Tuesday, October 11, 2005

[Bisnis] 11 Oktober 2005

  • Trading temporer berhasil mengangkat bursa Jakarta ke teritori positif. Pelaku pasar melakukan pembelian teknikal atas sejumlah saham unggulan menjelang penutupan bursa. Aksi rebound itu berlangsung di tengah penantian terhadap munculnya insentif segar di bursa. Lonjakan kurs Telkom, Bank BCA serta Indosat adalah penggerak utama indeks di awal minggu ini. Pemodal sengaja bermain temporer sambil mencermati aksi korporasi emiten mempublikasikan kinerja kuartal III 2005. Disamping itu, stabilitas rupiah dan penguatan bursa regional ikut berimbas positif ke BEJ.
  • IHSG ditutup menguat 8,128 poin atau 0,74% menjadi 1.106,780. Beberapa pemodal memborong saham blue chips menjelang berakhirnya perdagangan kemarin. Sentimen jual beli temporer bertujuan menyiasati minimnya isu positif segar di bursa. Bagaimanapun, pasar mulai kehilangan insentif signifikan yang bisa mendongkrak saham unggulan ke level signifikan. Sejumlah berita positif, seperti penguatan rupiah, penjualan obligasi pemerintah, serta turunnya harga minyak dunia mulai kehilangan daya dorongnya terhadap bursa. Aktivitas transaksi lebih digerakkan aspek fundamental emiten. Bahkan harus diakui bahwa minggu ini pasar seharusnya memasuki periode konsolidasi. Hal itu akibat penguatan indeks di pekan sebelumnya yang sudah cukup tinggi. Ruang gerak investor di BEJ cenderung terbatas akibat banyaknya saham blue chips yang overbought.
  • Fokus perhatian pemodal hanya tertuju pada saham blue chips yang kursnya belum bergerak. Utamanya saham Telkom dan Indosat, serta beberapa saham kapitalisasi besar lainnya. Akibatnya, indeks BI-40 terdongkrak 0,63% pada 291,707. Total volume saham yang berpindahtangan sebanyak 126 juta unit senilai Rp 253 miliar. Selain Telkom, Bimantara, dan Indosat, penguatan indeks ikut dipicu naiknya saham sektor farmasi, pertambangan serta beberapa saham bank. Asing net selling Rp 11 miliar.
  • Secara keseluruhan, kegiatan transaksi kurang begitu bergairah. Hal itu bisa dicermati dari volume transaksi di BEJ yang hanya 1,21 miliar lembar saham senilai Rp 618 miliar. Kalangan investor berupaya menghindari risiko dengan bermain temporer di saham unggulan. Langkah pemodal tersebut sekaligus antisipasi terhadap publikasi kinerja keuangan emiten sembilan bulan pertama 2005. Disisi lain, pemodal juga memanfaatkan adanya isu individual sejumlah emiten dengan mengakumulasi sahamnya di bursa.
  • Reksa dana yang dijual langsung oleh manajer investasi (MI) akan lebih resisten terhadap aksi penarikan kembali (redemption) dibandingkan dengan reksa dana yang dijual melalui agen penjual. MI PNM Investment Management Wawan Dewanto mengatakan reksa dana yang dijual melalui bank, sebagai agen penjual, rentan terhadap penarikan kembali karena sebagian besar investor yang membeli reksa dana tersebut adalah deposan di bank yang bersangkutan. Reksa dana syariah yang disebut-sebut tidak terkena imbas redemption besar-besaran beberapa waktu lalu ternyata turut mengalami juga. Terutama reksa dana syariah yang dijual melalui bank. Hal ini dikarenakan sebagian besar investornya belum mengetahui hakikat berinvestasi di reksa dana.