Wednesday, October 12, 2005

[Bisnis] 12 Oktober 2005

  • PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dikabarkan menunjuk Morgan Stanley sebagai penasihat keuangan yang membantu BUMN itu merealisasikan rencana pembelian kembali (buy back) sahamnya. Informasi yang beredar menyebutkan Morgan Stanley pekan lalu menyisihkan lima bank investasi asing dalam proses seleksi yang digelar emiten telekomunikasi tersebut.
  • PT Dankos Laboratories Tbk telah melunasi utang obligasi beserta bunganya senilai Rp 191 miliar. Obligasi I Dankos yang diterbitkan pada 3 Oktober 2000 itu terdiri dari obligasi seri A sebesar Rp 151 miliar dan seri B sebesar Rp 40 miliar. Berdasarkan prospektus 3 Oktober 2000, obligasi Dankos tersebut jatuh tempo pada hari ini. Kepala Divisi Pencatatan PT Bursa Efek Surabaya (BES) Umi Kulsum mengatakan pelunasan pinjaman pokok dan pembayaran bunga obligasi itu akan dibayarkan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selaku agen pembayaran. Obligasi tersebut tidak tercatat dan tidak dapat diperdagangkan lagi melalui BES dan atau dilaporkan perdagangannya melalui sarana yang disediakan BES, mulai hari ini. Hingga semester I/2005, Dankos membukukan penjualan Rp 865,65 miliar, naik 42,99% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sedangkan laba bersih naik 60% dari Rp 94,67 miliar menjadi Rp 151,48 miliar.
  • Kondisi pasar tampak sepi dan kurang bergairah. Kenyataan tersebut membuat investor selektif mengambil posisi di bursa. Banyaknya saham blue chips yang overbought adalah salah satu penyebab lesunya perdagangan kemarin. Selain itu, melemahnya kurs rupiah hingga level Rp 10.125 per dolar AS serta minimnya aksi korporasi emiten ikut menghambat pergerakan saham Bisnis ke level signifikan. Pemodal hanya bermain temporer di sejumlah saham blue chips yang dianggap bisa mendatangkan keuntungan. Hal itu membuat indeks BI-40 bergerak di kisaran sempit 0,06% di 291,524. Pemodal umumnya mengurangi transaksi dalam jumlah besar di saham blue chips. Kecenderungan itu sudah terlihat sejak perdagangan hari pertama minggu ini.
  • Perilaku investor tersebut cukup wajar karena pasar masih kekurangan insentif penggerak. Bahkan kenaikan indeks BEJ sebesar 2,849 poin atau 0,26% menjadi 1.105,629 justru terjadi di menit-menit akhir menjelang penutupan transaksi, Selasa. Total volume saham yang diperjualbelikan di BEJ hanya 1,18 miliar unit senilai Rp 785 miliar. Bandingkan dengan nilai transaksi pekan sebelumnya yang mencapai Rp 1 triliun. Harus diakui, kondisi jenuh beli atau overbought yang melanda mayoritas saham blue chips di BEJ mendorong investor bermain selektif. Mereka coba berspekulasi temporer di beberapa saham unggulan yang mempunyai isu individual menarik.
  • Terobosan itu dilakukan pemodal guna menyiasati kelesuan pasar dan sekaligus antisipasi terhadap aksi korporasi emiten BEJ. Pelaku pasar umumnya melakukan konsolidasi di tengah berkurangnya insentif penggerak. Hal itu bisa dicermati dari aksi jual beli saham di BEJ yang sangat selektif. Penguatan indeks komposit hanya digerakkan pemain besar. Aktivitas jual beli tampak kurang berimbang atau lebih banyak saham yang menderita loss. Meski demikian, koreksi harga yang terjadi di saham unggulan hanya di kisaran sempit. Realitas tersebut membuat indeks masih ditutup di teritori positif. Bahkan menguatnya saham Perusahaan Gas Negara, Bank Danamon, serta Indosat ikut berperan menaikkan indeks kemarin.
  • Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta kemarin ditutup naik 2,85 poin atau 0,3% ke posisi 1.105,63 setelah sempat pada awalnya sempat menurun 0,6%. Indeks itu mencapai titik tertinggi sejak 12 September.