Thursday, October 20, 2005

[Bisnis] 20 Oktober 2005

  • Lelang SBI jangka waktu 1 bulan berhasil menyerap dana sebesar Rp 11,99 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp 12,21 triliun. Rata-rata tertimbang tingkat diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu 1 bulan hasil lelang 19 Oktober 2005 sebesar 11,0%. Pasca kenaikan bahan bakar minyak (BBM), Bank Indonesia kembali memutuskan menaikkan suku bunga BI Rate sebesar 100 basis poin dari semula 10% menjadi 11% pada 4 Oktober lalu. Kenaikan itu seiring dengan meningkatnya ekspektasi inflasi yang secara optimistis diperkirakan bisa mencapai 12% pad akhir tahun ini.
  • Pemerintah akan melelang kembali obligasi negara seri FR0031 yang akan jatuh tempo pada 15 November 2020 dengan jumlah indikatif sebesar Rp 500 miliar pada 25 Oktober 2005. Depkeu mengatakan penerbitan kembali obligasi negara (reopening) untuk seri FR0031 yang berbunga tetap sebesar 11% tersebut merupakan salah satu cara untuk memenuhi target pembiayaan APBN 2005. Nilai nominal per unit yang dipergunakan adalah Rp 1 juta. Meski demikian, pasca penerbitan obligasi internasional sebesar US$1,5 miliar, Indonesia sebenarnya telah mencatatkan jumlah penerbitan surat utang negara bruto sekitar Rp 46 triliun lebih tinggi dibandingkan dengan patokan APBN Perubahan 2005 sekitar Rp 43 triliun.
  • Penawaran saham perdana kepada publik (Initial Public Offering/IPO) China Construction Bank Corp menjadi yang terbesar di dunia dalam empat tahun terakhir, setelah berhasil menarik permintaan sekitar US$76 miliar.
  • PT Bursa Efek Surabaya akan meminta klarifikasi tertulis kepada manajemen PT Jawa Pos atas dugaan penerbitan obligasi perusahaan pada 2003 dengan berbekal jaminan perusahaan fiktif.
  • PT Bank Negara Indonesia Tbk akan mengajukan lagi rencana penerbitan obligasi subordinasi sebesar US$200 juta – US$300 juta ke BI mengingat jangka waktu surat izin yang pertama sudah habis. Rencananya, penerbitan surat berharga itu dilakukan semester I tahun 2006 dengan tetap memperhitungkan kondisi pasar sehingga yield surat berharga tersebut tidak terlalu tinggi.
  • PT United Tractors Tbk (UT) menandatangani surat perjanjian pembiayaan kembali (refinancing) sebesar US$140 juta dengan sembilan kreditor di Singapura, kemarin. Bertindak sebagai coordinating arrangers adalah BNP Paribas, Oversea-Chinese Banking Corporation Limited, Standard Chartered Bank, dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation. Bank lain yang berpartisipasi dalam pinjaman itu adalah United Overseas Bank (UOB) Limited, ABN Amro Bank NV cabang Jakarta, PT Bank Mandiri Tbk cabang Singapura, Mizuho Corporate Bank Ltd cabang Singapura, dan AFC Ltd.
  • Saham-saham di Asia berguguran, menekan indeks di kawasan ini ke titik terendah dalam tujuh pekan terakhir. Toyota Motor Corp memimpin penurunan tersebut setelah satu laporan mengenai inflasi AS meningkatkan kekhawatiran mengenai kenaikan biaya kredit yang bisa menekan permintaan produk perusahaan tersebut. Penurunan harga saham juga terjadi menyusul pernyataan otoritas moneter AS bahwa The Fed, bank sentral AS, akan tetap menaikkan tingkat suku bunga.
  • PT Aneka Tambang Tbk hingga kini telah membeli kembali (buyback) obligasi valas perusahaan sebanyak Rp 250 miliar atau setara dengan US$25 juta. Volume pembelian ini setara dengan 25% dari total obligasi euro yang diterbitkan di luar negeri sebesar US$200 juta.
  • Pelaku pasar mulai mewaspadai kenaikan inflasi di AS. Pasalnya, lonjakan harga minyak dunia yang diikuti badai Katrina dan Rita beberapa waktu lalu berpotensi melambungkan inflasi di negara adidaya itu. Pemodal regional, termasuk Jakarta langsung mengantisipasi ancaman inflasi tersebut dengan mendiskon sahamnya di bursa masing-masing. Bagaimanapun, Bank Sentral AS akan berperang melawan inflasi dengan menaikkan kembali suku bunga Fed pada pertemuan November nanti. Akibatnya, harga saham di pasar global maupun regional diperkirakan akan berguguran. Tekad Gubernur Bank Sentral AS, Alan Greenspan menjaga inflasi tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi pasca lonjakan minyak kian mengisyaratkan naiknya suku bunga Fed. Bahkan bukan mustahil tingginya inflasi di AS berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi global.
  • Apalagi sejak badai Katrina dan Rita, kapasitas produksi minyak dunia cenderung lebih rendah dibanding permintaan global. Kenyataan tersebut mengakibatkan daya beli konsumen terpangkas tajam. Di pasar ekuiti, gairah investor bakal menurun seiring naiknya inflasi dan suku bunga Fed bulan depan. Harus diakui, kekhawatiran terhadap dampak inflasi AS telah menyulut tekanan jual di pasar regional. Hampir semua bursa saham di kawasan Asia Pacific terkoreksi. Indeks komposit BEJ terpangkas 19,96 poin atau 1,82% menjadi 1.075,912. Pemodal tak ingin mengambil risiko di tengah anjloknya saham-saham blue chips di bursa dunia. Indeks BI-40 terkoreksi 2,11% di 282,478. Indeks LQ-45 jatuh 2,22% pada posisi 230,409. Total volume saham yang berhasil dipindahtangankan di BEJ mencapai 3,338 miliar unit senilai Rp 1,2 triliun. Meski didominasi tekanan jual, pemodal cukup antusias bertransaksi di BEJ.
  • Kebijakan penghentian sementara (suspend) izin penerbitan reksa dana pendapatan tetap akan berlaku maksimal selama satu tahun. Suspensi akan segera dicabut saat Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) telah menyelesaikan kajian ulang atas kegiatan dan mekanisme perdagangan obligasi negara dan korporasi.