Thursday, March 03, 2005

Tanggal 7 Januari 2005

  • Pelaku pasar menyambut positif hasil KTT Tsunami yang mulai berlangsung di Jakarta kemarin. Pertemuan yang dihadiri 26 kepala negara dan delapan pimpinan organisasi dunia tersebut telah menghasilkan sejumlah kesepakatan positif. Bahkan komitmen Australia, Jepang, dan beberapa negara lainnya untuk meningkatkan bantuan kepada Indonesia langsung disikapi pemodal dengan memborong saham blue chips di BEJ. Bagaimanapun, mengalirnya bantuan negara asing kepada pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen mereka yang tinggi untuk membantu korban tsunami di Aceh.
  • Di sisi lain, kesediaan beberapa negara donor untuk memberikan moratorium utang kepada Indonesia ikut disikapi positif pelaku pasar di BEJ dan pasar uang. Mereka tampak optimistis, bertambahnya bantuan akan mempercepat pemerintah membangun kembali Aceh dan beberapa daerah lainnya pascagempa.
  • Keyakinan pemodal itu telah dilampiaskan dengan memburu saham blue chips di BEJ. Akibatnya, IHSG melonjak 14,455 poin atau 1,42% menjadi 1.029,886. Posisi indeks tersbeut tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Akumulasi beli yang dimotori investor asing berhasil mendongkrak indkes ke level signifikan. Saham kapitalisasi besar seperti Indosat, Gudang Garam, HM Sampoerna, serta Telkom tampil sebagai penggerak utama BEJ. Pemodal agresif mengakumulasi saham unggulan meski kursnya sudah cukup mahal. Investor asing membukukan net buying di BEJ senilai Rp 186 miliar.

  • PT Bursa Efek Jakarta menyebutkan dua nasabah - KBA dan LA - dari dua perusahaan efek yang mendominasi perdagangan saham PT Great River Internasional Tbk pada periode 5 Februari - 18 mei 2004. Nasabah KBA bertransaksi melalui Nikko Securities dan LA melalui Ciptamahardika Mandiri. Dirut BEJ Erry Firmansyah mengatakan tidak dapat mengumumkan siapa nasabah tersebut karena tidak berwenang untuk itu. BEJ hanya memiliki otoritas pemeriksaan hingga ke anggota bursa. Bapepam diketahui memeriksa transaksi perdagangan saham Great River periode 5 Februari hingga 18 Mei 2004 yang diduga terindikasi perdagangan semu sehingga harga saham naik.
(Sumber: Bisnis Indonesia)