Thursday, October 13, 2005

[Bisnis] 13 Oktober 2005

  • Bank Indonesia menyatakan lelang SBI jangka waktu 1 bulan kemarin berhasil menyerap dana sebesar Rp 6,43 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp 6,59 triliun. Target indikatif lelang SBI jangka waktu 1 bulan ditetapkan RP 6,50 triliun. Sedangkan frekuensi penawaran pada lelang kemarin sebanyak 84 transaksi. Siaran pers Bank Indonesia melaporkan rata-rata tertimbang tingkat diskonto SBI jangka waktu 1 bulan hasil lelang 12 Oktober 2005 sevesar 11,0%.
  • Sumco Corp, produsen silicon wafers (bahan baku microchips, chips pada komputer, telepon selular, kamera digital, dan chips untuk produk elektronik lainnya) kedua terbesar dunia, akan menaikkan jumlah penawaran saham perdana publik (initial public offering/IPO) hingga 135,2 miliar yen. IPO tersebut terbesar di Jepang untuk tahun ini. Saham Sumco akan mulai diperdagangkan pada 17 November setelah penjualan saham baru. Saham diprediksikan diperdagangkan 3.100 yen per lembar atau 19,5 kali perkiraan pendapatan penuh selama setahun. Harga itu sekitar 21 kali perkiraan price to earning ratio rival terbesar Sumco, Shin-Etsu Chemical Co.
  • PT Astra Internasional akan membagikan dividen tengah semester untuk tahun buku 2005 (dividen interm) senilai Rp 100 per lembar sahamnya.
  • Sejumlah investor bersaing membeli saham mayoritas saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN). Dua calon investor Malaysia yaitu Khazanah Nasional Bhd. dan ICB Financial Group sedangkan dari Singapura adalah Oversea-Chinese Banking Corporation (OCBC). Terdapat satu investor lagi yang menggunakan perusahaan kendaraan (special purpose vehicle/SPV) yang akan membeli 71,6% saham BTPN dengan nilai akuisisi mencapai Rp 903 miliar. Manajemen BTPN telah menunjuk HSBC sebagai penasehat keuangan untuk mencari investor strategis ke bank itu. Saat ini BTPN dimiliki oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) 28,39%, Bakrie Capital sekitar 10%, Grup Rifan 22,61%, Danatama Makmur 18% dan perorangan yaitu Fuad Mansur sekitar 20%.
  • Pemodal BEJ masih menunggu insentif segar di bursa. Utamanya adalah publikasi laporan keuangan emiten kuartal III 2005. Hal ini membuat pelaku pasar tetap hati-hati dan selektif bertransaksi di saham blue chips. Mereka hanya berspekulasi temporer di saham-saham lapis kedua yang mempunyai isu individual menarik. Bahkan sebagian pelaku pasar kembali merealisasikan keuntungan temporer di saham unggulan yang masih berpotensi gain. Tekanan jual di saham unggulan tersebut mengakibatkan gerakkan indeks tersendat. Indeks BEJ terkoreksi 2,649 poin atau 0,24% pada 1.102,980.
  • Pada transaksi Rabu, indeks BI-40 turun 0,20% di posisi 290,933. total volume saham Bisnis yang berpindahtangan 247 juta unit senilai Rp 637 miliar. Pemodal merealisasikan keuntungan di saham blue chips yang kursnya sudah menguat tajam. Aksi jual juga bertujuan mengamankan portofolionya. Secara umum, aktivitas perdagangan masih dibayangi aksi jual beli spekulatif. Bahkan sampai dengan hari ketiga transaksi minggu ini, pemodal enggan bertransaksi dalam jumlah besar di BEJ.
  • Keputusan perbankan untuk menaikkan suku bunga dana, menyusul kenaikan bunga BI Rate disinyalir telah mendorong perpindahan dana nasabah dari tabungan ke deposito berjangka. Hal itu dimungkinkan terjadi karena selisih tingkat bunga yang ditawarkan deposito berjangka dengan tabungan sudah mencapai 4% - 5%.
  • BEJ meminta PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) untuk menambah kepemilikan saham publik, setelah sebagian besar saham yang beredar di publik beralih ke pemegang saham pengendali pasca pencatatan perdana saham itu pada 29 September 2005. Akibat minimnya saham Excelcomindo yang beredar di publik, BEJ mengeluarkan saham tersebut dari perhitungan IHSG mulai kemarin. Harga saham Excelcomindo terus bergerak naik dari harga perdana Rp 2.000 pada 29 September 2005, menjadi Rp 4.625 pada penutupan kemarin. Di satu sisi harganya terus naik, padahal saham publiknya tidak signifikan. Bila harganya terus naik, dikhawatirkan akan mengkontaminasi IHSG.