Friday, August 12, 2005

Tanggal 12 Agustus 2005

  • Industri perusahaan efek kini mulai menaikkan tarif biaya (fee) penjaminan emisi menyusul kondisi pasar yang kurang konduksif dan suku bunga yang cenderung naik.
  • Suku bunga BI Rate pada akhir tahun ini diperkirakan akan mencapai 9% dan akan terus naik mencapai 10% pada tahun 2006 seiring dengan kebijakan BI menaikkan suku bunga BI Rate dari semula 8,5% menjadi 8,75%.
  • Laju saham pilihan Bisnis terganjal kenaikan harga minyak dunia. Meroketnya kembali harga minyak mentah ke level US$65 per barel menyulut investor membuang kembali sahamnya di BEJ. Pasalnya, lonjakan harga minyak dunia justru akan semakin mempercepat pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Hal ini pula yang membuat investor panik melepas saham unggulan di bursa. Bagaimanapun juga gejolak harga minyak di pasar internasional akan terus mendorong Bank Sentral AS menaikkan suku bunganya. Langkah serupa juga diikuti Bank Indonesia.
  • Dampaknya keuntungan investor di pasar modal akan menurun drastis tahun ini. Bahkan melonjaknya harga minyak dunia berpotensi memangkas pendapatan usaha emiten BEJ nanti. Apalagi lonjakan harga minyak tersebut, juga diikuti melemahnya kurs rupiah serta meningkatnya suku bunga SBI menjadi 8,72%. Kecenderungan ini mengakibatkan investor menahan diri melanjutkan pembelian atas saham blue chips. Mereka bahkan melepas kembali saham unggulan yang dibeli pada perdagangan sebelumnya. Terobosan itu dilakukan pemodal untuk mengamankan portofolionya.
  • Sementara itu, tekanan jual yang dipicu lonjakan harga minyak dunia, kenaikan bunga Fed, serta pelemahan rupiah telah menjatuhkan indeks BEJ sebesar 8,866 poin atau 0,75% menjadi 1.167,972. Harus diakui, fluktuasi harga minyak dunia yang tajam akan melambungkan biaya operasional perusahaan, terutama kebutuhan energi. Emiten manufaktur di BEJ akan sangat terpukul apabila harga minyak dunia mencapai level US$70 per barel tahun ini.
  • Hanya segelintir emiten yang menikmati keuntungan dari gejolak harga minyak dunia. Yakni perusahaan tambang, terutama yang mengeksplorasi minyak. Koreksi harga saham Semen Gresik, Astra International, Indosat serta Telkom ikut merosotkan indeks BI-40 sebesar 0,54% pada posisi 307,333. Total volume saham Bisnis yang berpindahtangan sebanyak 284 juta unit senilai Rp 654 miliar. Investor asing mencatat net selling Rp 74 miliar. Sedangkan mata uang rupiah ditutup melemah di Rp 9.815 per dolar AS. Lonjakan harga minyak dunia ke level US$65 per barel adalah pemicu utama anjloknya saham pilihan Bisnis di bursa Jakarta.