Wednesday, November 02, 2005

[Bisnis] 2 November 2005

  • Kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 1 Oktober lalu mengerek angka inflasi ke level 17,89% pada Oktober (tahunan/yoy) sekaligus memecahkan rekor inflasi yang bertahan sejak 2001. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi Oktober didominasi dampak kebijakan kenaikan harga BBM, yang menyumbang 3,47% kenaikan harga barang dan jasa pada bulan itu. Sedangkan kenaikan tarif transportasi menyumbang inflasi sekitar 2,08%. Inflasi Oktober secara bulanan mencapai 8,79%, melampaui target inflasi setahun yang dipatok APBN sebesar 8,6%. Bank Indonesia pekan lalu sempat mengoreksi proyeksi inflasi tahun ini menjadi 14%, namun pejabat pemerintah masih bertahan pada target satu digit.
  • Bank Sentral AS, the Federal Reserve, di perkirakan bakal menaikkan tingkat suku bunga untuk yang ke-12 kalinya menjadi 4%. Meski ada kecemasan harga minyak yang tinggi dapat membahayakan inflasi, tindakan menaikkan suku bunga itu dilandasi keyakinan ekspansi berada pada jalurnya.
  • Memasuki pekan keempat Oktober 2005, cadangan devisa masih terus menguat setelah dua pekan sebelumnya sempat terdongkrak hampir US$2 miliar hingga melejit ke level US$32 miliar. Posisi cadangan devisa pada pekan keempat Oktober 2005 tercatat US$32,53 miliar atau naik US$169,6 juta dari posisi pekan sebelumnya sebesar US$32,36 miliar.
  • Manajemen PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) dan Asia Cellular Satelit (AceS) mengaku kaget bakal dipailitkan oleh PT Danareksa Sekuritas karena selama ini lancar membayar cicilan utang hingga kewajibannya telah berkurang dari US$600 juta pada tahun 1998 menjadi US$222 juta.
  • Sehari menjelang lebaran, saham unggulan Bisnis bergerak datar. Pelaku pasar mengurangi aktivitasnya di bursa pada transaksi Selasa kemarin. Kegiatan transaksi berlangsung lamban dan diwarnai tekanan jual. Pemodal terus mengindari risiko dengan mengamankan portofolionya di bursa. Kecenderungan itu wajar karena pasar masih dihantui kelesuan. Bahkan lonjakan inflasi Oktober mencapai 8,7% menyulut investor membuang sahamnya. Perhatian investor lebih tertuju pada perayaan Idhul Fitri dan laju inflasi yang menakutkan. Akibatnya, indeks BI-40 hanya naik tipis di 278,943.
  • Banyak investor yang sudah menikmati libur panjang sehingga gerakan saham blue chips hanya dikisaran sempit. Di sisi lain, investor juga hanya membeli saham unggulan untuk mendapatkan gain temporer. Tindakan itu bertujuan menghindari risiko di tengah keputusan Bank Indonesia menaikkan BI Rate secara agresif menjadi 12,25% kemarin.