Tuesday, October 18, 2005

[Bisnis] 18 Oktober 2005

  • Bank Jatim membeli kembali (buyback) obligasinya senilai Rp 120 miliar dari total Rp 400 miliar yang dicatatkan di BES.
  • PT Pakuwon Jati Tbk mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk merestrukturisasi utangnya sebesar US$178,342 juta yang ditargetkan rampung tahun ini.
  • Minimnya insentif positif telah menjatuhkan bursa Jakarta awal pekan ini. Pelaku pasar merealisasikan keuntungan temporer di sejumlah saham blue chips yang kursnya sudah meningkat cukup tajam. Tindakan ambil untung dilakukan pemodal untuk menghindari risiko lebih besar di bursa. Selain itu, pemodal juga berupaya menyiasati kelesuan pasar dengan mengurangi transaksi dalam jumlah besar di saham blue chips. Hal itu menyulut kejatuhan indeks BEJ sebesar 6,613 poin atau 0,60% menjadi 1.090,091. Kegiatan transaksi berlangsung lamban dan kurang begitu bergairah.
  • Total volume saham yang berpindahtangan di bursa hanya 1,59 miliar unit senilai RP 618 miliar. Lambannya aksi korporasi emiten membuat investor kehilangan pegangan bertransaksi di BEJ. Hanya segelintir emiten yang sudah mempublikasikan kinerja keuangan kuartal III/2005 hingga pertengahan Oktober ini. Mayoritas emiten BEJ lainnya belum melaporkan keuangannya. Kenyataan tersebut membuat investor pesimis, pendapatan maupun laba emiten kurang menggembirakan. Kekhawatiran pemodal itu cukup beralasan mengingat rupiah sempat merosot hingga Rp 11.800 per dolar AS.
  • Di bagian lain, fluktuasi pasar global dan regional yang cukup tinggi ikut menghambat pergerakan saham blue chips di BEJ. Pelaku pasar masih menanti kepastian besaran kenaikan suku bunga AS dalam waktu dekat. Sikap wait and see pemodal mengakibatkan aktivitas perdagangan berlangsung sepi. Apalagi kurs sebagian saham blue chips di BEJ sudah overbought. Faktor ini pula yang mendorong investor segera profit taking. Bagaimanapun, kenaikan suku bunga Fed akan berdampak negatif terhadap pasar modal. Suku bunga SBI bakal naik lagi dan rupiah kembali melemah atas dolar AS. Berbagai kemungkinan negatif tersebut langsung diantisipasi pemodal mengurangi aktivitasnya di bursa.
  • Pergerakan saham Bisnis pun tampak kurang atraktif. Indeks BI-40 terkoreksi 0,71% pada posisi 286,532. Begitu juga indeks LQ45 turun 0,70% di 234,014. Investor asing net selling sebesar Rp 10 miliar dan rupiah relatif stabil di Rp 10.100 per dolar AS. Saham INCO, Unilever, Bank Danamon, BRI, serta Bimantara adalah penyulut jatuhnya BEJ. Pemodal cukup aktif mendiskon kelompok saham pilihan di atas. Perlu diketahui, sepinya transaksi saham hari pertama minggu ini selain ketiadaan insentif positif, juga tidak lepas dari suasana puasa Ramadhan. Sebagian pemodal sengaja mengurangi aktivitasnya selama bulan suci ini sehingga pasar saham kurang bergairah. Jadi, kelesuan pasar yang berlangsung sejak pekan lalu dan berlanjut minggu ini dipicu oleh berbagai faktor. Antara lain, kelambanan emiten melakukan corporate action, fluktuasi pasar global dan regional yang cukup tinggi, serta kecemasan terhadap naiknya suku bunga Fed yang bisa berimbas pada suku bunga SBI di dalam negeri.
  • PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN VII) memperkirakan besaran imbal hasil ke tujuh dan ke delapan atas obligasi syariahnya untuk triwulan III/2005 dan triwulan IV/2005, masing-masing sebesar 22,67% dan 26,88%.