Friday, March 04, 2005

Tanggal 14 Januari 2005

  • Paris Club memutuskan langkah di luar kebiasaan dengan memberikan moratorium (pembekuan sementara pembayaran) utang Indonesia senilai US$3 miliar selama satu tahun tanpa syarat.
  • Keputusan Paris Club yang memberikan moratorium utang kepada Indonesia memberikan angin segar di BEJ. IHSG naik 13,092 poin (1,3%) menjadi 1.021,67 pada penutupan perdagangan kemarin, sementara rupiah ikut terapresiasi.
  • Negara diperkirakan mengalami kerugian sedikitnya Rp 300 miliar - menyusul ditutupnya PT Bank Global Tbk per 13 Januari 2005, sebulan setelah dibekukan kegiatan usaha bank tersebut 14 Desember 2004 - akibat minimnya aset yang dimiliki bank tersebut dibandingkan kewajibannya. Direktur Pengawasan Bank I Bank Indonesia Anton Torihoran mengatakan perkiraan tersebut merupakan selisih antara aset sementara yang dimiliki Bank Global Rp 458 miliar dan total dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 758 miliar. Padahal, per September 2004 total aset Bank Global tercatat Rp 1,848 triliun, kendati Rp 800 miliar diantaranya berupa obligasi yang diduga bodong. Kasus Bank Global ini juga melibatkan Bapepam karena terkait dengan penjualan reksa dana fiktif dan peringkat obligasi yang kemudian dipertanyakan. Pemerintah masih akan meneliti lebih lanjut angka sebenarnya dari aset maupun DPK yang dimiliki Bank Global, pasalnya pemerintah mengalami kesulitan dalam mendata aset maupun DPK sebab terdapat sejumlah dokumen yang rusak dan hilang.
  • Sementara itu dana tunai Bank Global yang berhasil dikumpulkan hanya Rp 30 miliar, sedangkan kredit yang disalurkan kepada masyarakat mencapai Rp 260 miliar.
  • Penundaan pembayaran bunga kelima obligasi oleh PT Great River Indonesia Tbk tahun 2003 berbuntut disuspensinya saham emiten itu, sementara PT Kasnic Credit Rating Indonesia memberikan outlook negatif untuk obligasi pertama PT Great River Indonesia Tbk tahun 2003 sebesar Rp 300 miliar karena emiten itu menunda pembayaran bunga kelima yang jatuh tempo pada 13 Januari 2005. Total dana yang dibutuhkan untuk melunasinya sebesar Rp 11 miliar. Selain faktor penundaan pembayaran bunga, menurut Kasnic, penjualan saham perusahaan yang sedang dalam proses pemeriksaan oleh Bapepam menjadi dasar diberikannya outlook negatif.
  • Keputusan atas perkara penolakan buyback obligasi PT Indofood Sukses Makmur Tbk senilai US$280 juta oleh pemegang obligasi di pengadilan United Kingdom diperkirakan akan memakan waktu maksimal tiga bulan.
  • Technical rebound berhasil mendongkrak bursa Jakarta ke teritori positif. Pelaku pasar aktif membeli kembali berbagai saham unggulan penggerak bursa. Pembelian teknikal ini dimaksudkan untuk memperbaiki harga saham agar tetap atraktif. Sentimen positif penundaan pembayaran utang oleh kreditor Paris Club mampu mendongkrak saham blue chips serta kurs rupiah ke level signifikan.
  • Pemodal optimistis, moratorium utanga akan mempercepat Indonesia membangun kembali Aceh. Bahkan kepastian penundaan utang tersebut membuat APBN pemerintah tahun 2005 tetap aman. Di sisi lain, kenaikan indeks juga dipicu perburuan teknikal pemodal terhadap saham kapitalisasi besar yang kursnya terkoreksi cukup dalam pada tiga hari terakhir.
  • Sementara menguatnya bursa global dan sebagian besar bursa regional ikut menggairahkan BEJ. Investor memanfaatkan penguatan bursa regional dan kesepakatan Paris Club untuk membeli kembali saham Bisnis. Karena gairah transaksi di bursa Asia akan kembali mendongkrak saham blue chips ke tingkat lebih tinggi. Berbagai saham unggulan yang berfundamental bagus dan prospektif aktif ditransaksikan pemodal BEJ. Dampaknya, indeks BEJ terdongkrak 13,092 poin atau 1,3% menjadi 1.021,67. Kalangan investor tidak menyiakan kesempatan membeli kembali saham unggulan.
  • Pasalnya potensi penguatan saham blue chips di masa datang masih cukup tinggi meski saat ini kursnya overbought. Keyakinan pemodal itu ditunjukkan melalui pembelin teknikal kemarin. Bagaimanapun, saham pilihan Bisnis harus diangkat sehingga kursnya tetap kompetitif. Terutama saham blue chips yang belakangan ini terkoreksi cukup dalam. Akumulasi beli investor juga menyentuh saham unggulan yang belum bergerak.
  • Lonjakan harga saham Bisnis ikut mengkerek indeks BI-40 sebesar 1,4 6% pada posisi 262,088. Total volume saham pilihan yang berpindahtangan mencapai 610 juta unit senilai Rp 1,05 triliun. Aksi beli teknikal yang dipicu moratorium utang dan penguatan bursa regional berhasil mendongkrak saham unggulan.
  • Saham Astra International, Telkom, dan Gudang Garam tampil sebagai penggerak utama BEJ. Mayoritas saham Bisnis berhasil mengkontribusikan gain cukup signifikan kepada pemodal. Bahkan sejumlah saham lapis kedua ikut meningkat karena diborong investor.
  • Sejumlah investor asing membeli kembali saham blue chips sehingga transaksi berlangsung marak. Net buying asing di BEJ kemarin mencapai Rp 86 miliar. Akumulasi beli asing terutama dipicu murahnya kurs sebagian saham unggulan. Disamping itu, koreksi saham blue chips yang cukup dalam menyulut asing masuk bursa. Pembelian asing tersebut langsung diikuti pemodal institusi di dalam negeri. Hal ini mengakibatkan indeks kembali terkerek ke level signifikan. Secara teknikal, sebagian saham unggulan sudah relatif murah.
(Sumber: Bisnis Indonesia)