Thursday, October 06, 2005

[Bisnis] 6 Oktober 2005

  • Permintaan terhadap obligasi global yang ditawarkan Pemerintah Indonesia ke investor internasional mengalami kelebihan permintaan (oversubscribe). Menurut Menteri Keuangan Jusuf Anwar, oversubscribenya sangat impresif. Pemerintah akan memutuskan harga, jumlah dan detil lainnya kemarin malam melalui conference call dengan New York Stock Exchange dan London Stock Exchange. Penawaran yang dilakukan oleh para investor sudah sesuai dengan keinginan pemerintah, bahkan melebihi keinginan pemerintah. Sementara itu, sumber eksekutif yang mengetahui transaksi itu mengatakan penjualan obligasi global berjangka waktu 10 tahun ditentukan US$900 juta dengan yield (imbal hasil) yaitu 7,625%, sementara obligasi berjangka waktu 30 tahun sebesar US$600 juta dengan yield 8,625%. Yield merupakan tingkat pengembalian internal dari penerbitan obligasi yang dinikmati oleh investor. Bagi pemerintah, semakin tinggi yield beban biaya semakin besar.
  • Indonesia diketahui menaikkan penjualan obligasi global yang akan diterbitkannya menjadi US$1,5 miliar atau naik 20% dari rencana semula US$1,25 miliar seiring dengan tingginya permintaan pasar. Permintaan terhadap obligasi global, seperti dikutip Bloomberg dari bankir terkemuka yang menolak disebutkan namanya, mencapai US$3,8 miliar atau tiga kali lipat lebih besar dari rencana penerbitan semula.
  • Bank Indonesia memperkirakan tingkat inflasi pada 2006 bisa mencapai 7% turun dari perkiraan inflasi tahun ini yang mencapai 12%. Seiring dengan turunnya tingkat inflasi maka diperkirakan suku bunga BI Rate akan turut disesuaikan dengan pergerakan tingkat inflasi.
  • PT Caltec Pacific Indonesia (CPI) mengganti nama perusahaannya menjadi PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), menyusul dibelinya saham induk perusahaan tersebut oleh Chevron. Pergantian nama ini sesuai kebijakan global pemegang saham induk perusahaan untuk mengganakan nama Chevron pada seluruh unit bisnis hulunya yang ada di lebih dari 180 negara di dunia. Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Chevron Corporation, pemilik saham CPI, telah mengumumkan penggunaan logo barunya yang juga diaplikasikan pada unit bisnisnya di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Pergantian nama ini tidak akan mengubah fakta sejarah Caltex dan tetap organisasi yang sama dengan nilai-nilai yang sama seperti sebelumnya, ujar W. Yudiana Ardiwinata, Presiden Direktur CPI. Perubahan dan penggunaan nama itu sebenarnya efektif sejak 16 September 2005.
  • Kantor Menneg BUMN mengisyaratkan menunda penjualan 5%-8% saham di Bank Mandiri seiring dengan kondisi pasar yang belum kondusif. Dampaknya, target privatisasi BUMN sesuai UU APBN No. 1/2005 terancam meleset. Muhammad Said Didu, Sekretaris Kementerian Negara BUMN, menegaskan pihaknya hingga saat ini masih belum menjual saham di Bank Mandiri karena terhambat oleh kondisi pasar. Karena itu jika kondisi buruk itu berlarut-larut, Kementerian BUMN akan membatalkan rencana privatisasi itu sesuai ketentuan PP No. 33/2005. Dalam PP itu secara jelas menyatakan menteri bisa membatalkan proses privatisasi jika kondisi pasar dinilai terlalu buruk.
(Sumber: Bisnis Indonesia)