Wednesday, March 02, 2005

Tanggal 4 Januari 2005

  • Mengawali transaksi saham pada hari pertama 2005, BEJ tampak sepi dan kurang bergairah. Pelaku pasar cenderung hati-hati dan selektif dalam mengambil posisi jual beli di saham blue chips. Kehadiran presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka perdagangan saham hari pertama di BEJ boleh dibilang kurang berdampak signifikan. Hal ini bisa diamati dari pergerakan IHSG yang hanya berada di kisaran sempit. Indeks BEJ hanya naik tipis 0,644 poin di level 1.000,877. Pergerakan saham pilihan pun tidak atraktif dengan nilai transaksi hanya Rp 599 miliar.
  • Suasana liburan tampak masih membayangi aktivitas perdagangan hari pertama di bulan Januari. Banyak pelaku pasar yang belum aktif di lantai bursa. Mereka umumnya masih menikmati liburan akhir tahun bersama keluarga. Hanya sebagian kecil investor yang bertransaksi di saham unggulan dan lapis kedua sehingga pergerakan indeks cenderung lamban. Indeks BI-40 hanya bergerak di titik sempit 0,65% di posisi 257,903. Begitu juga indeks LQ45 naik tipis 0,67% pada 218,568. Pemodal hanya bermain temporer sambil menanti munculnya isu positif.
  • Perhatian investor masih terfokus pada langkah pemerintah dalam menanggulangi Aceh pasca gempa tektonik dan gelombang tsunami 26 Desember lalu. Mereka juga menunggu aksi korporasi emiten di tahun 2005. Sikap pemodal ini terlihat dari volume maupun nilai transaksi di BEJ kemarin. Secara umum, kegiatan transaksi belum bergairah. Pemodal umumnya masih berkonsolidasi sambil memanti aksi korporasi emiten BEJ. Mereka juga berharap agar pemerintah melakukan gebrakan guna mempertahankan gairah investasi di pasar modal.
  • Apapun alasannya, kinerja BEJ yang sangat menggembirakan di tahun 2004 harus berlanjut hingga tahun berjalan ini. Memang lonjakan indeks mungkin agak terbatas, namun pemodal asing diharapkan terus menambah portofolionya di bursa.

  • DPR meminta pemerintah segera menggunakan dana cadangan dan noncadangan APBN 2005 hingga lebih dari Rp 10 triliun unuk membiayai rekonstruksi dan pemulihan pascabencana di Aceh dan Sumut. Berdasarkan rencana APBN 2005, alokasi dana cadangan tanggap darurat tahun anggaran 2005 mencapai Rp 2 triliun. Dari sejumlah itu Rp 700 miliar belum teralokasi. Dana cadangan APBN 2004 diketahui juga masih tersisa sekitar Rp 260 miliar. Namun jumlah tersebut belum memadai dari perkiraan Ketua Bakor Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Yusuf Kalla.
  • Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi inflasi tahun lalu mencapai 6,40% (year on year) lebih rendah dari asumsi APBN Perubahan 2004 yang mematok 6,5%. Kepala BPS Choiril Maksum menjelaskan inflasi pada bulan Desember mencapai 1,04%, dengan seluruh kota - dari 45 kota yang didata BPS - mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Mataram 2,35% dan terendah di Bandar Lampung 0,19%. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar merupakan penyumbang terbesar inflasi 2004 dari tujuh kelompok pengeluaran, yang mencapai 2,04%. Sedangkan penyumbang inflasi tertinggi pada Desember berasal dari kelompok bahan makanan sebesar 0,58%.
    (Sumber: Bisnis Indonesia)