Wednesday, March 02, 2005

Tanggal 3 Januari 2005


  • Perdagangan saham di BEJ pada tahun 2004 telah berakhir pekan lalu. Banyak investor yang meraih keuntungan dan hanya sebagian kecil yang mengalami kerugian. Pemegang saham Bisnis misalnya, berhasil meraih keuntungan signifikan sebesar 39%. Hal ini sejalan dengan lonjakan saham blue chips yang terjadi sepanjang tahun lalu.
  • Pertumbuhan ekonomi nasional hingga 5% disertai stabilistas politik dan keamanan yang relatif stabil adalah salah satu pemicu maraknya transaksi saham Bisnis di BEJ. Selain itu, sentimen pemilu dan aksi window dressing ikut mendongkrak saham unggulan bursa. Sampai penutupan transaksi 30 Desember 2004 lalu, indeks BI-40 menguat 39% pada posisi 256,225 dibandingkan akhir tahun 2003 di 183,751. Total volume saham Bisnis yang berpindah tangan tahun lalu mencapai 40 miliar unit senilai Rp 94 triliun. Bahkan lonjakan saham pilihan di atas ikut mendongkrak indeks BEJ 308 poin atau 44% menjadi 1.000,23 dibanding akhir 2003 di 691,895. Indeks LQ45 terkerek 42% dari 151,899 menjadi 217,097. Asing net buying di BEJ sebesar Rp 18 triliun dan rupiah melemah 10% dari Rp 8.472 menjadi Rp 9.320 per dolar AS. Pergerakan saham blue chips 2004 lalu sangat atraktif.
  • Seperti diketahui, kegiatan pemilu 2004 yang berlangsung cukup lama tidak menghambat aktivitas pemodal bertransaksi di BEJ. Momentum pemilu yang semula ditakutkan akan meningkatkan suhu politik dan keamanan di dalam negeri ternyata tidak terbukti. Kondisi ini langsung dimanfaatkan pemodal untuk memperbesar portofolionya di saham blue chips sampai akhir tahun lalu. Perburuan pemodal atas saham Bisnis dipicu sikap optimistis terhadap terbentuknya pemerintahan baru yang kuat dan berwibawa. Bahkan teror bom yang terjadi sepanjang tahun 2004 tidak menggoyahkan animo investor di BEJ
  • Gairah transaksi diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2005 ini. Berbagai terobosan yang dilakukan pemerintah dan emiten dalam mendongkrak kinerjanya diperkirakan terus berlanjut ke level yang signifikan. Harus diakui prospek BEJ tahun ini masih cerah seiring pertumbuhan ekonomi nasional serta ekonomi dunia itu sendiri.

  • Bank Indonesia mempertahankan suku bunga maksimum penjaminan pemerintah untuk periode 1-31 Januari 2005 sebesar 7,25% untuk simpanan pihak ketiga dalam rupiah jangka waktu satu bulan. Penjaminan tersebut sama dengan suku bunga maksimum penjaminan pemerintah untuk periode dua bulan sebelumnya yaitu Desember dan November 2004. Sementara suku bunga pinjaman maksimum dalam US$ untuk periode yang sama ditetapkan sebesar 0,65%. Penetapan suku bunga sebesar itu merujuk pada Peraturan Bank Indonesia No. 6/11/PBI/2004 tentang Suku Bunga Penjaminan Pihak Ketiga dan Pasar Uang Antar Bank, 12 April 2004 dan Surat Edaran No. 6/20/DPM, 20 April 2004, tentang Suku Bunag Penjaminan Simpanan Pihak Ketiga dan Pasar Uang Antar Bank. Keputusan ini juga menetapkan suku bunga Pasar Uang Antar Bank rupiah maksimum 7,01% sedangkan suku bunga dalam US$ ditetapkan maksimum 0,96%. Posisi bunga penjaminan yang tetap dipertahankan ini sejalan dengan rata-rata tertimbang tingkat diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu 1 bulan hasil lelang tanggal 22 Desember 2004 adalah sebesar 7,43%.

(* Sumber: Bisnis Indonesia)