Wednesday, October 05, 2005

[Bisnis] 5 Oktober 2005

  • Perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta masih marak dan bergairah. Begitu juga pergerakan kurs saham pilihan Bisnis tampak semakin atraktif. Pelaku pasar kembali memburu berbagai saham blue chips guna menambah portofolionya di BEJ. Sentimen positif di sejumlah emiten unggulan berhasil menyulut tekanan beli di lantai bursa. Selain itu, menguatnya kurs rupiah atas dolar AS dan rebound di sejumlah bursa regional turut menggairahkan transaksi saham Bisnis kemarin.
  • Kenaikan harga BBM dan ledakan bom di Bali terus disikapi pemodal dengan berburu saham blue chips di BEJ. Maraknya perburuan pemodal terhadap saham unggulan berhasil mendongkrak indeks BEJ sebesar 17,752 poin atau 1,64% menjadi 1.101, 166. IHSG kembali menembus level psikologis 1.100 di tengah naiknya lagi BI Rate menjadi 11%. Pemodal tetap antusias mengakumulasi saham blue chips meski sebagian sudah berharga mahal. Optimisme pemodal terhadap keberhasilan pemerintah mengatasi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM mendorong mereka mengakumulasi saham unggulan di bursa. Bagaimanapun, potensi penguatan saham Bisnis masih terbuka hingga akhir tahun.
  • Di bagian lain, intervensi pemerintah memperkuat rupiah di pasar valas ikut disikapi pemodal di BEJ. Pasalnya, apresiasi rupiah atas dolar AS akan mengurangi rugi kurs maupun beban utang emiten BEJ di masa datang. Bahkan maraknya perburuan pemodal regioanl terhadap saham blue chips di bursa masing-masing turut membangkitkan animo investor memborong saham Bisnis di BEJ. Derasnya tekanan beli atas saham Bisnis telah menaikkan indeks BI-40 sebesar 2,02% pada 295,836. Total volume saham yang diperjualbelikan mencapai 530 juta unit senilai Rp 1,3 triliun. Perlu diketahui, keputusan pemerintah melakukan buy back atas saham Telkom dan Indosat berhasil mendongkrak indeks ke level signifikan.
  • Aksi borong saham unggulan telah mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta kembali menembus lebel psikologis 1.100, ditutup naik 17,752 poin (1,64%) menjadi 1.101,166. Kenaikan IHSG yang dinilai relatif cepat menembus ke lebel 1.100 itu mengejutkan pelaku pasar. Indeks, pada sesi pagi kemarin ditutup menguat 23,028 poin (2,13%) menjadi 1.106,442. Pada penutupan sesi kedua, indeks masih bertahan naik 17,752 poin (1,64%) menjadi 1.101,166.
  • Investor asing tiga pekan lalu diduga mempermainkan pasar obligasi dan mengambil keuntungan ketika terjadi penarikan dana reksa dana secara besar-besaran.
  • Bank Indonesia memutuskan menaikkan suku bunga BI Rate sebesar 100 basis poin dari semula 10% menjadi 11% seiring dengan meningkatnya ekspektasi inflasi yang secara optimis diperkirakan bisa mencapai 12% pada akhir tahun ini. Kenaikan suku bunga BI Rate tersebut masih mungkin dilanjutkan lagi seiring dengan kemungkinan naiknya tingkat inflasi. Pada akhir triwulan III tahun ini, tingkat inflasi sudah mencapai 9,06% atau lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya.
  • Menyusul kebijakan subsidi dengan menaikkan harga BBM untuk menyehatkan anggaran 1 Oktober lalu, pekan ini pemerintah melepas obligasi global sekitar US$1,25 miliar. Kisaran imbal hasil (yield) untuk obligasi global bertenor 10 tahun senilai US$1 miliar diharapkan mencapai 7,625% - 7,75% dan 8,625% - 8,75% untuk obligasi global berjangka waktu 30 tahun senilai US$250 juta.