Tuesday, October 04, 2005

[Bisnis] 4 Oktober 2005

  • Harga sejumlah produk barang dan jasa makin tidak terkendali pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Beberapa produk yang dipantau telah dan akan mengalami kenaikan harga antara lain otomotif, elektronik, kemasan obat, dan bahan pangan (sembako). Selain barang, kenaikan harga juga terjadi pada sektor jasa, seperti tarif angkutan, baik transportasi darat maupun laut. Sejumlah pengusaha usaha yang dihubungi Bisnis secara terpisah menyatakan kenaikan harga barang dan jasa tidak mungkin dihindari. Ini karena BBM menjadi komponen penting dalam kegiatan mereka. Selain faktor BBM, kenaikan harga juga disebabkan oleh masih lemahnya posisi kurs rupiah terhadap dolar AS yang berada di atas Rp 10.000 per US$.
  • PT Bank Mandiri Tbk kembali mengajukan persetujuan penerbitan obligasi internasional sebesar US$200 juta hingga US$300 juta kepada Bank Indonesia seiring dengan terlampaunya jangka waktu izin penerbitan surat berharga tersebut. Bank Mandiri sebetulnya telah memperoleh izin emisi obilgasi yang berlaku hingga Oktober. Rencananya, manajemen akan menjual surat utangnya yang berdenominasi dolar AS kepada investor Hong Kong, Singapura, Indonesia, dan AS paling awal pada akhir Oktober.
  • Pembelian selektif terhadap saham unggulan masih berlanjut sampai perdagangan awal pekan ini. Dampak kenaikan harga BBM dan peledakan bom di Bali pada tanggal 1 Oktober lalu tak berpengaruh signifikan di bursa. Pemodal tampak tak mencemaskan lonjakan harga BBM maupun bom Bali II terhadap kelangsungan investasi di Bursa. Realitas itu bisa dicermati dari antuasiasme pemodal mengakumulasi saham blue chips penggerak pasar. Indeks BEJ kembali menguat 4,138 poin atau 0,38% menjadi 1.083,413. IHSG sempat naik 11 poin ke posisi 1.900-an sebelum terjadi profit taking setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi September.
  • Kondisi pasar yang terus membaik tidak lepas dari kemampuan pemerintah mengelola aksi unjuk rasa menentang kenaikan harga BBM akhir pekan lalu. Memang, keputusan pemerintah menaikkan harga BBM antara 85% - 135% berpotensi menggerus kinerja emiten BEJ tahun ini. Meski demikian, penurunan pendapatan maupun laba perusahaan publik tersebut tak akan menyurutkan animo investor bertansaksi di bursa. Bahkan ledakan bom Bali II yang menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai ratusan lainnya tak berimbas signifikan di BEJ. Dampak bom bali tahun 2002 jauh lebih dahsyat. Pemerntah diperkirakan akan mengambil langkah tegas dengan menangkap pelaku peledakan bom Bali II tersebut.
  • PT Trimegah Securities Tbk hingga kini telah membeli kembali (buy back) sedikitnya Rp 243,8 miliar atau setara dengan 81,3% dari surat utang yang diterbitkan perusahaan sekitar Rp 300 miliar. Pembelian kembali surat utang itu direalisasikan pada 27 September dengan maksud untuk disimpan dalam portofolio efek perusahaan. Menurut penjelasan perseroan kepada PT Bursa Efek Surabaya, surat utang itu dapat diperdagangkan kembali sebelum jatuh tempo pada 2009. Trimegah menerbitkan obligasi sebesar Rp 300 miliar pada 2004 dan jatuh tempo pada 2009. Hingga saat ini, Bisnis mencatat sedikitnya 17 perusahaan penerbit surat utang kembali membeli obligasinya dari pasar. Nilai obligasi yang telah dibeli kembali itu mencapai Rp 1 triliun. Pembelian kembali itu, sebagian besar diantaranya dilakukan emiten sebagai bagian pelunasan kewajiban.