transaksi di pasar ekuiti. Keyakinan investor itu ditunjukkan dengan melakukan pembelian teknis terhadap saham kapitalisasi besar penggerak bursa. Di samping itu, berkurangnya tekanan terhadap bursa global sehubungna dengan akan dinaikkannya suku bunga AS turut mendongkrak saham blue chips di pasar regional.
  • Indeks komposit BEJ ditutup menguat 10,163 poin atau 0,79% menjadi 1.303,450. kelompok saham tambang, telekomunikasi serta semen tampil sebagai penggerak utama bursa Jakarta. Momentum pemulihan pasar global dan regional telah dimanfaatkan pemodal untuk memperbaiki harga saham Bisnis di BEJ. Mereka tak ingin menyiakan kesempatan di tengah pergerakan kurs rupiah yang mulai menguat terhadap dolar AS. Bahkan akumulasi antara sentimen positif regional dan aksi window dressing telah mengangkat indeks Bisnis ke wilayah positif. Indeks BI-40 naik 0,9% di 361,281. Pemodal asing melakukan pembelian kembali saham unggulan antara net buying sebesar Rp 91 miliar. Bagaimanapun, meredanya tekanan terhadap pasar regional berhasil menumbuhkan harapan dan motivasi pemodal bertransaksi di bursa.
  • Beberapa perusahaan besar melakukan window dressing menjelang publikasi laporan keuangan semester pertama 2006. tindakan pemodal dan perusahaan besar tersebut cukup wajar guna mempertahankan harga sahamnya agar tetap atraktif. Meski demikian, lonjakan indeks BEJ lebih dipicu oleh menguatnya bursa global dan mayoritas pasar regional kemarin. Seperti diketahui, selama perdagangan saham dua pekan terakhir, BEJ sangat dipengaruhi oleh fluktuasi bursa global maupun regional. Ini berkaitan dengan akan dinaikkannya suku bunga AS akhir bulan nanti. Namun, menjelang sidang Federal Reserve tersebut, harga saham blue chips di pasar regional mengalami pembalikan arah. Pemodal Asia aktif membeli kembali sahamnya guna memperbaiki harga sekaligus untuk investasi jangka panjang.